3 Fenomena Langit Bulan Oktober 2025, Ada Supermoon dan Hujan Meteor

- Supermoon Oktober (6 Oktober) - Bulan mencapai fase purnama bersamaan dengan posisinya yang paling dekat dengan Bumi - Bulan akan tampak 14 persen lebih besar dan hingga 30 persen lebih terang
- Puncak hujan meteor Draconid (8 Oktober) - Terjadi ketika Bumi melintasi jejak debu dan puing komet 21P/Giacobini-Zinner - Hujan meteor Draconid lebih mudah diamati di awal malam karena titik radiannya berada di rasi naga (Draco)
- Hujan meteor Orionid bersamaan dengan Bulan Baru (21 Oktober) - Kondisi ini sangat ideal bagi pengamat langit karena ketiadaan cahaya Bulan membuat meteor tampak lebih terang dan
Langit bulan Oktober 2025 menawarkan beragam fenomena menarik yang bisa disaksikan baik oleh pengamat kasual maupun pecinta astronomi. Dengan cuaca yang cenderung lebih cerah di sebagian wilayah Indonesia, bulan ini bisa menjadi waktu yang tepat untuk menikmati keindahan keindahan langit tanpa teleskop.
Dari Supermoon hingga hujan meteor, bulan ini menyimpan banyak momen yang patut dinantikan oleh para pengamat langit. Melansir laman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan sumber lainnya, berikut 3 fenomena langit bulan Oktober 2025.
1. Supermoon Oktober (6 Oktober)
Fenomena Supermoon akan menjadi pembuka spektakuler di awal Oktober 2025. Pada malam 6 Oktober, Bulan mencapai fase purnama bersamaan dengan posisinya yang paling dekat dengan Bumi atau perigee. Akibatnya, Bulan akan tampak 14 persen lebih besar dan hingga 30 persen lebih terang dibandingkan saat berada di titik terjauhnya (apogee).
Cahaya Bulan yang begitu terang akan mendominasi langit malam dan menjadi momen yang sempurna untuk dinikmati secara kasat mata maupun diabadikan lewat kamera. Selain keindahannya, Supermoon juga sering menjadi waktu favorit bagi pengamat langit karena detail permukaan Bulan.
2. Puncak hujan meteor Draconid (8 Oktober)

Beberapa hari setelah Supermoon, langit kembali menampilkan pesonanya lewat hujan meteor Draconid yang akan mencapai puncaknya pada 8 Oktober 2025. Fenomena ini terjadi ketika Bumi melintasi jejak debu dan puing komet 21P/Giacobini-Zinner yang meninggalkan partikel-partikel kecil di orbitnya.
Saat partikel itu memasuki atmosfer Bumi dan terbakar, muncullah kilatan cahaya yang disebut meteor. Uniknya, hujan meteor Draconid lebih mudah diamati di awal malam karena titik radiannya berada di rasi naga (Draco), yang terletak di langit utara dan sudah tinggi sejak matahari terbenam.
3. Hujan meteor Orionid bersamaan dengan Bulan Baru (21 Oktober)
Fenomena langit lain yang tak kalah menakjubkan akan terjadi pada 21 Oktober 2025, ketika hujan meteor Orionid mencapai puncaknya bersamaan dengan fase Bulan baru. Kondisi ini sangat ideal bagi pengamat langit karena ketiadaan cahaya Bulan membuat meteor tampak lebih terang dan jelas.
Orionid berasal dari sisa debu Komet Halley, komet legendaris yang melintasi tata surya bagian dalam setiap 76 tahun sekali. Meteor-meteor Orionid biasanya bergerak cepat dan meninggalkan jejak cahaya panjang yang indah di langit malam.
Pengamatan terbaik dapat dilakukan setelah tengah malam hingga menjelang fajar dengan arah pandang ke rasi Orion yang menjadi asal tampaknya hujan meteor ini.
Oktober 2025 menawarkan beragam fenomena langit yang menarik, mulai dari Supermoon hingga hujan meteor. Dengan cuaca yang cenderung cerah, ini adalah waktu yang ideal untuk menikmati keindahan langit malam