4 Juara Dunia Formula 1 yang Tampil Buruk setelah Perubahan Regulasi

- Lando Norris juara dunia F1 2025 bersama McLaren dengan 423 poin dan 7 kemenangan.
- Jacques Villeneuve, Michael Schumacher, Lewis Hamilton, dan Sebastian Vettel tampil buruk setelah perubahan regulasi pada tahun-tahun berikutnya.
- Perubahan regulasi membuat mobil-mobil mereka tidak kompetitif sehingga sulit mempertahankan gelar juara dunia.
Lando Norris berhasil meraih gelar juara dunia Formula 1 2025 bersama McLaren. Norris berhasil meraup 423 poin dan 7 kemenangan sepanjang musim. Ia mengalahkan Max Verstappen serta rekan setimnya, Oscar Piastri.
Namun, misi Norris untuk mempertahankan gelar juara dunia pada 2026 mendatang tak akan mudah. Hal itu karena Formula 1 menerapkan perubahan regulasi yang cukup besar. Perubahan tersebut termasuk dimensi mobil yang lebih kecil dan ringan, perubahan konfigurasi mesin, serta sistem Drag Reduction System (DRS) yang dirubah.
Jika menilik sejarah, perubahan regulasi kerap menyulitkan bagi para juara dunia. Hal itu karena setiap tim harus menata ulang mobilnya sesuai dengan regulasi terbaru. Berikut empat pembalap Formula 1 yang gagal mempertahankan gelar juara dunia karena perubahan regulasi per 18 Desember 2025.
1. Jacques Villeneuve tampil tak maksimal karena Williams tak siap dengan perubahan regulasi pada 1998
Williams merupakan tim paling dominan pada 1990-an. Mereka sukses meraup 5 gelar juara dunia konstruktor dan 4 gelar juara dunia pembalap. Sayang, dominasi tim yang bermarkas di Grove, Inggris tersebut akhirnya harus berakhir setelah Jacques Villeneuve meraih gelar juara dunia 1997.
Pada 1998, Formula 1 menerapkan beberapa perubahan regulasi. Dimensi mobil menjadi lebih kecil yang berpengaruh terhadap aerodinamika dan downforce. Formula 1 juga memperkenalkan penggunaan ban ulir. Selain itu, sistem pengereman juga dirubah agar peluang untuk menyalip lebih besar.
Beberapa perubahan tersebut membuat Villeneuve gagal mempertahnkan gelar juara dunianya. Mobil Williams yang tak kompetitif membuat ia tampil buruk dengan finis di posisi kelima. Pembalap asal Kanada tersebut bahkan tak sekalipun meraih kemenangan sepanjang musim.
Faktor lain yang membuat Williams tampil buruk adalah perpisahan dengan Renault sebagai pemasok mesin. Mecachrome yang menjadi pemasok mesin baru tak mampu bersaing dengan mesin-mesin lain. Perubahan tersebut benar-benar mengakhiri era keemasan Williams di Formula 1.
2. Rentetan gelar juara dunia Michael Schumacher putus pada 2005 setelah adanya perubahan regulasi ban
Michael Schumacher bersama Ferrari pernah mendominasi Formula 1 pada awal 2000-an. Schumacher berhasil meraih lima gelar juara dunia secara beruntun pada 2000--2004. Namun, dominasi tersebut akhirnya terputus setelah Formula 1 mengeluarkan perubahan regulasi baru mengenai penggunaan ban pada 2005.
Pada saat itu, setiap pembalap hanya dibolehkan memakai satu set ban yang sama untuk kualifikasi dan balapan. Pergantian hanya bisa dilakukan ketika pecah ban atau turun hujan. Regulasi tersebut bertujuan untuk membuat meningkatkan keselamatan karena ban menjadi lebih keras sehingga mengurangi kecepatan ketika berbelok.
Namun, Ferrari yang saat itu memakai ban Bridgestone tak mampu bersaing dengan tim lain yang menggunakan ban Michelin. Ban Bridgestone mengalami degradasi yang lebih tinggi daripada ban Michelin. Alhasil, Schumacher hanya mampu meraih satu kemenangan dan finis di posisi ketiga pada akhir musim.
Regulasi tersebut hanya bertahan selama semusim. Balapan tanpa pergantian ban justru dianggap berbahaya karena meningkatkan potensi terjadinya pecah ban. Balapan di GP Amerika Serikat di mana semua pemakai ban Michelin mundur karena faktor keselamatan menjadi pukulan telak bagi Formula 1.
3. Lewis Hamilton tak mampu mempertahankan gelar juara dunia karena McLaren gagal beradaptasi dengan perubahan regulasi pada 2009
Lewis Hamilton meraih gelar juara dunia secara dramatis pada 2008. Sayang, Hamilton gagal untuk mempertahankan gelar juara dunia tersebut karena perubahan regulasi cukup besar pada 2009. McLaren saat itu tak benar-benar siap untuk membuat mobil yang cocok dengan regulasi tersebut.
Regulasi baru membuat setiap tim harus merombak ulang sistem aerodinamika mobil. Selain itu, diperkenalkan Kinetic Energy Recovery Systems (KERS). Formula 1 juga kembali menggunakan ban slick untuk menggantukan ban ulir yang sudah dipakai sejak 1998.
McLaren yang gagal mengeksekusi regulasi baru dengan baik membuat Hamilton kesulitan. Pembalap asal Inggris tersebut bahkan harus menunggu hingga seri kesepuluh untuk naik podium. Pada akhir musim, Hamilton hanya mampu finis kelima dengan catatan dua kemenangan.
4. Sebastian Vettel tampil buruk setelah Formula 1 memasuki era turbo hybrid pada 2014
Sebastian Vettel benar-benar mendominasi Formula 1 pada 2010--2013. Pada periode tersebut, Vettel selalu mengakhiri musim sebagai juara dunia. Namun, dominasi tersebut akhirnya terhenti setelah Formula 1 memperkenalkan sistem mesim turbo hybrid pada 2014.
Mesin tersebut cukup rumit karena memadukan mesin 1,6 L V6 turbo dengan dua Energy Recovery Systems (ERS), yakni motor generator unit-kinetic (MGU-K) dan motor generator unit-heat (MGU-H). Renault sebagai pemasok mesin Red Bull gagal membuat mesin tersebut kompetitif. Mereka tertinggal jauh dari mesin buatan Mercedes yang mendominasi musim 2014.
Vettel benar-benar kesulitan sepanjang musim 2014. Ia hanya mampu mengakhiri musim di urutan kelima tanpa meraih kemenangan. Vettel menjadi juara dunia bertahan pertama yang tak meraih kemenangan pada musim berikutnya sejak Jacques Villeneuve pada 1998.
Empat pembalap Formula 1 di atas gagal mempertahankan gelar juara dunia karena adanya perubahan regulasi. Kegagalan tim dalam mengeksekusi perubahan regulasi menjadi alasan utama. Lantas, mampukah Lando Norris mempertahankan takhtanya pada 2026 setelah adanya perubahan regulasi yang cukup besar?














