TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ratu Senam Indonesia Nabila Evandestiera Membius PON Papua

Meraih tiga emas di cabang olahraga senam ritmik

Aksi pesenam DKI Jakarta, Nabila Evandestiera saat tampil pada kualifikasi dan final perorangan serba bisa nomor Gada di Istora Papua Bangkit, Sentani, Kabupaten Jayapura, Kamis (07/10/2021). (FOTO: PB PON XX PAPUA/Nicklas Hanoatubun).

Jayapura, IDN Times - Gerakan indah yang begitu anggun terlihat di atas matras yang terhampar di Istora Papua Bangkit, Kabupaten Jayapura. Seorang atlet begitu lentur meliuk-liuk bak seorang balerina. Ditambah gerakan kaki mungil yang luwes, plus lambaian pita membentuk pusaran cantik, membuat siapapun terhipnotis melihatnya.

Aksi sesulit itu, dengan mudah dilakukan perempuan bernama Nabila Evandestiera. Dengan postur semampai, dia begitu piawai memadukan gerakan senam, elemen tari dan balet secara bersamaan yang dibuat seirama dengan alunan musik. Siapapun penonton yang menyaksikan langsung di lapangan, sepakat jika itu butuh teknik tinggi. 

Tak heran, saat para penonton melihatnya, secara tak sadar berdiri sambil menepuk tangan hingga terdengar riuh, seakan memberikan apresiasi atas aksi Nabila yang beraksi di cabang olahraga senam ritmik dalam ajang PON XX Papua 2021. 

Baca Juga: PON XX Papua yang Tenang di Minggu Pagi

1. Nabila Evandestiera berhasil meraih tiga emas di nomor senam ritmik

Pesenam DKI Jakarta, Nabila Evandestiera turun di senam ritmik, Sampai PON XX Papua di Istora Papua Bangkit, Sentani, Kabupaten Jayapura, Jumat (8/10/2021). (FOTO : PB PON XX PAPUA/Martona),

Tampil dalam tiga nomor senam ritmik, atlet asal DKI Jakarta ini memang menunjukkan bakat yang begitu istimewa. Mulai dari nomor perorangan gada, serba bisa, hingga simpai, mampu diselesaikan dengan baik. Walhasil, tiga emas berhasil digondol pada ajang ini.

Jika bicara pengalaman, pesenam ini memang sudah sering tampil di PON. Medali emas pun acap kali dibawa pulang. Hal itu sudah dia lakukan di ajang multievent nasional pada 2012 Riau, 2016 Jawa Barat, dan teranyar 2021 Papua. 

Namanya pun cukup diperhitungkan di kancah internasional. Beragam prestasi mentereng sudah ditorehkan olehnya, seperti dua perunggu di SEA Games 2017, menang di kejuaraan senam Eropa 2018. Boleh dibilang, dia merupakan atlet senam elite Indonesia sampai saat ini.

2. Tak sengaja geluti senam ritmik

Atlet senam ritmik melakukan upacara pengalungan medali di ajang PON XX Papua 2021. (IDN Times/Tata Firza)

Dengan segudang prestasi yang dimiliki, menarik untuk ditelusuri bagaimana Nabila bisa menjadi seorang atlet senam. Terlebih, olahraga tersebut dinilai tak terkenal seperti sepak bola atau bulu tangkis, yang begitu diminati masyarakat Indonesia. 

Ternyata, dia tak sengaja menekuni olahraga senam sejak kecil. Hal itu tak lepas dari kondisi fisiknya yang mudah sakit. Atas saran dokter, tepat saat berusia empat tahun, ia mulai menekuni senam. Hal itu dilakukan agar kondisi badannya lebih bugar. 

"Ini sih lucu, dulu tuh saya anaknya sakit-sakitan, jadi dokter menyarankan ke orang tua, saya harus olahraga. Jadi dimasukkan untuk ikut senam. Jadi awalnya untuk kesehatan aja," kata Nabila kepada IDN Times saat mengingat kembali perkenalannya dengan senam pada 1999.

Perlahan, dia menemukan kecintaan yang luar biasa terhadap senam. Walau harus berkorban latihan dengan gerakan rumit dan keras, Nabila tetap antusias. Dia malah semakin menikmati perannya itu untuk bisa menguasai setiap gerakan.

3. Memulai debut di SEA Games 2011

Aksi pesenam DKI Jakarta, Nabila Evandestiera saat tampil pada kualifikasi dan final perorangan serba bisa nomor Gada di Istora Papua Bangkit, Sentani, Kabupaten Jayapura, Kamis (07/10/2021). (Foto: PB PON XX PAPUA/Nicklas Hanoatubun).

