5 Persaingan Rekan Satu Tim Terpanas Sepanjang Sejarah Formula 1

Sebastian Vettel memang lebih dominan dibanding Mark Webber, kala keduanya sama-sama membela Red Bull dari 2009 hingga 2013. Di mana saat itu Vettel mampu menjadi juara dunia empat kali beruntun. Namun, bukan berarti Webber tampil buruk, ia selalu menjadi pesaing sengit bagi Vettel.

Seperti insiden yang terjadi pada GP Turki tahun 2010, kala itu keduanya terlibat insiden yang membuat Red Bull kehilangan posisi satu dan dua. Kemudian tensi meningkat pada GP Malaysia tahun 2013, saat itu Webber menilai ia dianaktirikan oleh timnya. Hal tersebut membuat Webber pensiun di akhir musim 2013.

Keputusan besar diambil Williams di tahun 1986 ketika mereka mendatangkan dua kali juara dunia, Nelson Piquet untuk menemani Nigel Mansell. Dua pembalap hebat dalam satu tim pasti membuat tensi semakin memanas. Keduanya pun tak jarang saling mengejek satu sama lain.

Musim pertama mereka dijalani dengan mulus, hingga pada seri terakhir di GP Australia keduanya mengalami kecelakaan sehinggi membuat Alain Prost meraih gelar juara dunia. Semusim berselang, meskipun Mansell memenangkan lebih banyak seri namun Piquet yang berhasil meraih gelar juara dunia ketiganya.

Barrichello diplot untuk menjadi rekan satu tim Schumacher di tahun 2000. Keduanya saat itu diberi mobil terbaik dari Ferrari dan sukses besar selama lima tahun. Meskipun kelima gelar juara dunia tersebut menjadi milik Schumacher. 

Kejadian yang paling disorot adalah pada GP Austria tahun 2002, kala itu Barrichello yang sedang memimpin disuruh untuk memberikan kemenangannya oleh Ferrari tepat menjelang garis finis. Padahal balapan tersebut masih tergolong seri awal, alhasil tim berlogo kuda jingkrak itupun dikenai denda oleh FIA.

Pada 2007 McLaren merekrut dua kali juara dunia, Fernando Alonso sebagai Tandem bagi Lewis Hamilton yang menjalani musim pertamanya. Di atas kertas memang Alonso lebih diunggulkan, namun kenyataannya persaingan mereka begitu sengit pada musim tersebut.

Hamilton merasa kesal pada timnya di GP Monaco akibat tak diperbolehkan menyalip akibat faktor keamanan, di mana pemenangnya adalah Alonso. Akibat kedua pembalap yang saling jegal membuat mereka harus merelakan juara dunia di tahun tersebut menjadi milik Kimi Raikkonen. McLaren juga gagal meraih juara dunia konstruktor.

Bagaimana jika dua pembalap legendaris disatukan dalam satu tim. Itulah yang dilakukan McLaren dengan menduetkan Alain Prost dan Ayrton Senna. Diberi mobil terbaik oleh tim asal Inggris tersebut, keduanya tampil terlalu dominan sepanjang musim.

Pada 1989 terjadi insiden di sirkuit Suzuka, keduanya bersenggolan, sehingga membuat Prost meraih gelar juara dunia. Semusim berselang di sirkuit yang sama giliran Senna yang mendapat gelar juara dunianya, akibat tabrakan dengan Prost di tikungan pertama.

Namun kala itu Prost sudah membela Ferrari. Bahkan ketika Prost membela Williams ia tak memperbolehkan timnya merekrut Senna sebagai rekannya. Begitulah panasnya persaingan keduanya.

Meskipun rekan satu tim, bukan berarti mereka akur satu sama lain. Setidaknya itulah yang terjadi pada beberapa pembalap tadi. Namun, persaingan itulah yang membuat balapan F1 seru untuk ditonton.