Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi balap MotoGP (unsplash.com/Olav Tvedt)
ilustrasi balap MotoGP (unsplash.com/Olav Tvedt)

Penggemar MotoGP bakal kenal siapa Davide Tardozzi. Pasalnya, kamera selalu menyorotnya kala pembalap tim pabrikan Borgo Panigale menang. Bagaimana tidak, Tardozi punya ekspresi yang eksentrik kala melakukan selebrasi.

Pria asal Ravenna, Italia, kelahiran 30 Januari 1959 ini selalu wara-wiri di garasi balap Ducati. Maklum saja, Tardozzi adalah manajer Ducati Lenovo. Ia bosnya awak kru di dalam pit box.

Sebagai seorang manajer, Tardozzi bertugas menjaga keharmonisan tim. Ia juga perlu memastikan segalanya berjalan mulus. Namun, tugas terpenting Tardozzi adalah memastikan pembalapnya berada dalam kondisi nyaman sebelum berlaga di lintasan.

Beruntungnya, ia adalah mantan pembalap. Ia juga punya pengalaman panjang sebagai manajer tim balap. Perjalanan hidupnya membentuk dirinya yang sekarang.

Ini kisah Davide Tardozzi, seorang penghuni paddock yang banyak prestasi!

1. Pembalap yang namanya tercatat di buku sejarah

Davide Tardozzi malang melintang di grid balap. Tardozzi muda adalah seorang pembalap yang pernah berlaga di banyak kejuaraan. Pada 1984 dan 1985, ia sempat menjajal Grand Prix di kelas 250cc.

Kala itu ia mengendarai Yamaha sebagai tim privateer atau independen dengan sumber daya terbatas. Bayangkan saja, kepala mekanik di timnya adalah istrinya sendiri. Dari sini ia belajar, balapan di kelas tertinggi itu sangat mahal.

Namun, semangatnya tak surut. Justru kesulitan yang ia hadapi membentuk mental pantang menyerah. Ia lantas bekerja bareng Bimota, produsen motor asal Italia. Ini membuka jalannya untuk berkompetisi di ajang World Superbike (WSBK) yang baru digelar.

Episode hidupnya sebagai pembalap WSBK menjadi kebanggaan tersendiri. Pada 1988 di Sirkuit Donington Park, Inggris, ia menang di atas Bimota YB4. Ini merupakan balapan pertama di kejuaraan dunia yang menggunakan motor produksi massal ini. Dengan begitu, Davide Tardozzi tercatat dalam sejarah sebagai pemenang pertama WSBK.

Sayangnya, pada akhir musim, ia hanya menempati peringkat ke-3 klasemen akhir. Kendati begitu, Tardozzi masih bisa meraih prestasi tertinggi di tempat lain. Di Kejuaraan Nasional Italia (CIV Superbike) 1988, ia merebut gelar juara. Secara total, ia mengumpulkan tujuh gelar di ajang ini. Seringnya bersama Ducati, merek yang kelak makin membesarkan namanya.

Tardozzi juga mencoba peruntungan di Superbike Eropa 750cc 1991. Ia kembali sukses merebut gelar juara. Dari semuanya, tentu saja prestasi di WSBK yang paling mendapat sorotan. Sepanjang berkarier di WSBK, Tardozzi mengoleksi 75 start, 5 kemenangan, 11 podium, dan 2 pole position. Ia gantung helm sebagai pembalap pada akhir 1992.

2. Manajer balap yang banyak prestasi

Bagi Davide Tardozzi, sebuah karier itu ada periode waktunya. Ketika selesai sebagai pembalap, ia tak berminat lagi menggeber motor balap di lintasan. Namun, bukan berarti ia hengkang dari paddock balap.

Davide Tardozzi hanya memilih jalur lain. Pada 1993, ia menerima tawaran untuk posisi manajemen di Ducati Corse. Tardozzi menjadi manajer tim pabrikan Borgo Panigale yang berlomba di WSBK.

