Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Anjing yang Terkena Rabies Masih Bisa Diselamatkan?

ilustrasi anjing sakit (pixabay.com/mariabostrom0)

Topik tentang penyakit rabies masih hangat diperbincangkan di mana-mana. Apalagi, menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), terdapat 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) dan menyebabkan 11 kematian manusia dari Januari hingga April 2023.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh pemilik hewan peliharaan (khususnya anjing) terkait rabies. Simak penuturan drh. Palestin, M.Imun, staf pengajar di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (FKH UWKS) sekaligus owner K&P Clinic Surabaya. Here we go!

1. Disebabkan oleh lyssavirus

Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Immunology pada tahun 2021, rabies adalah penyakit ensefalitis fatal yang disebabkan oleh lyssavirus dan mengakibatkan sekitar 59.000 kematian manusia setiap tahun. Menurut drh. Palestin, lyssavirus adalah virus ribonucleic acid (RNA), sama seperti SARS-CoV-2, penyebab COVID-19.

Virus RNA lebih berbahaya karena memiliki tingkat mutasi yang tinggi. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLoS Biology pada tahun 2018, tingkat mutasi yang tinggi berkorelasi dengan peningkatan virulensi (kemampuan mikroorganisme untuk menyebabkan kerusakan pada inangnya) dan evolvabilitas, sifat-sifat yang menguntungkan bagi virus.

2. Sekitar 99 persen kasus penularan virus rabies ke manusia disebabkan oleh anjing

ilustrasi anjing menggigit tangan manusia (pixabay.com/AdinaVoicu)

World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa sekitar 99 persen kasus penularan virus rabies ke manusia disebabkan oleh anjing. Menurut drh. Palestin, virus rabies ditularkan melalui dua cara, yaitu gigitan dan non-gigitan (seperti cakaran atau jilatan di luka terbuka). Mengapa rabies kebanyakan ditularkan oleh anjing?

"Memang ini virusnya anjing, makanya disebut penyakit anjing gila. Tetapi, ada yang namanya HPR atau hewan penular rabies, seperti kelelawar, kera, atau kucing," terangnya.

Itulah mengapa, manusia dari kalangan tertentu perlu mendapatkan vaksin rabies sebagai tindakan preventif atau pencegahan. Terutama dokter hewan yang bertugas menangani satwa liar dan orang yang tinggal di wilayah endemis rabies atau daerah yang banyak kelelawarnya.

3. Tahap-tahap rabies pada anjing

Setelah anjing terinfeksi virus rabies, ia tidak akan langsung mati. Ada beberapa tahapan yang akan dilalui, yaitu:

  • Tahap prodromal: Demam, tidak mau makan, malaise (perasaan lelah, tidak enak badan, dan tidak nyaman), refleks kornea menurun, tetapi anjing masih cenderung jinak. Tahap ini berlangsung selama 2-3 hari, menurut keterangan di situs web Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
  • Tahap sensori: Anjing merasakan nyeri saat dipegang dan mulai takut dengan manusia.
  • Tahap eksitasi: Reaktif, mulai menyerang, menggigit benda bergerak, pica (memakan berbagai benda, termasuk tinjanya sendiri), strabismus (mata juling), takut akan cahaya (fotofobia), dan takut akan air (hidrofobia). Tahap ini berlangsung selama 3-7 hari.
  • Tahap paralitik: Lumpuh, air liur atau ludah (saliva) berhamburan, lidah keluar, dan kaki belakang terseret. Tahap ini berlangsung sangat singkat dan biasanya diikuti dengan kematian.

4. Anjing harus langsung dikarantina setelah menunjukkan tanda-tanda

ilustrasi anjing yang sedang dikarantina (pixabay.com/neelam279)

Drh. Palestin menegaskan bahwa jika anjing menunjukkan tanda-tanda di tahap prodromal, maka harus langsung dikarantina. Karena fatality rate atau tingkat kematiannya 100 persen, anjing hanya bertahan hidup maksimal 14 hari.

"Walau sudah diberi pengobatan simtomatis, sudah tidak bisa diselamatkan karena kita belum menemukan obatnya. Kalau di manusia ada serum antirabies, tetapi di hewan belum ada antivirusnya," tukasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nena Zakiah
Achmad Fatkhur Rozi
Nena Zakiah
EditorNena Zakiah
Follow Us