7 Pertempuran Epik yang Mengakhiri Nasib Sebuah Peradaban Kuno

Peradaban ini menghilang dan terlupakan dari sejarah

Beberapa pertempuran terkadang dapat menentukan nasib suatu kerajaan atau kekaisaran. Namun ada pula pertempuran yang begitu epik, sehingga hasil akhirnya dapat menyebabkan kehancuran total dalam suatu peradaban atau penyerahan kekuasaan kepada pihak yang menjadi pemenang.

Berikut 7 pertempuran epik yang mengakhiri nasib sebuah peradaban kuno dan mengubah alur sejarah pada masanya.

1. Pertempuran Muye (1046 SM)

7 Pertempuran Epik yang Mengakhiri Nasib Sebuah Peradaban Kunohistory.followcn.com

Pertempuran Muye adalah pertempuran antara suku Zhou melawan Dinasti Shang untuk menguasai Tiongkok. Pasukan Zhou terdiri dari 50.000 tentara terlatih, sementara pasukan Shang yang jauh lebih kuat memiliki lebih dari 530.000 tentara, dengan tambahan 170.000 budak bersenjata.

Namun budak Shang malah membelot ke Zhou, dan berhasil menurunkan moral tentara Shang yang tersisa. Akibatnya, banyak pula tentara Shang yang membelot ke Zhou. Pertempuran berlangsung sengit, dan pasukan Shang dapat dikalahkan oleh pasukan Zhou yang lebih terlatih.

Ketika pertempuran berakhir, Dinasti Shang dihancurkan, dan Dinasti Zhou didirikan. Raja Di Xin dari Dinasti Shang mengorbankan dirinya sendiri setelah kekalahan itu, meninggalkan Tiongkok untuk diperintah oleh Zhou. Setelahnya, Dinasti Zhou menjadi dinasti yang paling lama memerintah dalam sejarah peradaban Tiongkok.

2. Pertempuran Changping (262–260 BC)

7 Pertempuran Epik yang Mengakhiri Nasib Sebuah Peradaban Kunoillustratedcuriosity.com

Pertempuran Changping adalah salah satu pertempuran paling berdarah selama Periode Perang Tiongkok. Pertempuran ini terjadi antara negara Qin dan Zhao. Tentara Qin unggul jumlah atas Zhao, dengan kekuatan Qin yang berjumlah 550.000 orang versus 450.000 orang Zhao.

Hampir semua tentara Zhao terbunuh setelah pertempuran. Sekitar 50.000 Zhao terbunuh dalam pertempuran itu, dan sekitar 400.000 orang ditangkap dan dikubur hidup-hidup.

Zhao tidak dapat pulih dari kekalahan itu, dan semakin memperkuat posisi Qin di antara negara-negara yang tersisa. Zhao yang sudah melemah tidak dapat membangun aliansi yang cukup besar untuk menantang Qin. 

Periode Perang terus berlangsung selama tiga dekade, tetapi ekspansi terus menerus dari Qin memastikan dominasi mereka di dataran Tiongkok. Akhirnya pada tahun 221 SM, Qin berhasil menyatukan Tiongkok untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Baca Juga: Atlantis, Ide Peradaban Hilang yang Melahirkan Berbagai Teori Menarik

3. Pertempuran Julu (207 SM)

7 Pertempuran Epik yang Mengakhiri Nasib Sebuah Peradaban Kunobestchinanews.com

Pertempuran Julu terjadi antara pasukan pemberontak Chu melawan Dinasti Qin. Para pemberontak mengumpulkan pasukan antara 50.000 hingga 60.000 orang untuk berperang melawan pasukan Qin yang berjumlah 200.000 orang.

Chu diperintah oleh Xiang Yu, yang mengirim anak buahnya untuk menyeberangi Sungai Kuning dengan hanya persediaan untuk tiga hari.

Mau tidak mau, mereka harus berhasil mengalahkan dan menjarah musuh untuk bertahan hidup. Yang terjadi selanjutnya adalah sembilan pertempuran berdarah yang mengakibatkan lebih dari 100.000 kematian pasukan Qin.

Kekalahan tersebut memaksa komandan Qin, Jenderal She Jian, untuk melemparkan dirinya ke dalam api daripada menyerah. Chu menghancurkan sisa pasukan Qin, meninggalkan 200.000 orang sebagai tawanan perang.

Tidak ingin berjudi dengan menguji kesetiaan mereka, Xiang Yu membiarkan semua tentara Qin yang tertangkap untuk dikubur hidup-hidup.

4. Pertempuran Zama (202 SM)

7 Pertempuran Epik yang Mengakhiri Nasib Sebuah Peradaban Kunopinterest.com

Pertempuran Zama menandai berakhirnya Perang Punisia Kedua, dengan hasil akhir kemenangan Romawi dan kekalahan Hannibal. Di bawah komando Scipio, Romawi menyusun rencana untuk mengalahkan gajah perang Hannibal.

