TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[EKSKLUSIF] Eko Roni, Anak Tukang Ikan yang Jadi Bintang MMA Dunia

Eko Roni awalnya mengira kena tipu sebelum jadi bintang

Petarung ONE Championship, Eko Roni Saputra. (dok. ONE Championship)

Jakarta, IDN Times - Eko Roni Saputra tengah diperbincangkan di pentas mixed martial arts profesional. Bagaimana tidak, Eko memang baru saja mencatatkan prestasi gemilang dalam pentas ONE Championship.

Saat tampil di laga kontra petarung asal China, Peng Shuai Liu, dalam ONE Battleground II, 13 Agustus 2021 silam, Eko tampil eksplosif. Laga baru berlangsung 10 detik, Eko sudah mengunci kemenangan.

Hook kanan Eko mendarat telak di rahang Shuai Liu. Otomatis, Shuai Liu terkapar dan dinyatakan kalah KO.

Aksi Eko ternyata mencatatkan sejarah baru di pentas ONE Championship. Hook kanan Eko dinobatkan sebagai KO tercepat sepanjang sejarah turnamen MMA terbesar di kawasan Asia-Pasifik tersebut.

Eko juga memperpanjang rekornya di ONE Championship. Dia sudah mencatatkan lima kemenangan beruntun dalam enam penampilannya di ONE Championship.

Dengan catatan itu, ada potensi Eko menanjak menuju panggung yang lebih besar. Bukan tak mungkin, Eko diberi kesempatan buat tampil di panggung perebutan gelar juara.

Tapi, catatan itu tak bikin Eko terlena. Eko tetap jadi dirinya, yang rendah hati dan tak mau terbebani dengan sebuah target tertentu. Saat berbincang dengan IDN Times dalam program Locker Room, Eko mengaku tak terpikir buat naik ke tangga perebutan sabuk.

Buatnya, bertarung dan menorehkan catatan positif secara konsisten yang paling penting. Yuk simak obrolannya bareng IDN Times.

Selamat buat kemenangan cepatnya Eko, bisa cerita bagaimana momentum itu tercipta?

Eko Roni Saputra melayangkan pukulan yang membuat KO Liu Peng Shuai dari China (dok. ONE Championship)

Momen itu tercipta dan datang dalam waktu yang tepat. Saya, ketika itu, memang ingin main dengan gaya striking.

Selama ini kan memang fokusnya di grappling, gulat, lalu kuncian. Menangnya juga sering ground and pound atau kuncian. Tapi, dalam laga terakhir, memang ada keinginan dari saya dan pelatih buat bertarung dengan gaya striking.

Ketika laga baru berjalan 10 detik, ada momen dan akhirnya saya melepaskan pukulan itu.

Tapi, bukannya memang Eko sempat belajar tinju?

ONE Championship

Benar, di usia lima tahun berlatih tinju bareng ayah. Cukup lama juga. Tapi, kala itu ayah saya bilang, kalau mau sukses dan lebih sejahtera, geser ke gulat.

Saya sebenarnya kala itu berat buat pindah ke gulat. Tapi, akhirnya pindah juga. Ternyata asyik, saya mulai menikmati dan mencintainya.

Berbagai prestasi saya raih di gulat. Mulai dari event PON, SEA Games, hingga Asian Games 2018, sudah saya rasakan. Prestasi terbaik adalah medali perak SEA Games 2013.

Ya, dari situ sebenarnya terlihat kalau saya lebih melekat di gulat. Latihan tinju kan sudah lama, harus dipertajam lagi.

Biasanya, pegulat itu juga punya kecenderungan untuk jadi petarung all rounded di MMA. Eko sudah merasa begitu?

Petarung ONE Championship, Eko Roni Saputra. (dok. ONE Championship)

Saya terus belajar. MMA ini kan bisa dibilang dunia baru buat saya. Setiap hari, saya berlatih dengan materi yang beragam.

Tak cuma grappling, tapi pertajam striking juga. Kan beda. Perlu waktu buat belajar sebuah hal, ada prosesnya.

Baca Juga: Eko Roni Saputra: Dari Tepian Sungai Samarinda Menuju Panggung Dunia 

Bicara proses, bagaimana Eko merasakan ketatnya persaingan di ONE Championship? Sudah merasa layak ke tingkat tantang sang juara?

Petarung ONE Championship, Eko Roni Saputra. (dok. ONE Championship)

Saya cuma mau fokus bertarung. Siapa pun lawan yang diberikan ONE Championship, saya hadapi. Impian tentu ada, apalagi saya di sini bawa nama Indonesia.

Tapi, paling penting adalah bagaimana saya fokus pada perkembangan diri sendiri. Saya tak mau pilih lawan. Memang, sampai sekarang saya belum ada panggilan.

