Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Inovasi MST Golf dan Misi Jaring Pegolf Gen Z

CEO Erajaya Active Lifestyle, Djohan Sutanto. (dok. pribadi).
Intinya sih...
  • CEO Erajaya Active Lifestyle, Djohan Sutanto, melebarkan bisnis ke industri golf lewat MST Golf
  • Peralatan dan aksesoris golf diproyeksikan mendongkrak penjualan hingga 1 miliar dolar, berharap melahirkan pegolf andal
  • MST Golf hadirkan inovasi dan konsep 'All In One' dengan toko retail, indoor golf, cup fitting, akademi, dan F&B di Indonesia

Jakarta, IDN Times - Belum lama ini, CEO Erajaya Active Lifestyle, Djohan Sutanto melebarkan sayap perusahaannya ke industri golf lewat MST Golf. Sederet inovasi dihadirkan Djohan dalam mengembangkan bisnisnya tersebut.

Awal Januari 2024 lalu, Djohan menyebut peralatan dan aksesoris golf diproyeksikan bakal mendongkrak penjualan Erajaya Grouphingga 1 miliar dolar, atau setara Rp15,4 triliun.

La Piazza Summarecon Kelapa Gading dipilih Djohan untuk membuka gerai MST Golf pertamanya di Indonesia. MST Golf Arena dilengkapi dengan fasilitas yang wah. Area belajar dan bermain golf yang menyenangkan dihadirkan dalam gerai tersebut.

Dalam lini bisnis barunya, Djohan juga berupaya untuk menjaring bibit potensial. Lewat pendekatan MST Golf kepada komunitas-komunitas di Indonesia, Djohan berharap membantu dalam melahirkan pegolf andal.

Seperti apa inovasi dan cara MST Golf dalam membantu perkembangan atlet muda? Berikut wawancara khusus IDN Times bersama Djohan Sutanto.

Dalam beberapa tahun terakhir, seperti apa sih pertumbuhan industri golf?

Potret perlengkapan golf di MST Golf Pondok Indah Mall. (IDN Times/Herka Yanis).

Menurut saya, hari ini pertumbuhan golf agak lompat ya, dibandingkan sebelum COVID-19 dulu. Marketnya ini membaiklah ya, dan sebenarnya juga selama masa itu kami sudah mempelajari potensi dari golf ternyata cukup besar. Anak-anak muda dari Milenial dan Gen Z juga merasa ini olahraga yang istilahnya bukan seperti untuk kalangan eksklusif tertentu lagi.

Sudah banyak anak muda yang tertarik untuk bermain golf. Jadi, ini bagus untuk industri, karena kalau kita gak ada regenerasi ya industri golf tidak akan tumbuh.

Ada stigma kalau golf ini merupakan olahraga orang kaya. Bapak setuju tidak dengan anggapan itu?

Lapangan golf di Nuvasa Bay Batam (IDN Times/Aryodamar)

Saya main golf sudah lama, mungkin 20 tahun, meski sempat berhenti lama hampir belasan tahun. Sekarang, saya mulai lagi.

Kalau dulu, memang mungkin ada sedikit stigma golf itu olahraga mahal. Iya memang mahal, tetapi itu dulu. Tetapi, setelah pandemik (COVID-19), stigma itu mungkin sudah agak berubah. Apa yang membuat perubahan itu? Ya, menurut saya lebih ke akses untuk bermain golf sudah lebih mudah.

Mulai banyak driving range dan pilihan peralatan golf. Apalagi, income masyarakat, menurut saya sudah meningkat. Golf itu menarik karena bukan olahraga saja, ada sosialisasi di dalamnya.

Apakah MST Golf ini rencana membuat beasiswa atau pelatihan gratis untuk anak-anak usia dini agar bisa menjadi atlet nasional?

Salah satu cara kami membangun industri ini adalah mengundang banyak bakat muda untuk datang MST. Terus, kami adakan pelatihan seperti teknik dasar dan macam-macam. Sehingga, mereka menyadari, menjadi pegolf yang lebih baik itu tidak susah, asal mau belajar.

Kami memang sedang melakukan beberapa program atau kerja sama. Kami mengundang banyak komunitas, untuk mencari bakat atau talenta yang dianggap bisa membantu industri ini berkembang.

Kami juga mengajak dari beberapa brand peralatan golf terkemuka untuk melakukan sponsorship pada mereka supaya bisa merasakan teknologi terbaru, of course terdapat promosi di situ ya. Jadi, mereka mengerti bahwa dengan dibantu teknologi, pemain golf ini akan lebih mudah.

Apa yang membuat Erajaya memutuskan berinvestasi di bisnis golf?

Trump International, Golf Club-Lido (dok. KPIG)

Sekitar tiga tahun yang lalu, kami mulai melakukan approach atau pengembangan bisnis yang disebut Acitve Lifestyle. Nah, tahun lalu, kami IPO. Kalau ditanya sebenarnya apa tujuan Erajaya Active Lifestyle, ya kami ingin leading di industri Active Lifestyle.

Pertumbuhan golf juga meningkat pesat dan kami merasa yakin untuk terjun di industri ini. Kami juga yakin potensi golf ini masih cukup luas untuk berkembang lagi. Apalagi, penetrasi golf Indonesia masih sangat rendah kalau dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lain. Jadi, potensinya masih sangat besar.

Kemudian, kami bertemu dengan MST yang sudah di industri golf lebih dari 30 tahun. Kolaborasi ini, menurut saya, memang akan sangat bagus. Kami menemukan partner yang tepat. Dalam tujuh bulan, kami sudah punya empat toko. Itu cukup cepat.

Seperti apa inovasi MST untuk terus bersaing di industri ini?

Potret perlengkapan golf di MST Golf Pondok Indah Mall. (IDN Times/Herka Yanis).

Customer journey dan experience yang ditawarkan MST Golf itu berbeda. Di Indonesia, MST Golf ini merupakan salah satu pionir daripada koonsep yang kami sebut All In One. Apa itu? Kami punya toko retail, indoor golf, cup fitting dan akademinya. Kami juga jual makanannya, seperti yang di Kelapa Gading. Konsep ini, waktu kami masuk belum ada. Makanya, kami menawarkan konsep ini di Indonesia.

Setelah beberapa bulan, memang ini cukup bagus adopsinya. Masyarakat yang datang pun sangat senang.

Apa perbedaan dari tiga konsep yang dihadirkan MST Golf?

Pertama, MST Superstore. Jadi, gerai tujuannya untuk mencakup masyarakat yang lebih luas. Ukuran tokonya agak besar, dan alat-alat yang ditawarkan lebih lengkap. Superstore ini fokus kami adlaah retail, fitting, coaching dan brand-nya lebih banyak.

Di atasnya ada premium. Lokasinya tidak sebesar superstore. Lebih kecil, tetapi premium. MST Golf Arena menjadi yang paling tinggi. Toko di sana luas sekali dan kami menambahkan F&B dan sebagainya. Kalau arena ini, istilahnya one stop shopping yang paling komplet.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tino Satrio
Satria Permana
Tino Satrio
EditorTino Satrio
Follow Us