Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Memahami Regulasi Aerodinamika F1 2026 dan Tantangannya bagi Tim

Mobil F1 Ferrari
potret Mobil F1 Ferrari (pexels.com/Jonathan Borba)
Intinya sih...
  • Mobil F1 2026 lebih ramping, drag berkurang, dan downforce lebih mudah dikendalikan
  • Paket active aerodynamics menggantikan DRS dalam mengatur aerodinamika mobil
  • Regulasi baru F1 2026 membuat para insinyur tim bekerja ekstra keras
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

GP Abu Dhabi 2025 menandai akhir dari era drag reduction system (DRS) yang telah mewarnai aksi salip-menyalip di Formula 1 sejak 2011. Menyambut 2026, F1 bergerak kepada fase regulasi baru dengan perubahan aerodinamika paling besar sejak ground effect modern kembali digunakan pada 2022. Aturan tersebut memaksa setiap tim merombak ulang paket teknis mereka, mulai dari manajemen energi, konfigurasi sayap, integrasi sistem aero yang kini dapat bergerak secara terkontrol.

Perubahan besar ini tidak hanya memengaruhi karakter mobil, tetapi juga menggeser prioritas desain dari sekadar mengejar downforce maksimum ke permukaan menuju peningkatan efisiensi aliran udara. FIA menargetkan mobil yang menghasilkan turbulensi udara lebih bersih sehingga mobil yang berada di belakang tidak kehilangan performa besar. Pembaruan regulasi ini menciptakan tantangan teknis baru dan memaksa setiap tim menyesuaikan pendekatan desain mereka secara menyeluruh.

1. Mobil F1 2026 hadir lebih ramping, drag berkurang, dan downforce lebih mudah dikendalikan

FIA menetapkan perubahan dimensi besar pada mobil 2026, termasuk pemangkasan panjang total sebesar 200 milimeter (mm) dan pengurangan lebar kendaraan sebesar 100 mm dibanding generasi 2022. Dilansir laman resmi Formula 1, pengurangan ukuran tersebut bertujuan menciptakan mobil yang lebih gesit, lebih ringan sekitar 30 kg, dan lebih responsif terhadap perubahan arah lintasan. Floor mobil juga dipersempit 150 mm sehingga karakter ground effect berkurang secara drastis. Diffuser yang lebih kecil turut mengurangi kontribusi tekanan negatif dari bagian bawah mobil.

Dampak perombakan ini sangat besar bagi peta performa aerodinamika. FIA secara eksplisit menargetkan penurunan downforce sekitar 30 persen serta pengurangan hambatan udara hingga 55 persen dibanding generasi sebelumnya. Dengan floor yang lebih sederhana dan area venturi (saluran aliran udara di bagian bawah mobil) yang lebih kecil, mobil tidak lagi mengandalkan ground effect ekstrem seperti pada 2022–2025. Hal ini sekaligus mengurangi potensi porpoising yang sebelumnya dialami hampir semua tim. Pengurangan ground effect bertujuan menciptakan stabilitas yang lebih konsisten tanpa ketergantungan pada setelan suspensi yang sangat keras.

Menurut dokumen regulasi teknis FIA 2026, mereka menetapkan ketentuan ketat dalam Article 3 yang mengatur komponen aerodinamika. Setiap elemen harus rigid, simetris, dan tidak boleh bergerak kecuali yang berada dalam kategori aero aktif yang disahkan. Regulasi tersebut mewajibkan seluruh komponen berada dalam volume acuan yang akan diperiksa melalui proses legality checking berbasis computer-aided design (CAD) maupun inspeksi fisik. Pendekatan baru ini mewakili perubahan filosofis besar yang tidak lagi dirancang untuk memaksimalkan downforce, tetapi untuk menyeimbangkan hambatan udara, stabilitas, dan efisiensi sepanjang lap.

2. Paket active aerodynamics akan menggantikan DRS dalam mengatur aerodinamika mobil

Regulasi 2026 menghapus sistem DRS tradisional dan menggantikannya dengan paket active aerodynamics yang dapat mengubah konfigurasi sayap depan dan belakang. Sistem ini terbagi menjadi dua mode utama. Mode z-mode berfungsi sebagai konfigurasi standar dengan pengaturan high-downforce pada sayap depan dan sayap belakang, sehingga mobil memperoleh cengkeraman optimal di tikungan. Sebaliknya, x-mode beroperasi sebagai mode low-drag yang membuka elemen sayap agar hambatan berkurang saat mobil melaju lurus lebih dari 3 detik sebagaimana tercatat dalam diskusi desain FIA.

Perubahan ini menggantikan peran DRS yang sebelumnya hanya bekerja pada sayap belakang dan hanya dapat diaktifkan saat mengejar mobil di depan. Dalam paket baru 2026, setiap mobil dapat mengaktifkan x-mode saat berada di lintasan lurus tanpa syarat jarak, sehingga proses percepatan lebih merata. Untuk menjaga potensi overtaking, FIA memperkenalkan manual override mode, yakni sistem yang memberikan tenaga tambahan hingga 350 kW kepada mobil yang mengejar sehingga kecepatan maksimum dapat mencapai 337 kilometer/jam, sedangkan mobil yang berada di depan hanya dapat mencapai sekitar 290 kilometer/jam.

Selain sistem mode aero, terdapat perubahan struktural pada komponen sayap. Sayap depan dipersempit 100 mm dan kini hanya memiliki dua flap utama dengan desain yang lebih sederhana. Sayap belakang terdiri dari tiga elemen tanpa beam wing yang sebelumnya menjadi elemen pendukung aliran diffuser. FIA juga menghapus pelindung lengkung roda yang sempat diperkenalkan pada 2022 dan menggantinya dengan in-washing wheel wake control boards untuk mengatur turbulensi dari roda. Keseluruhan paket ini menjadikan aero aktif bukan sekadar DRS versi baru, melainkan integrasi penuh antara manajemen hambatan udara dan distribusi energi hibrida.

3. Regulasi baru F1 2026 dipastikan membuat para insinyur tim bekerja ekstra keras

Regulasi 2026 menciptakan tantangan besar bagi para insinyur karena sistem aerodinamika harus bekerja seiring dengan perubahan konsep mesin yang kini menerapkan pembagian output 50/50 antara motor listrik dan mesin pembakaran internal. Sistem listrik meningkat hingga 350 kW, sehingga konsumsi energi dan profil drag harus dikelola dengan lebih cermat. Mobil dengan hambatan udara rendah memang lebih efisien, tetapi engineer harus menyeimbangkan kebutuhan stabilitas saat transisi mode aero.

Integrasi active aero menjadi tantangan teknis utama karena aktuator pada sayap depan dan sayap belakang harus bereaksi dalam skala mikrodetik. Kesalahan kecil dalam algoritma kontrol dapat menyebabkan instabilitas saat peralihan dari z-mode ke x-mode atau sebaliknya. Regulasi juga mempersempit floor dan memperlemah diffuser, sehingga insinyur kehilangan sumber downforce dominan yang diandalkan pada 2022–2025. Pencarian efisiensi harus diarahkan melalui sidepod, kontrol wake, dan desain sayap berperforma tinggi.

Pengendalian wake menjadi elemen krusial karena ketiadaan pelindung lengkung roda membuat arah aliran ban lebih sulit dikendalikan. In-washing boards muncul sebagai titik pengembangan paling strategis, tetapi ruang inovasinya dibatasi ketat oleh Article 3. Penataan komponen internal turut menjadi persoalan karena ukuran mobil lebih kecil dan ruang pendinginan berkurang, sementara energy recovery system (ERS), seperti MGU-K 350 kW dan ES 8.5 MJ/lap, menghasilkan panas signifikan. Aturan ketat komponen aero makin mempertegas batasan karena setiap sayap harus mempertahankan bentuk pada kecepatan tinggi tanpa fleksibilitas yang pernah dimanfaatkan tim sebelumnya.

Tantangan pengembangan meningkat karena FIA menerapkan legality checking berbasis CAD yang menutup celah desain ekstrem. Paket aero harus optimal dalam dua kondisi aliran yang sangat berbeda, yakni x-mode dan z-mode. Secara strategis, integrasi terbaik antara power unit dan aerodinamika berpotensi memberikan keuntungan besar bagi tim seperti Red Bull–Ford, Mercedes, dan Ferrari, sedangkan tim baru seperti Audi dan Cadillac harus menemukan keseimbangan ini dari nol.

FIA merancang regulasi aerodinamika 2026 untuk membentuk era baru Formula 1 yang lebih efisien, lebih kompetitif, dan lebih berorientasi pada integrasi energi-aero. Perubahan ini membuka peluang inovasi, tetapi juga menuntut ketepatan teknis dan interpretasi regulasi yang jauh lebih ketat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us

Latest in Sport

See More

30 Emas Diraih Indonesia di SEA Games, Ada Panjat Tebing dan Tenis

13 Des 2025, 19:20 WIBSport