TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Start Terbaik Chicago Bulls dalam Dua Dekade Terakhir di NBA

Lonzo Ball dan DeMar DeRozan beri warna baru Chicago Bulls

Chicago Bulls melakukan start terbaik di kompetisi NBA dalam dua dekade terakhir. (nba.com).

Jakarta, IDN Times - Memasuki medio 90-an, Chicago Bulls menjelma jadi tim terbaik sepanjang sejarah kompetisi NBA. Diperkuat bintang terbaik dunia, tim yang identik dengan warna merah ini mampu mengumpulkan enam gelar juara dalam kurun waktu 1991 hingga 1998. 

Kedigdayaan mereka dimulai saat NBA musim 1990/91. Ditangani Phil Jackson yang naik kelas menjadi pelatih kepala setahun sebelumnya, skema triangle offense jadi kekuatan Bulls. Mengandalkan Michael Jordan dalam skema itu, dua gelar juara selanjutnya berhasil diraih.

Tanpa Jordan skema andalan Jackson itu tak bisa berjalan baik. Hal terbukti saat sang pemain pensiun dini pada musim berikutnya, Bulls sempat hiatus dua musim beruntun.

Namun, usai sang legenda kembali dan berkomplot dengan Scottie Pippen, Dennis Rodman hingga Steve Kerr, tak ada satupun tim yang bisa menghalangi keperkasaan Bulls. Mereka kembali menjadi juara tiga musim beruntun.

Usai itu, mereka menghadapi turbulensi. Perlahan kekuatan mereka luntur. Hingga akhirnya Bulls pelengkap saja dalam kompetisi NBA selama dua dekade lebih.

Baca Juga: Sihir Luka Doncic dan Rekor Bersejarahnya di NBA

1. Revolusi ala Dick Klein untuk mengembalikan kejayaan Chicaho Bulls

Chicago Bulls melakukan start terbaik di kompetisi NBA dalam dua dekade terakhir. (nba.com).

Pemilik klub, Dick Klein, coba menghidupkan kembali masa kejayaan Bulls. Mengawali musim 2021/22, mereka melakukan perubahan besar dengan melakukan cuci gudang, dan menyisakan tiga pemain saja untuk musim baru, yakni Zach LaVine, Coby White dan Patrick Williams.

Sebagai gantinya, mereka mendatangkan pemain-pemain baru, termasuk Lonzo Ball, DeMar DeRozan, hingga pemain draft, Ayo Dosunmu. 

Bulls pun sudah menuai manfaat dari beberapa tenaga tambahan yang didatangkan saat offseason. Empat laga pertama berhasil dilalui dengan kemenangan, masing-masing melawan Detroit Pistons dua kali, New Orleans Pelicans, dan teranyar Toronto Raptors.

Mereka jadi satu-satunya tim tak terkalahkan di wilayah timur musim ini. Catatan itu merupakan start terbaik Chicago Bulls sejak waralaba NBA musim 1996/97. 

2. Kolaborasi yang harmonis

Chicago Bulls melakukan start terbaik di kompetisi NBA dalam dua dekade terakhir. (nba.com).

Lonzo Ball yang datang sebagai pemain baru, punya peran besar dalam performa Bulls di awal musim ini. Dia mencatatkan statistik cukup mengkilap, dengan rata-rata, 14,3 poin, 5,8 rebound, lima assist, dan 2,5 turnovers per game. Itu jadi modal sempurna guard versatile tersebut menghadapi musim ini.

Kemampuannya itu disokong pemain lama, seperti Zach LaVine yang tak mau kalah menunjukkan kemampuannya bersama Bulls. Dia bahkan punya rata-rata menghasilkan poin sebesar 25,5 per game, jumlah yang lebih banyak dari Ball, selain menciptakan 5,3 rebound dan 4,8 assist per game.

Ada juga pemain anyar berposisi center yang musim lalu bermain untuk Orlando Magic, Nikola Vucevic. Pemain asal Montenegro itu tampil menonjol dengan catatan 14,3 poin, 11,5 rebound, dan 3,5 assist per game. 

Namun, di antara ketiganya, ada nama DeRozan yang menjadi sosok penting yang membuat Bulls tampil sangat apik di awal kompetisi dalam 25 tahun terakhir. Selain menorehkan rata-rata 25,5 poin per game, dia juga mampu membuat 5,8 rebound dan 4,5 assist per laga. 

3. Datang ke Chicago untuk menang

DeMar DeRozan memberikan dampak besar dalam permainan Chicago Bulls di NBA musim ini. (nba.com).

DeRozan, yang menghabiskan sembilan tahun kariernya di Toronto, punya ambisi besar kembali membangkitkan kejayaan Bulls musim ini. Dia merasa, sudah terlalu lama salah satu tim tersukses NBA ini mati suri. Sehingga, ini jadi momentum yang tepat bagi timnya kembali disegani. 

"Salah satu alasan mengapa saya memilih untuk datang ke Chicago adalah semua orang ingin sukses, menang. Semua orang memiliki chip itu di pundak mereka, dari kota hingga organisasi hingga para pemain yang saya ajak bicara," kata DeRozan dikutip ESPN.

"Itu merupakan pola pikir semua orang yang ada di Chicago, ini semua tentang menang. Kami tidak dalam tahap pengembangan, kami ingin menang sekarang," lanjut dia. 

4. Kompetisi NBA 2021/22 masih panjang

Chicago Bulls melakukan start terbaik di kompetisi NBA dalam dua dekade terakhir. (nba.com).

Bulls boleh saja mengambil langkah besar di awal musim, tapi ini baru permulaan. Apalagi, dalam enam laga berikutnya Bulls ditunggu lawan berat secara beruntun, seperti New York Knicks, Utah Jazz, Boston Celtics, Philadelphia 76ers (dua kali), hingga tim bertabur bintang Brooklyn Nets.

DeRozan pun memahami hal itu. Menurut dia, Bulls lebih banyak pertandingan yang harus diselesaikan dan tim harus terus berkembang setiap saat. NBA masih panjang, sehingga dia menilai jika rekor yang sudah ditorehkan, tak berarti apapun di dalam kompetisi.  

"Ini musim yang panjang, kawan. Start 4-0 bagus, tapi kami punya lebih banyak pertandingan untuk dimainkan. Kami tidak bisa membawa ini rekor seperti lencana kehormatan. Kami harus memahami pertandingan berikutnya akan lebih sulit," ujar eks pemain San Antonio Spurs itu.

Baca Juga: 5 Trade Terburuk Chicago Bulls dalam 20 Tahun Terakhir

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya