Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Suporter sepak bola.jpg
ilustrasi suporter sepak bola (IDN Times/Mardya Shakti)

Intinya sih...

  • Musik sebagai upaya komodifikasi olahraga

  • Lagu menciptakan engagement dan ikatan emosi

  • Peran lagu-lagu dalam meramaikan acara olahraga

Sadar atau tidak, musik dan olahraga punya banyak irisan yang bisa diulik. Dua hal yang tampak tak punya korelasi langsung itu sebenarnya adalah komoditas ekonomi yang sering dikawinkan. Contoh termudahnya adalah keberadaan official soundtrack untuk sebuah turnamen macam Piala Dunia, Piala Eropa, Olimpiade, dan Asian Games.

Musisi juga sering didatangkan pada momen penting dalam gelaran olahraga, seperti pembukaan dan penutupan. Di Amerika Serikat, musisi bahkan tampil langsung di stadion untuk menghibur penonton saat turun minum. Lantas, apa, sih, sebenarnya fungsi dari musik dalam gelaran olahraga? Seberapa besar efek dari eksistensi musik dalam berbagai turnamen olahraga? Mari ulas lebih jauh!

1. Menggaet lebih banyak penonton

Musik bisa dikategorikan upaya komodifikasi lanjutan dari acara olahraga. Ketimbang menghibur pemain dan panitia acara, musik sebenarnya menarget audiens atau penonton. Keberadaannya diharapkan bisa menggaet lebih banyak penonton, bahkan orang-orang yang sebelumnya mungkin bukan penggemar cabang olahraga. Cara termudahnya apalagi selain berkolaborasi dengan musisi yang sudah punya reputasi dan basis penggemar.

Ricky Martin dan Shakira adalah beberapa contoh musisi tenar yang pernah diajak FIFA berkolaborasi untuk memopulerkan official soundtrack Piala Dunia. Mereka sukses besar, lagu “La Copa de la Vida dan “Waka Waka (This Time for Africa)” jadi dua lagu resmi Piala Dunia FIFA yang sampai sekarang tak terlupakan. Pada Piala Dunia 2022, FIFA bahkan sengaja memilih boy group Korea Selatan yang sedang naik daun, BTS, sebagai pengisi lagu resmi.

2. Menciptakan engagement yang lebih luas dan efektif

Tak hanya menarik perhatian, penyelenggara acara olahraga butuh engagement, yakni keterlibatan, dan komitmen dari penonton. Tujuan akhirnya memang menciptakan aliran dana, misal dengan pembelian pernak-pernik, tiket, hak siar, spot reklame, dan lain-lain. Lagu bisa dilihat sebagai salah satu fasilitator engagement tersebut karena menciptakan antusiasme dan ikatan emosi. Apalagi untuk acara olahraga, kadang representasi kultural dilibatkan.

Tak jarang pihak tuan rumah yang meminta musisi lokal mereka untuk menyanyikan lagu resmi. Seperti yang terjadi pada Asian Games 2018 dan beberapa edisi Piala Dunia, seperti 2006, 2014, dan 2022. Musisi lokal tuan rumah dilibatkan dalam lagu-lagu resmi, membawakan lagu dalam bahasa lokal dan versi terjemahan Inggrisnya sekaligus. Agar tetap menarik dan tak terlalu asing buat penonton internasional, mereka sengaja disandingkan dengan nama-nama tenar. Dengan melibatkan musisi lokal dan menyisipkan referensi kultural, ikatan emosi yang tercipta pun diharapkan lebih kuat. Ketika emosi sudah terlibat, keputusan manusia tak lagi bisa ditebak. Mereka yang biasanya tak suka olahraga, bisa saja memilih menonton turnamen itu.

3. Lagu-lagu yang meramaikan acara olahraga

Kebanyakan lagu yang dinyanyikan dalam acara olahraga punya tipe yang sama, yakni bersemangat, bertempo cepat, dan liriknya menginspirasi. Namun, dalam beberapa kasus, itu bukan pakem yang perlu dituruti. Super Bowl Halftime Show adalah acara tahunan National Football League (NFL) di Amerika Serikat yang formatnya seperti konser musik pada umumnya. Musisi yang diundang membawakan lagu-lagu hits mereka tak peduli apakah temanya berkaitan erat dengan olahraga atau tidak. Super Bowl secara strategis selalu mengundang musisi yang sedang berada di puncak kariernya, jadi tidak heran kalau tradisi tahunan ini saking populernya bisa jadi brand sendiri.

Tak hanya penyelenggara yang bisa menyertakan lagu dalam acara olahraga. Fans juga punya andil. Mereka sering menyanyikan yel-yel dan lagu saat menonton tim favorit. Menariknya, terkadang lagu-lagu itu mereka nyanyikan dengan konteks yang berbeda-beda dan tak jarang berbau politis. "You'll Never Walk Alone” biasanya dinyanyikan untuk mengenang korban Tragedi Hillsborough. Namun, pada 2023-2025, lagu itu bisa diasosiasikan sebagai bentuk simpati dan dukungan terhadap Palestina. Suporter Celtic FC pernah menyanyikannya sambil kompak membawa bendera dan spanduk dukungan kepada Palestina. Ia juga berkumandang saat Liverpool merayakan gelar juara English Premier League 2024/2025 bersama ribuan suporter yang membawa bendera Palestina.

Masih banyak lagu lain yang identik dengan olahraga gara-gara suporter. Contohnya “Abide With Me” (FA Cup), “Swing Low Sweet Chariot” (Timnas Rugby Inggris),  dan “Flower of Scotland” (Timnas Skotlandia berbagai cabor). Bedanya, lagu-lagu dari fans murni dikumandangkan sebagai bentuk solidaritas ketimbang keperluan komersial seperti yang dilakukan penyelenggara.

Musik dan olahraga ternyata selekat itu bila diteropong. Poinnya, peran musik bisa berbeda tergantung siapa yang punya kepentingan. Penyelenggara acara olahraga dan suporter punya posisi yang cukup bertolak belakang dalam hal ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team