Bakatnya semakin terasah, karena dilatih oleh Negaka Jauhari, yang notebene dikenal sebagai ibu senam ritmik Indonesia. Hanya dalam waktu lima tahun, Nabila sudah mulai bisa mentas di beberapa kejuaran senam ritmik. Potensinya itu semakin terlihat kala dia meraih beberapa prestasi di tingkat junior.

Tak butuh waktu lama hingga namanya mulai bisa masuk dalam pelatnas senam Indonesia. Saat usianya masih belum genap 17 tahun, Nabila secara mengejutkan masuk dalam skuad SEA Games yang digelar di Palembang.

"Ikut pertandingan itu saat masih Sekolah Dasar (SD) kala 2004. Kemudian saya bisa masuk pelatnas pada 2011 untuk SEA Games," ujar Nabila, saat mengingat-ngingat kembali perjuangannya menjadi atlet senam ritmik andalan tanah air.

Perjalanan karier pun sudah dipastikan acap kali menemui hambatan, mulai dari nonteknis hingga tantangan lain seperti, cedera dll. Namun, hal itu tak menyurutkan niatnya meraih prestasi tertinggi di cabang olahraga senam ritmik ini sampai bisa seperti sekarang.

4. Butuh pengorbanan dan perjuangan besar untuk menjadi atlet senam ritmik terbaik

Atlet senam ritmik melakukan upacara pengalungan medali di ajang PON XX Papua 2021. (IDN Times/Tata Firza)

Nabila harus jatuh bangun untuk bisa menyelesaikan beberapa rangkaian gerakan dalam waktu kurang dari dua menit. Membuat gerakan yang indah, diakuinya, butuh kerja keras, tak hanya dalam latihan saja. Sebab, pesenam harus punya berat badan ideal untuk bisa menopang berat badan dengan baik.

Selain menjaga keseimbangan, mengontrol kecepatan dengan membawa alat, dan menunjukkan ekspresi wajah yang baik, tentu asupan makanan seorang atlet juga harus diperhatikan. Terlebih, mereka tak bisa dengan mudah menurunkan atau menaikkan berat badannya.

Walhasil, banyak pengorbanan semasa belia yang harus dilakukan Nabila, mulai dari menjaga pola makan, pola istirahat, hingga tak bisa banyak waktu bermain seperti anak-anak seusianya dulu, karena harus berlatih dan meningkatkan kemampuan.

Yang paling dirasakan berat Nabila tentu saat menuju persiapan PON XX Papua. Sebab, dia tak bisa melakukan latihan dengan maksimal, akibat Jakarta harus lockdown. Dia tak bisa datang ke gelanggang olahraga hingga hanya bisa melakukannya di rumah saja secara mandiri.

"Saat itu sempat lockdown selama 11 bulan. Jadi, kami hanya latihan di rumah saja selama 2020.  Banyak latihan secara virtual saja dan itu sempat membuat saya hilang harapan. Beruntung setelah ada pelonggaran kami bergerak cepat hingga disediakan uji coba oleh KONI Jakarta. Dengan fasilitas itu, alhamdulillah saya bisa maksimal dan mendapatkan tiga emas ini," ujar perempuan yang sempat tampil di Asian Games 2018 Indonesia.

5. PON XX Papua jadi yang terakhir diikuti Nabila di ajang nasional

Aksi pesenam DKI Jakarta, Nabila Evandestiera saat tampil pada kualifikasi dan final perorangan serba bisa nomor Gada di Istora Papua Bangkit, Sentani, Kabupaten Jayapura, Kamis (07/10/2021). (FOTO: PB PON XX PAPUA/Nicklas Hanoatubun).

Usai meraih banyak prestasi, Nabila kini tak terlalu muluk. Ini akan jadi aksi terakhirnya di ajang PON. Dia ingin memberikan kesempatan kepada atel muda yang banyak menunjukkan potensinya selama mentas di Papua. Apalagi, mereka masih begitu belia dan punya jalan yang panjang untuk lebih berprestasi.

"Banyak lawan bagus terutama kualitasnya. Apalagi, saya sudah senior di sini. Atau bisa dibilang paling tua di PON sekarang. Di sisi lain saya bisa bersyukur, karena banyak adik-adik lainnya yang bagus, salah satunya adalah pesenam Lampung berusia 17 tahun, yaitu Sutjiati Kelanaritma Narendra," kata Nabila.

Jika dilihat, Sutjiati memang layak diperhitungkan dalam ajang ini. Dia mampu meraih dua emas, plus satu perak, dalam debutnya di ajang multievent nasional. Dia juga tercatat sempat masuk Timnas Amerika Serikat pada 2018 silam. Sebelum akhirnya mengikuti kedua orang tuanya menjadi WNI dan tinggal di Lampung.

Baca Juga: [FOTO] Kopi Papua Jadi Primadona saat PON XX

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya