Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Studi: Daratan Dunia Kian Mengering, Air Tawar Lebih Banyak ke Laut

ilustrasi kemarau kekeringan (pixabay.com/ThorstenF)
ilustrasi kemarau kekeringan (pixabay.com/ThorstenF)
Intinya sih...
  • Daratan semakin mengering karena perubahan iklim dan eksploitasi air tanah
  • Air tawar yang hilang ke laut menyumbang lebih besar terhadap kenaikan permukaan laut dibandingkan dengan mencairnya lapisan es
  • Penyebab utama daratan mengering adalah eksploitasi air tanah oleh manusia dan kekeringan ekstrem di beberapa wilayah
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Air tawar yang semakin langka kini menghadapi ancaman serius. Tak hanya mengering di daratan, tetapi juga mengalir ke lautan dan ikut mempercepat kenaikan permukaan laut. Analisis terbaru menunjukkan bahwa daratan yang mengering akibat perubahan iklim dan eksploitasi air tanah kini menyumbang lebih besar terhadap naiknya permukaan laut dibandingkan dengan mencairnya lapisan es.

Temuan ini dipimpin oleh Hrishikesh Chandanpurkar, ilmuwan sistem Bumi dari FLAME University, India. Ia memperingatkan bahwa dunia harus segera bersiap menghadapi masa depan yang jauh lebih kering jika tidak ada tindakan mendesak untuk mengatasi krisis air dan perubahan iklim. Temuan ini diterbitkan dalam jurnal Science Advances pada Juli 2025.

1. Daratan yang semakin mengering

Studi ini memanfaatkan lebih dari dua dekade pengamatan satelit NASA melalui misi Gravity Recovery and Climate Experiment (GRACE) dan penerusnya. Melalui data ini, peneliti berhasil memetakan perubahan simpanan air di daratan sejak 2002 dan menelusuri penyebabnya.

Hasil analisis menunjukkan bahwa benua, kecuali Greenland dan Antarktika, mengalami tingkat pengeringan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Fenomena ini terjadi dengan area meluas setiap tahun setara dua kali luas negara bagian California.

Kondisi ini diperparah oleh ulah manusia, mulai dari emisi gas rumah kaca yang mengubah atmosfer hingga pengalihan aliran sungai dan penampungan air hujan. Meskipun wilayah basah memang menjadi lebih basah dan wilayah kering semakin kering, keseimbangan alami siklus air Bumi tetap terganggu. Oleh karena itu, dampaknya jauh lebih serius daripada yang terlihat di permukaan.

2. Air tawar yang hilang ke laut

Ilustrasi laut (freepik.com/derich)
Ilustrasi laut (freepik.com/derich)

Penelitian ini menegaskan bahwa secara keseluruhan cadangan air daratan terus menyusut, dengan dampak menghancurkan bagi kehidupan di seluruh dunia. Kehilangan ini tidak hanya terjadi pada sumber air permukaan seperti danau dan sungai, tetapi juga pada air tanah yang tersimpan jauh di dalam akuifer.

Yang mengkhawatirkan, sekitar 75 persen populasi manusia tinggal di 101 negara yang sedang mengalami kehilangan air tawar dengan laju yang semakin cepat.

Lalu, ke mana perginya air tersebut? Sebagian besar ternyata mengalir ke laut, sehingga kini kehilangan air daratan menyumbang lebih besar terhadap kenaikan permukaan laut dibandingkan dengan pencairan lapisan es di kutub.

3. Penyebab utama daratan mengering

Perubahan besar menuju pengeringan ini sebagian besar didorong oleh hilangnya air di wilayah lintang tinggi seperti Kanada dan Rusia, daerah yang biasanya tidak dianggap kering. Para peneliti menduga hal ini berkaitan dengan mencairnya es dan permafrost di kawasan tersebut.

Sementara itu, di benua-benua tanpa gletser, sekitar 68 persen kehilangan cadangan air darat disebabkan oleh eksploitasi air tanah oleh manusia. Faktor lain yang turut memperparah adalah kekeringan ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya di Amerika Tengah dan Eropa. Para ahli berpendapat bahwa fenomena ini akan semakin sering dan parah seiring krisis iklim yang terus berlanjut.

Para peneliti berharap adanya upaya regional, nasional, dan internasional untuk mengembangkan pemanfaatan air tanah yang berkelanjutan. Ini diharapkan bisa membantu melestarikan sumber daya berharga selama bertahun-tahun mendatang.

Referensi

Chandanpurkar, Hrishikesh A., James S. Famiglietti, Kaushik Gopalan, David N. Wiese, Yoshihide Wada, Kaoru Kakinuma, John T. Reager, and Fan Zhang. “Unprecedented Continental Drying, Shrinking Freshwater Availability, and Increasing Land Contributions to Sea Level Rise.” Science Advances 11, no. 30 (July 25, 2025).

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us

Latest in Science

See More

[QUIZ] Tes Pengetahuan Sejarah Indonesia Tingkat SD, Ingat?

24 Sep 2025, 08:05 WIBScience