Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Ketentuan mengenai tekanan ban akan diperketat di MotoGP. Karena berada di area abu-abu, aturan ini sering dilanggar pada 2022 lalu. Banyak pembalap yang menggunakan tekanan ban lebih rendah dari batas yang semestinya.
Misalnya saja Francesco Bagnaia saat menang di Jerez. Pembalap Ducati ini kedapatan menang dengan kondisi tekanan ban yang lebih rendah dari batas minimal. Saat itu, tak ada sanksi yang diberikan karena memang belum ada aturannya.
Tak mau lagi kejadian tersebut terulang, penyelenggara MotoGP memperketat aturan tersebut. Namun, ternyata banyak pembalap yang merasa khawatir dengan diperketatnya aturan tekanan ban ini.
Kenapa, ya? Simak ulasan berikut ini!
1. Pelanggaran aturan tekanan ban akan mendapatkan sanksi
Aleix Espargaro dari Aprilia dan Michele Pirro dari Ducati tengah memacu motor mereka. (motogp.com) Untuk MotoGP 2023, tiap pembalap yang diketahui melanggar aturan ini bisa mendapatkan penalti, baik saat sesi latihan, kualifikasi, maupun balapan. Sanksi berupa penghapusan waktu putaran akan diberikan saat latihan dan kualifikasi. Sedangkan, ketika balapan, pembalap bisa terkena diskualifikasi.
Aturan menentukan tekanan ban minimal berada pada angka 1,9 bar (27,6 psi) untuk ban depan dan 1,7 bar (24,7 psi) untuk ban belakang. Tekanan ini akan dipantau menggunakan sensor tertentu yang dipasang pada kedua ban.
Baca Juga: Sesi Jumat Pekan Balap MotoGP 2023 Jadi Momen Penting, Apa Sebabnya?
2. Tekanan minimal pada ban depan bisa membahayakan
Alex Marquez (motogp.com) Sejumlah pembalap khawatir aturan ini berdampak pada meningkatnya kecelakaan di atas lintasan. Alex Marquez bahkan menyebutnya tidak aman.
Alasannya adalah karena suhu ban depan bisa meningkat dengan sangat cepat, terutama ketika berada di belakang lawan. Jika suhu meningkat terlalu tinggi, maka motor akan susah dikendalikan. Risiko terjatuh pun makin besar. Banyak pengendara percaya, ketika tekanan ban mencapai 2,2 bar (32 psi), risiko terjatuh meningkat drastis.
Tak heran Alex Marquez tak setuju dengan aturan ini. Ia menyebutnya tak masuk akal dan berbahaya. Selain itu, menurutnya, jika aturan ini diterapkan tahun lalu, maka kemungkinan akan ada 13 pembalap yang didiskualifikasi saat seri GP Australia.
“(Batas tekanan minimal) pada ban depan, sejujurnya, tak masuk akal, terutama untuk balapan, karena malah bisa membuat tidak aman. Untuk ban belakang, aku setuju,” kata pembalap Gresini Racing itu dikutip Motorsport-total.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
3. Berkendara dengan tekanan ban lebih rendah tak menguntungkan pembalap
Alex Marquez (motogp.com) Bagi Alex Marquez, berkendara dengan tekanan ban depan lebih rendah dari 1,9 bar sejatinya tak memberikan keuntungan. Penalti diskualifikasi pun menurutnya tak adil. Pembalap tak akan tahu kapan ia akan terkena hukuman karena tekanan ban ditentukan oleh intensitas duel dan adu salip dalam balapan.
“Aturan ini tidak adil. Kami akan tiba di podium dan kami tak tahu apakah kami akan menaikinya atau malah mendapat poin nol. Jika tekanan ban kamu benar-benar rendah, kamu malah tak bisa berbuat apa-apa di atas motor,” ujar adik Marc Marquez itu.
4. Juara dunia MotoGP juga menganggap aturan ini berbahaya
Francesco Bagnaia (motogp.com) Tak hanya Alex Marquez, Francesco Bagnaia juga merasa tak sepakat dengan aturan ini. Tekanan ban yang nantinya meningkat terlalu tinggi bisa sangat membahayakan.
“Jika aturan minimum ini diterapkan dalam kejuaraaan, maka itu akan menjadi masalah. Bukan hanya bagi (tim) kami, tetapi bagi semua pembalap. Berbahaya jika kamu membuntuti seseorang karena tekanannya akan makin tinggi,” kata juara dunia bertahan itu dilansir Motorsport-total.
Baca Juga: 5 Pembalap Ducati yang Buru Kemenangan Pertama di MotoGP 2023