Harus sabar sih intinya. Apalagi, kondisi pandemik COVID-19 membuat segalanya jadi susah. Semua petarung mau berduel, tampil.

Harus gantian juga kan. Makanya saya fokus saja ke latihan demi mempertajam diri.

Ada satu petarung yang selama ini jadi batu sandungan buat jagoan Indonesia di kelas terbang, Chan Rothana. Rudy Golden Boy dan Abro Fernandes sudah kalah darinya, mau coba tarung lawan dia?

Petarung ONE Championship, Eko Roni Saputra. (dok. ONE Championship)

Banyak yang bilang saya akan duel lawan Rothana, lalu masuk bursa perebutan sabuk melawan Adriano Moraes, tapi seperti yang saya bilang tadi, fokus saja sama diri sendiri.

Siapa lawan yang diberikan ONE Championship tak masalah. Saya harus lawan dia. Jadi, fokus saja sama latihan, mengembangkan diri.

Oh iya, soal latihan bagaimana di Singapura, kan baru lockdown lagi?

Latihan sih aman di sini. Tapi, memang karena kasusnya kembali naik, semua ditutup. Terbatas juga aktivitasnya.

Ya, saya cuma ke gym, lalu pulang. Mau jalan-jalan sama anak dan istri di Singapura juga susah, karena kan semua tempat ditutup.

Bersyukur karena kami di sini sehat-sehat. Latihan juga protokolnya ketat karena kalau masuk gym harus sudah divaksin.

Baca Juga: 6 Finisher Mengerikan dari Indonesia di ONE Championship

Sejak pertama kali gabung ONE Championship, Eko menghabiskan banyak waktu berlatih di Singapura. Kangen sama keluarga besar?

Iya sudah dua tahun nih tak pulang karena pandemik COVID-19. Sebenarnya bisa saja pulang ke Indonesia. Tapi, masuk lagi ke Singapura yang tidak bisa.

Makanya, saya dan istri memutuskan tinggal lebih dulu di Singapura. Kangen sih sama suasana kampung halaman.

Kangen buat makan dan kumpul bareng keluarga. Saya mau jalan-jalan juga kan menikmati suasana kampung halaman. Tapi, mau bagaimana lagi.

Sebenarnya, siapa sih yang paling berjasa antar Eko mencapai titik ini?

Petarung ONE Championship, Eko Roni Saputra. (dok. ONE Championship)

Istri saya. Dia selalu ada di samping saya, mendukung, dan tak mengeluh ketika harus ditinggal dengan jadwal yang padat.

Ketika gabung ke ONE Championship, saya berlatih seharian. Pulang sudah larut malam. Lihat istri dan anak sudah istirahat. Cuma sebentar ketemu mereka. Tapi, istri saya selalu mendukung di berbagai kondisi.

Baca Juga: Mighty Mouse Vs Iron Man Panaskan 10 Tahun ONE Championship

Nah, soal gabung ke ONE Championship, sebenarnya bagaimana ceritanya?

Petarung ONE Championship, Eko Roni Saputra / dok. ONE Championship

Saya tak menyangka, mengingat di masa lalu, cuma seorang pemuda yang sering beraktivitas di pasar. Bantu-bantu ayah jual ikan. Saya angkat-angkat barang, dan melakoni kegiatan di pasar lainnya.

Sebenarnya, ketika pertama kali ditawari gabung ONE Championship saya merasa ini penipuan. Awalnya, saya diundang buat latihan di Evolve.

Jujur, tak tahu apa itu Evolve dan ONE Championship. Apalagi, saya dikasih kontrak berbahasa Inggris. Akhirnya saya diskusi dengan istri dan lainnya.

Di awal, saya takut keluar dari zona nyaman. Sebab, saya sudah menghasilkan secara konsisten dari gulat. Selain itu, semua yang saya bangun telah membuat keluarga bangga. Penghasilan saya dari gulat dan MMA jadi hal baru buat saya.

Lalu, kami diskusi dan mengambil keputusan penting tersebut. Kami pindah ke Singapura, terima tawaran ONE Championship. Hingga akhirnya ada di titik sekarang.

Saya bisa memberangkatkan orang tua dan mertua ke tanah suci, dan lainnya. Bersyukur bisa seperti sekarang

Apa masa tersulit buat Eko?

Petarung ONE Championship, Eko Roni Saputra / dok. ONE Championship

Selalu sulit bicara hal yang baru. Saya tak kenal MMA di awal, dan harus mengejar berbagai ketertinggalan. Saya cuma tahu gulat, kuncian, dan lainnya.

Tapi, saya terus berjuang demi mengasah kemampuan striking dalam pertarungan di atas arena.

Yang bikin saya drop, kekalahan pertama (melawan Niko Soe). Dari situ, saya berpikir apakah layak ada di sini. Tapi, saya harus bangkit dan mencoba berbicara lebih banyak.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya