Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Manajer Timnas Kickboxing Dideportasi dari Thailand, Ini Kronologinya

-
Manajer Timnas Kickboxing Indonesia, Rosi Nurasjati (kiri). (Instagram/@rossinurasjati_kramaatmadja).
Intinya sih...
  • Rosi dideportasi dari Thailand
  • Diusir saat menemui atlet di hotel
  • Puncak dari konflik dengan WAKO Asia
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Manajer Timnas Kickboxing Indonesia, Rosi Nurasjati, gagal mendampingi anak-anak asuhnya di SEA Games 2025. Itu karena Rosi dideportasi dari Thailand.

Rosi mengaku mendapat perlakuan yang kurang mengenakkan, bahkan bagaikan seorang penjahat kelas kakap. Ia diadang polisi bersenjata, lengkap dengan anjing pelacak.

Kepada IDN Times, Rosi membagikan kronologinya diusir paksa dari negara yang menjadi tuan rumah SEA Games 2025 tersebut. Ada indikasi Tim Merah Putih dicurangi, yang semuanya berawal dari konflik dengan Konfederasi Kickboxing Asia (WAKO Asia).

1. Diusir saat menemui atlet di hotel

Insiden pengusiran ini bermula dari inisiatif Rosi yang ingin memenuhi kebutuhan anak-anak asuhnya. Rosi yang tidak menginap bersama para atlet datang untuk memenuhi keluhan para atlet. Keluhan itu salah satunya mengenai makanan yang dinilai kurang baik.

"Jadi aku tuh tidak di hotel yang sama dengan atlet. Aku datang karena anak-anak itu mengeluh makannya tidak baik, kurang layak deh. Anak-anak pesan di grup, 'Bunda aku minta dada ayam, madu, pisang'. Sebagai ibu, ya saya harus melayani mereka. Saya belikan dan saya datang ke hotel atlet," kata Rosi kepada IDN Times, Senin (15/12/2025).

Selain mengantar makanan, Rosi berniat memenuhi kebutuhan para atlet, sekaligus menjalankan rutinitas yang biasa dilakukan selama pelatnas, yakni pengajian, kebaktian, dan sesi motivasi sebelum istirahat. Namun, situasi menjadi kacau ketika kehadiran Rosi diketahui Sekretaris Jenderal WAKO Asia.

"Nah tahu-tahu pada waktu aku datang ke Athlete Village itu, aku enggak tahu, aku tiba-tiba ditanyain lah sama Sekjen WAKO, kenapa ada di sini," ucap Rosi.

2. Langsung dihampiri polisi bersenjata lengkap

Pertemuan dengan Sekjen Wako Asia itu berujung kurang mengenakkan. Sebab, Rosi langsung dihampiri sekitar 20 polisi bersenjata lengkap. Dia sudah menjelaskan urgensinya mendatangi hotel atlet, tetapi tak dihiraukan.

"Aku bilang mau ada urusan sama atletku. Kata dia 'enggak bisa, enggak bisa'. Lalu datang polisi dua orang, datang lagi tiga orang, empat orang, sampai beberapa. Ada kali 20 polisi, sama anjing pelacak, bawa senjata gede-gede. Kayak aku nih pelaku teror aja," kesal Rosi.

Insiden itu yang mengharuskan Rosi untuk mengemas kopernya dan terbang kembali ke Indoneia.

3. Puncak dari konflik dengan WAKO Asia

Rosi menjelaskan deportasi ini adalah puncak dari konflik panjang yang bermula sejak Juli lalu. Ia dituduh melakukan 13 pelanggaran oleh Presiden WAKO Asia. Namun, Rosi menegaskan bahwa semua poin tuduhan tersebut adalah fitnah yang tidak berdasar.

Salah satu tuduhan konyol yang diterima Rosi adalah soal penggunaan pelatih asing asal Kirgistan, Edward. Rosi disalahkan karena masih berkomunikasi dengan Edward. Padahal, menurut Rosi, Edward dikontrak resmi oleh PPKBI (Pengurus Pusat Kickboxing Indonesia) dan digaji memakai uang negara.

"Saya dituduh salah karena masih berhubungan dengan dia. Lah, dia pelatih yang di-ACC Kemenpora, kontraknya masih hidup. Masak saya harus usir dia? Saya kan user, yang kontrak PPKBI," tegas Rosi.

Tuduhan lain yang membuat Rosi meradang adalah insiden protes di SEA Games 2023 Kamboja. Ia difitnah telah mencium kaki Presiden WAKO Asia dan mengasong-asongkan uang saat mengajukan protes kecurangan.

"Itu fitnah keji. Saya protes karena atlet saya dicurangi, itu wajar demi membela Merah Putih. Uang yang saya bawa itu uang resmi 100 dolar AS untuk biaya protes sesuai aturan, bukan nyogok. Tapi protes saya tidak diproses, uangnya diambil, dan sekarang saya malah dituduh macam-macam," ungkap Rosi emosional.

4. Seharusnya Rosi memang tidak berangkat, tetapi demi mendampingi para atlet

Jauh sebelum itu, Rosi mengaku sempat ingin mundur dari jabatannya beberapa hari sebelum keberangkatan karena merasa tidak didukung penuh oleh federasi dalam menghadapi sanksi WAKO Asia ini. Namun, tangisan para atlet yang memohonnya untuk tetap mendampingi membuat hati Rosi luluh.

Selain itu, Rosi mengklaim masih mendapatkan dukungan dari Kemenpora. Namanya masih tercantum sebagai manajer dalam adendum anggaran yang disetujui oleh tim review Kemenpora.

"Anak-anak menjerit, 'Bunda please jangan tinggalkan kami'. Saya tanya ke Kemenpora, Prof Yunyun (Tim Review) bilang tidak ada pergantian manajer. Makanya saya berani berangkat menggunakan sisa anggaran adendum, demi menyelamatkan target emas dan mental anak-anak," ungkap Rosi.

5. Memang sempat diimbau untuk tidak ke venue pertandingan

Sebelum insiden deportasi terjadi, Rosi mengaku sempat menerima pesan singkat via WhatsApp dari Ketua Umum PPKBI. Dalam pesan tersebut, Rosi diinstruksikan untuk tidak menampakkan diri di venue pertandingan.

"Aku hanya dapat WA dari Ketua Umum, 'Mbak Rosi jangan datang ke venue'. Sudah, itu saja," ungkap Rosi.

Namun, Rosi menafsirkan instruksi tersebut secara harfiah. Ia beranggapan larangan itu hanya berlaku untuk arena pertandingan, bukan untuk tempat atlet menginap. Mengingat lokasi venue dan hotel berjauhan, Rosi merasa tidak melanggar imbauan. Apes, Rosi justru mendapat petaka meski hanya memenuhi kebutuhan anak-anak asuhnya.

Rosi juga membantah kalau kepergiannya ke Thailand disebut ilegal atau tanpa sepengetahuan federasi. Menurutnya, izin keberangkatan dari Sekretariat Negara (Setneg) tidak mungkin keluar jika tidak ada proposal yang ditandatangani oleh Ketua Umum PPKBI.

"Kenapa saya tetap datang? Karena saya tidak merasa bersalah. Satu, tidak merasa bersalah. Iya kena suspend, mana suratnya saya kena suspend tuh? Dan tidak boleh apa, tidak boleh apa tuh mana buktinya? Nah, saya baru dapat tuh belakangan itu, ternyata suratnya itu, itu katanya yang terakhir yang tanggal 27 November. Itu disebutkan dosa-dosa saya semuanya. Tapi saya tidak menerima itu dosa-dosa saya, karena itu juga ada sangkut pautnya kesalahan PPKBI. Kalau saya berangkat tanpa izin PPKBI, mana mungkin negara mengeluarkan duit? Dan besar lagi. Mana mungkin coba Kantor Kemenpora mengeluarkan duit? Kalau saya juga pergi tanpa seizin Ketua Umum, apa bisa izin Setneg itu keluar? Enggak bisa," kata Rosi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwifantya Aquina
EditorDwifantya Aquina
Follow Us

Latest in Sport

See More

Manajer Timnas Kickboxing Dideportasi dari Thailand, Ini Kronologinya

15 Des 2025, 21:40 WIBSport