Sebagai manajer tim, kariernya bersinar terang. Tardozzi merebut sederet gelar juara dunia pembalap bersama beberapa pembalap berbeda. Mereka adalah Carl Fogarty (1998 dan 1999), Troy Corser (1996), Troy Bayliss (2001, 2006, dan 2008), Neil Hodgson (2003), dan James Toseland (2004). Tardozzi juga mempersembahkan 14 gelar juara pabrikan dalam 17 tahun kepemimpinannya.

Kolaborasi Tardozzi dan Ducati berakhir pada pengujung 2009. Pada 2010, Tardozzi mencoba tantangan baru sebagai manajer BMW Motorrad di WSBK. Sayangnya, posisinya di tim pabrikan asal Jerman ini hanya bertahan selama setahun.

Apakah karier Tardozzi di dunia balap berakhir? Tentu saja tidak. Mulai 2014, Davide Tardozzi kembali dipercaya Ducati untuk mengisi posisi manajemen di tim balapnya. Kali ini Tardozzi mengomandoi tim pabrikan Ducati di MotoGP.

Davide Tardozzi punya misi menghidupkan Ducati yang mati suri. Ia bekerja sama dengan Gigi Dall’Igna, teknisi paling mumpuni di Ducati. Dengan kehebatannya, Dall’Igna mengubah arah sejarah Ducati dengan menghasilkan evolusi mesin yang makin kompetitif tiap musimnya.

Di MotoGP, kerja Tardozzi tak mudah. Ia mengatur tim balap dengan level kompetisi tertinggi. Ia harus mampu terhubung dengan banyak pembalap kenamaan. Nama-nama besar seperti Andrea Dovizioso, Andrea Iannone, Jorge Lorenzo, Danilo Petrucci, Jack Miller, Enea Bastianini, dan Francesco Bagnaia datang silih berganti.

Kendati begitu, Tardozzi tetap bisa menjaga performa kerjanya. Tardozzi telah merengkuh sederet prestasi di MotoGP. Pada 2017--2019, Ducati meraih runner-up kejuaraan pembalap lewat Dovizioso.

Sejak 2021, prestasinya makin mentereng. Tim pabrikan Ducati merebut titel juara dunia tim MotoGP pada 2021, 2022, dan 2024. Puncaknya adalah dua gelar juara dunia pembalap yang direbut Ducati lewat Francesco Bagnaia pada 2022 dan 2023.

3. Bagi Davide Tardozzi, manajer tim harus tahu apa yang dibutuhkan pembalap

Bagaimana Davide Tardozzi bisa begitu sukses sebagai manajer tim? Rahasianya ada pada pengalamannya yang panjang. Baik itu pengalaman sebagai pembalap ataupun manajer.

Tardozzi percaya bahwa manajer yang baik harus bisa memberikan apa yang dibutuhkan pembalapnya. Ia harus bisa menyatu dengan mereka. Tak hanya mengerti karakter, tetapi juga harus paham suasana hati dan pikirannya.

Tardozzi paham bahwa pembalap selalu menuntut sesuatu. Seorang manajer tim harus bisa memberi apa yang mereka butuhkan, bukan apa yang mereka inginkan. Dengan pengalamannya, Tardozzi bisa menangani pembalap dengan baik.

“Bagus jika kamu punya pengalaman (sebagai pembalap) dan tahu apa yang dipikirkan pembalap,” kata Tardozzi seperti dilansir Speedweek.

Untuk mengetahui apa yang dibutuhkan pembalapnya, Tardozzi berkaca dari pengalamannya dan pengalaman pembalap lain yang ia tangani. Ia mencari tahu kesalahan apa yang harus dihindari dan langkah apa yang diperlukan untuk maju.

“Itu datang dari dalam. Kamu harus punya bakat untuk pekerjaan ini agar bisa menangani pembalap dengan baik. Pembalap adalah bagian terpenting dari tim,” kata Tardozzi dikutip Speedweek.

Untuk 2025, Davide Tardozzi mengurusi dua pembalap kaliber juara, yakni Francesco Bagnaia dan Marc Marquez. Dengan keduanya, Ducati punya potensi tinggi untuk kembali merebut titel juara dunia MotoGP. Tardozzi hampir dipastikan kembali mengukir prestasi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team