Skirmishers Romawi meniup terompet dan memukul genderang mereka, menakuti beberapa gajah yang berbalik dan mengamuk melawan pasukan Kartago. Gajah-gajah yang tersisa berlari tanpa arah dan dengan mudah dapat diatasi oleh pasukan Romawi.

Pertempuran semakin intensif ketika kavaleri Romawi mampu mengepung infanteri Kartago dan memenangkan pertempuran tersebut.

Hannibal melarikan diri, dan menderita kerugian yang sangat parah: 20.000 orang tewas dan 20.000 lainnya ditangkap. Kehilangan itu begitu dahsyat bagi Kartago sehingga mereka tidak pernah bisa menantang Romawi lagi.

5. Pertempuran Mobei (119 SM)

7 Pertempuran Epik yang Mengakhiri Nasib Sebuah Peradaban Kunoscholars-stage.blogspot.com

Pertempuran Mobei (atau Pertempuran Gurun Utara) adalah kampanye militer yang dilakukan dengan susah payah oleh Dinasti Han melawan Xiongnu, sebuah suku nomaden di Asia Tengah.

Bagi Han, suku Xiongnu adalah suku barbar yang telah lama bertikai dan mengancam keamanan perbatasan utara mereka. Kekuatan Xiongnu telah meningkat setelah jatuhnya Qin dan Perang Sipil Tiongkok, tetapi Han meluncurkan serangan untuk menantang kekuatan mereka.

Sebanyak 300.000 pria dan 140.000 kuda pasukan Han menyerang pasukan Xiongnu yang terdiri dari 100.000 tentara dan 80.000 kuda. Kemenangan itu menentukan bagi Han, tetapi mereka kehilangan sebagian besar kuda dalam perang tersebut, yang berdampak pada perekonomian mereka.

Namun Xiongnu menderita kerugian yang jauh lebih besar, sampai tidak pernah bisa pulih dari kekalahan mereka. Dalam beberapa tahun setelahnya, Xiongnu tidak lebih dari sekelompok kecil klan yang hidup di Asia Tengah.

6. Pengepungan Alesia (52 SM)

7 Pertempuran Epik yang Mengakhiri Nasib Sebuah Peradaban Kunoweaponsandwarfare.com

Pada tanggal 52 September SM, pasukan Julius Caesar menghadapi konfederasi suku-suku Galia yang diperintahkan oleh Vercingetorix. Dalam pertempuran terakhir antara Roma dan Galia, Caesar melakukan salah satu pengepungan paling brilian dalam sejarah.

Dengan kekuatan 12 legiun (sekitar 60.000 pria) dan 120.000 tentara bantuan, Caesar mengepung pasukan Galia yang hampir empat kali ukuran pasukannya. Pertempuran itu sendiri dianggap sebagai salah satu prestasi militer terbaik Caesar karena penggunaan circumvallation untuk mengelilingi Alesia.

Dia memerintahkan pembangunan benteng berlapis untuk mengelilingi dan memblokir kota, sehingga dia bisa memaksa pasukan Galia keluar karena kelaparan. Investasinya terbayar, karena Galia gagal mematahkan pertahanan Romawi meskipun dengan banyak upaya dan semakin melemahkan kekuatan mereka sendiri.

Pada akhir pertempuran, Vercingetorix diserahkan kepada Caesar. Pengepungan Alesia mengakhiri kemerdekaan Galia dan membawa kemenangan besar bagi Caesar.

7. Pertempuran Edessa (260)

7 Pertempuran Epik yang Mengakhiri Nasib Sebuah Peradaban Kunoboards.fireden.net

Pertempuran Edessa adalah pertempuran antara pasukan Romawi dan Persia, yang berujung pada kekalahan Romawi. Di bawah komando Kaisar Valerian, 70.000 tentara Romawi menyerang pasukan Sassanid di bawah komando Shapur I.

Seluruh pasukan Romawi dikalahkan dan ditangkap, termasuk Kaisar Valerian. Peristiwa itu pertama kali terjadi dalam sejarah Romawi. Setelah kekalahan di Edessa, Roma tidak dapat pulih sepenuhnya yang berdampak pada keadaan politik kekaisaran saat itu. 

Kekalahan itu merupakan satu dari serangkaian krisis panjang yang menimpa Roma selama abad ketiga, yang akhirnya mengarah pada pembentukan Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 285.

Akhirnya, Kekaisaran Romawi Barat jatuh, dan Roma terus melemah hingga abad kelima setelah Kekaisaran Romawi Timur (Kekaisaran Bizantium) berdiri pada tahun 330.

Nah, itu tadi 7 pertempuran yang mengakhiri nasib sebuah peradaban kuno dan mengubah alur sejarah pada masanya. 

Baca Juga: 7 Fakta Unik tentang Pertempuran Waterloo, Penutup Sejarah Napoleon

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya