Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi vaksin rabies (dok. Institut Pasteur)

Vaksin rabies disebut sebagai satu-satunya cara untuk mencegah infeksi virus rabies.  Seseorang yang digigit atau dijilat hewan terduga rabies perlu segera mendapatkan vaksinasi. Jika terlambat sedikit saja bisa memicu akibat fatal.

Peran vaksin rabies sangat penting bahkan pada kehidupan modern saat ini. Pertanyaannya, siapa yang menemukan vaksin rabies? Bagaimana awal mula tercetusnya ide vaksin tersebut dan kenapa? 

Siapa yang menemukan vaksin rabies?

ilustrasi vaksin (flickr.com/HPV Hub)

Kenalan dengan tokoh pertama yang menemukan vaksin rabies, Louis Pasteur. Sosok tersebut megembangkan vaksin rabies pertama dari sumsum tulang belakang kelinci yang terinfeksi dari inaktiviasi fisik virus rabies lewat penjemuran. 

Saat pengembangannya, Pasteur mengubah sifat virus dari segi virulensi dan masa inkubasi. Sederhananya, vaksin ini dikembangkan dengan virulensi virus yang dilemahkan. Virulensi sendiri berarti kemampuan suatu mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit. 

Studi Pasteur dimulai pada 1880 ketika eksperimen Louis Pasteur berjalan lancar. Bersama Emile Roux, Pasteur menginokulasi bagian otak anjing yang terserang rabies ke otak anjing lain. Hasilnya, anjing yang diinokulasi tersebut mati. 

Setelahnya, Pasteur mencoba eksperimen dengan melibatkan kelinci karena risikonya lebih rendah. Setelah melewati beberapa percobaan pada kelinci secara serial, tim peneliti ini menghasilkan vaksin dengan virulensi yang stabil. 

Uniknya, pada masa itu, upaya Louis Pasteur mengisolasi virus rabies tidak berhasil karena virus tidak bisa terlihat akibat resolusi mikroskop yang digunakan. Virus rabies baru bisa terlihat sekitar 1 abad kemudian. Tepatnya pada 1962 setelah munculnya mikroskop elektron.

Hasil penelitian Louis Pasteur bersama Charles Chamberland dan Emile Roux ini dicoba pada anjing yang diduga terinfeksi rabies. Hasilnya, vaksin tersebut manjur dalam melemahkan virus dan terbebas dari kondisi tersebut. Pada 25 Februari 1884, komisi studi yang ditunjuk Akademi Sains Prancis menyetujui metode vaksin tersebut.

Penggunaan vaksin rabies pertama kali

ilustrasi suntik KB (pexels.com/Gustavo Fring)

Meski telah berhasil menemukan vaksin rabies dan efektif pada anjing, Pasteur selaku penemu aksin rabies tidak berani menggunakannya untuk manusia. Namun, pada 6 Juli 1885, Louis Pasteur berhasil mengatasi ketakutannya dan membantu menyembuhkan pasien yang digigit oleh anjing gila. 

Seorang anak bernama Joseph Meister dibawa ke hadapan Pasteur. Anak berusia 9 tahun daei Alsace tersebut mendapat gigitan anjing gila sampai 14 kali. Jika tidak segera mendapat perawatan, tentu akibatnya fatal.

Dr. Jacqes Joseph Grancher meyakinkan Pasteur untuk mencoba vaksinnya pada manusia. Setelah disetujui, Dr. Grancher pun menyuntikkan vaksin yang ditemukannya pada Meister.

Dosis vaksin yang diberikan selama 10 hari dengan total 13 suntikan. Vaksin ini dikatakan berhasil, Joseph Meister tidak mengidap rabies dan menjadi manusia pertama yang divaksinasi. 

Sejak saat itu, banyak orang yang digigit oleh hewan terinfeksi rabies datang dari Prancis untuk melakukan vaksinasi. Louis Pasteur pun mendirikan klinik khusus vaksinasi rabies yang juga menjadi pusat penelitian dan pengajaran. Klinik tersebut pun berkembang menjadi Institut Pasteur yang dikenal saat ini.

Vaksin rabies modern

Lebih dari 1 abad setelah Louis Pasteur mengembangkan vaksin rabies pertama, beberapa vaksin serupa pun dikembangkan. Tujuannya untuk mencegah atau mengendalikan rabies pada manusia dan hewan. 

Di antara banyaknya jenis vaksin modern yang kini digunakan, kultur sel menjadi salah satu yang paling banyak digunakan. Meski demikian, vaksin ini membutuhkan banyak inokulasi untuk menghasilkan respons imun humoral yang kuat.

Selain itu, ada juga vaksinasi jaringan saraf yang saat ini telah dihentikan secara bertahap di sejumlah negara karena efek sampingnya. Ada pula vaksin hidup yang dilemahkan menggunakan strain SAD-Bern dan SAD B-19 yang dianggap lebih efektif meski tetap ada risiko sisa virulensi dan mutasi patogen.

Sosok siapa yang menemukan vaksin rabies ini membantu mengatasi rabies menjadi masalah selama berabad-abad sebelumnya. Kini vaksin rabies pun masih jadi pencegahan dan penanganan kondisi yang sama.

Referensi:

"Historical Perspectives A Centennial Celebration: Pasteur and the Modern Era of Immunization". Centers of Disease Control and Prevention. Diakses Juni 2024
"About Rabies". Centers of Disease Control and Prevention. Diakses Juni 2024
"The History of The First Rabies Vaccination in 1885". Institute Pasteur. Diakses Juni 2024
"The Final Years 1877-1887". Institute Pasteur. Diakses Juni 2024
Rappuoli, Rino. 2014. “1885, the first rabies vaccination in humans.” Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America 111 (34) : 12273
Natesan, Krithiga, dkk. 2023. “Developments in Rabies Vaccines: The Path Traversed from Pasteur to the Modern Era of Immunization.” Vaccines 11 (4) : 756

Editorial Team