5 Organ Babi Ini Pernah Dicangkokkan pada Manusia, Terbaru Jantung

Transplantasi jantung babi pada manusia adalah hal yang baru-baru ini dilakukan di dunia medis. Pada awal 2022 ini, untuk pertama kalinya, tim medis di Pusat Medis Universitas Maryland, Amerika Serikat, berhasil melakukan xenotransplantasi jantung babi pada manusia.

Transplantasi tersebut dilakukan pada David Bennett yang sudah tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan donor jantung manusia. Ini terjadi karena kondisi kesehatannya sudah terlalu buruk. Akhirnya, dokter memutuskan untuk melakukan transplantasi jantung babi kepada Bennett.

Selain jantung, katup jantung babi juga adalah bagian organ yang umum ditransplantasikan kepada pasien-pasien yang mengalami permasalahan pada organ tersebut. Dilansir Heart Valve Surgery, selama lebih dari 30 tahun terakhir, transplantasi katup jantung babi sudah menjadi salah satu pilihan transplantasi biologis dari hewan. Kuda dan sapi adalah alternatif lainnya.

Sekitar bulan Oktober 2021, xenotransplantasi ginjal babi pernah diuji coba oleh sekelompok peneliti di New York, Amerika Serikat. Dengan genom yang telah dimodifikasi, ginjal babi dicangkokkan pada seorang pria yang sudah dalam kondisi mati otak untuk kepentingan eksperimen medis. Prosedur ini tentunya telah mendapatkan persetujuan dari pihak keluarga.

Selama 77 jam percobaan, didapatkan kesimpulan bahwa ginjal babi dapat diterima dengan baik oleh tubuh manusia dan dapat memproduksi urine dengan baik. Dilansir Scientific American, Jayme Locke, ahli bedah dari University of Alabama Brimingham (UAB) mengungkapkan bahwa percobaan tersebut menunjukkan terdapat potensi bagus dari hal ini mengingat ginjal tersebut dapat diterima dengan baik di tubuh manusia.Melalui penelitian lebih lanjut, diharapkan nantinya transplantasi ginjal babi dapat menjadi solusi bagi pasien-pasien yang kekurangan donor.

Selain organ dalam, kornea mata adalah bagian tubuh babi yang kerap digunakan oleh tim medis dalam xenotransplantasi. Di China, transplantasi ini sudah menjadi alternatif yang umum dilakukan pada pasien-pasien dengan permasalahan penglihatan. Apalagi, peluang mendapatkan donor kornea dari manusia sangatlah kecil.

Dilansir China Daily, xenotransplantasi kornea babi pertama kali dilakukan tahun 2010 di Wuhan Onion Hospital pada seorang wanita berusia 60 tahun bernama Huang Yuanzhen. Dilandasi dari kurangnya donor kornea yang berasal dari manusia, transplantasi menggunakan kornea babi tersebut berhasil dilakukan. Setelah itu, penglihatan di mata kanan Huang kembali dan bahkan lebih baik dibandingkan mata kirinya.

Dalam kasus luka bakar derajat 2 dan 3, xenotransplantasi menjadi alternatif yang mulai dipertimbangkan. Salah satunya dengan menggunakan kulit babi. Alternatif ini salah satunya diinisiasi oleh para peneliti di Massachusetts General Hospital (MGH) pada tahun 1990. Peneliti mengungkapkan bahwa saat dicangkokkan, kulit babi lebih bisa diterima oleh sistem kekebalan tubuh manusia.

Pertimbangan xenotransplantasi untuk kulit itu bukan tanpa alasan. Selama ini, kulit jenazah masih sering menjadi solusi cangkok kulit bagi penderita luka bakar parah untuk sementara waktu. Prosedur ini dilakukan hingga tim medis dapat mengambil dan menggunakan bagian tubuh pasien yang sehat untuk menutupi bagian yang terkena luka bakar.

Akan tetapi, masalahnya, ketersediaan kulit manusia sangat minim dan harganya pun tinggi. Jika penelitian lebih lanjut terhadap cangkok kulit babi sudah terbukti benar-benar aman dan berhasil, kemungkinan prosedur ini akan menjadi alternatif yang menjanjikan.

Sel pankreas adalah organ babi lainnya yang pernah ditransplantasikan pada manusia. Di beberapa negara, prosedur ini pernah diuji coba kepada pasien-pasien yang mengalami diabetes tipe 1.

Dialnsir MedicineNet, melalui uji coba pada pasien di Selandia Baru, setelah sel pankreas babi dienkapsulasi dan ditransplantasikan pada manusia, sel tersebut segera memproduksi insulin untuk mengatasi tingginya kadar gula darah dalam tubuh. Transplantasi sel pankreas babi ini juga membebaskan pasien dari suntikan insulin yang sebelumnya harus diterima secara berkala.

Meskipun xenotransplantasi organ babi memiliki sederet keberhasilan, prosedur ini masih berbenturan dengan berbagai aspek, terutama permasalahan etika dan kepercayaan agama. Terlebih, masih harus dilakukan penelitian lebih lanjut akan efek samping dan keamanannya. Akan tetapi, jika dilihat dari sisi medis, hal ini begitu menjanjikan mengingat banyaknya jumlah pasien yang membutuhkan donor organ.