Apa yang Membuat Francesco Bagnaia Menurun di MotoGP 2025?

- Francesco Bagnaia kesulitan beradaptasi dengan Ducati Desmosedici GP25
- Francesco Bagnaia tertinggal jauh dalam sprint race dari Marc Marquez
- Tekanan internal Ducati kian meningkat imbas performa buruk Francesco Bagnaia
Francesco Bagnaia kembali tampil mengecewakan pada balapan utama GP Austria 2025, Minggu (17/8/2025). Pembalap Italia itu hanya mampu finis kedelapan setelah bermasalah pada balapan sprint sehari sebelumnya. Hasil ini menambah panjang daftar performa inkonsisten yang membuatnya terus tertinggal dari rekan setimnya, Marc Marquez.
Kekecewaan Bagnaia makin besar karena lintasan Red Bull Ring salah satu sirkuit favoritnya. Ia berhasil memenangkan tiga edisi terakhir, tetapi justru kesulitan mempertahankan ritme pada 2025 ini. Bahkan, ia secara terbuka menegaskan dirinya membutuhkan jawaban dari Ducati setelah penampilan buruk tersebut.
1. Francesco Bagnaia kesulitan beradaptasi dengan Ducati Desmosedici GP25
Francesco Bagnaia mengakui, salah satu penyebab terbesar penurunan performanya adalah ketidakcocokan gaya balap dengan Ducati Desmosedici GP25. Sejak 2020, ia terbiasa mengandalkan braking entry yang solid sebagai senjata utama saat melibas tikungan. Namun, karakteristik motor terbaru justru menimbulkan instabilitas pada bagian depan, sehingga membuatnya kehilangan keunggulan itu.
Kondisi tersebut memaksanya untuk mengubah pendekatan, meski hasilnya belum memberikan kepuasan. Bagnaia mengaku frustrasi karena kelebihan yang selama ini menjadi ciri khasnya berubah menjadi kelemahan. Ia menilai tidak ada jalan pintas untuk mengembalikan kenyamanan yang pernah ia rasakan pada motor sebelumnya.
Dalam usahanya menemukan kembali ritme, Francesco Bagnaia sampai menonton ulang balapan-balapan terbaiknya pada masa lalu. Ia ingin membuktikan kepada dirinya sendiri, kemampuannya masih ada, tetapi DNA GP25 membuatnya harus beradaptasi dengan gaya baru. Sementara itu, Marc Marquez mampu cepat menyesuaikan diri dengan kelemahan motor yang sama. Fakta ini menegaskan, masalah utama Bagnaia lebih kepada kesesuaian gaya balapnya ketimbang potensi dari motor itu sendiri.
2. Francesco Bagnaia tertinggal jauh dalam balapan sprint dari Marc Marquez
Selain kesulitan adaptasi, Francesco Bagnaia juga kerap dihantui masalah teknis yang merugikannya di lintasan. Pada balapan sprint GP Austria 2025, ia mengalami wheelspin ekstrem sejak awal balapan yang menguras habis ban belakang hanya dalam beberapa lap. Kondisi tersebut diperparah dengan hilangnya fungsi rem akibat getaran, sehingga memaksanya untuk menghentikan balapan lebih awal.
Situasi ini bukan pertama kalinya menimpa Bagnaia. Ia sempat menghadapi masalah serupa di beberapa sprint, yang membuat performanya tampak tidak konsisten. Meski sempat menunjukkan kecepatan pada sesi kualifikasi, Bagnaia kerap gagal mempertahankan performa itu pada balapan jarak pendek.
Balapan sprint sendiri memang menjadi kelemahannya sejak lama. Bagnaia tampak kesulitan tampil agresif pada lap awal sehingga kerap disalip pesaingnya tanpa mampu membalas. Berdasarkan data The Race hingga GP Belanda 2025, ia hanya mengumpulkan 46 poin sprint atau sekitar 38,3 persen dari total poin maksimal, jauh di bawah Marc Marquez yang mencapai 117 poin atau 97,5 persen. Dengan format MotoGP modern yang sangat menekankan sprint, keterbatasan ini jelas menjadi hambatan serius dalam upayanya bersaing di jalur juara pembalap.
3. Tekanan internal Ducati kian meningkat imbas performa buruk Francesco Bagnaia
Hadirnya Marc Marquez sebagai rekan setim membuat sorotan terhadap Francesco Bagnaia makin tajam. Marquez tidak hanya lebih cepat, tetapi juga konsisten dengan dominasi pada balapan sprint maupun balapan utama. Bahkan, Alex Marquez yang mengendarai motor satelit Ducati kerap tampil lebih kompetitif daripada Bagnaia. Kondisi ini menempatkannya dalam posisi sulit.
Situasi ini memunculkan perbandingan langsung di dalam Ducati. Marquez mampu segera menaklukkan GP25, sementara Bagnaia justru terlihat canggung dan sering kehilangan kecepatan saat dibutuhkan. Tekanan makin besar ketika General Manager Ducati, Luigi Dall’Igna, mengkritik performanya dan menuntutnya tampil lebih baik.
Puncak ketegangan muncul usai balapan GP Austria 2025. Bagnaia secara terbuka menegaskan sudah kehabisan kesabaran dengan situasi yang berulang. Ia menilai masalah bukan berada pada dirinya, karena sempat berhasil memenangkan balapan di sirkuit yang sama dalam 3 musim terakhir. Bagnaia bahkan menuntut Ducati segera memberikan penjelasan konkret atas performa yang membuatnya tertinggal jauh dari para pesaing.
Francesco Bagnaia kini berada dalam periode terberat sejak debut di MotoGP. Ketidakcocokan motor, problem teknis berulang, dan tekanan internal dari tim membuatnya kesulitan tampil maksimal. Jika solusi tidak segera ditemukan, MotoGP 2025 bisa berakhir tanpa pencapaian besar bagi sang juara dunia dua kali ini.