Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Brad Binder, Pembalap MotoGP Kebanggaan Afrika Selatan

potret Brad Binder (motogp.com)

Tak banyak pembalap asal Afrika Selatan yang berjaya di MotoGP. Sejak dekade 1970-an, hanya ada beberapa nama yang pernah melakoni balapan dan mencapai kesuksesan di ajang Grand Prix.

Kork Ballington jadi pembalap Afrika Selatan yang sukses merebut gelar juara dunia di kelas 350cc dan 250cc pada 1978 dan 1979. Pada 1980, giliran Jonnie Ekerold yang jadi juara dunia kelas 350cc. Sejak itu, estafet kesuksesan pembalap Afrika Selatan seolah terhenti.

Baru pada 2012 muncul seorang pembalap muda Afrika Selatan yang punya bakat hebat. Ia adalah Brad Binder, pembalap yang pernah jadi juara dunia Moto3 dan kini berlaga di kelas MotoGP bersama tim Red Bull KTM Factory Racing.

1. Lahir dari keluarga petrolhead

Brad Binder dan Darryn Binder (motogp.com)

Brad Binder lahir di Potchefstroom, Afrika Selatan, pada 11 Agustus 1995. Brad hanya menumpang lahir di Potchefstroom. Ia besar di Carletonville hingga umur 11 tahun, lalu pindah dan menetap di Krugersdorp.

Ayahnya, Trevor Binder, adalah seorang petrolhead alias pencinta otomotif yang punya banyak koleksi motor dan mobil. Saat tak bekerja, Trevor senang membalap dengan motor 250cc 2 tak, 600cc, atau 1000cc. Tak heran jika hobinya menurun kepada dua anaknya, Brad dan Darryn, yang kini berlaga di kelas MotoGP.

Bakat balap Brad Binder sendiri sudah terasah sejak kecil. Brad memulai karier balapnya sebagai pembalap karting dan pernah menjadi juara nasional saat berumur 8 tahun. Mencari tantangan baru, Brad kecil kemudian mencoba balapan roda dua dan ternyata ia punya potensi.

Melihat bakat anaknya, Trevor kemudian mengirim Brad Binder ke Eropa. Ditemani ibunya, Brad tinggal di Spanyol untuk berkompetisi di Red Bull Rookies Cup.

2. Besar di Red Bull Rookies Cup, lalu punya kesempatan berlaga di Moto3

KTM (instagram.com/bradbinder)

Tahun 2009—2011 jadi periode yang penting bagi Brad Binder. Ia berkompetisi di Red Bull Rookies Cup untuk mengasah kemampuan balapnya. Ia tampil dengan cukup apik di ajang junior ini. Pada 2011, Brad pernah menang di Estoril dengan selisih 15 detik dari pembalap setelahnya.

Kemampuan Brad Binder tentu saja menarik perhatian. Tim RW Racing GP yang berlaga di kelas 125cc memilih Brad untuk menggantikan Luis Salom yang cedera.

Dari sinilah Brad memiliki kesempatan berlaga di kejuaraan dunia Grand Prix. Pada 2012, Brad Binder resmi membalap semusim penuh di kelas Moto3.

Setahun berikutnya, Brad pindah tim ke Ambrogio Racing dengan mengendarai Mahindra. Pada 2014, ia mendapatkan podium pertamanya.

3. Juara dunia Moto3 2016 bersama KTM

Brad Binder dan Kork Ballington (motogp.com)

Potensi sesungguhnya dari seorang Brad Binder baru benar-benar terlihat setelah ia bergabung dengan skuad KTM Ajo. Pada 2015, Brad berlaga di kelas Moto3 mengendarai KTM. Di akhir musim ia bisa kumpulkan 4 podium.

Pada 2016, Brad Binder mencetak sejarah. Ia menjadi juara dunia Moto3 pertama dari Afrika Selatan. Pencapaiannya pun luar biasa. Brad bisa meraih 6 pole position dan 14 podium, termasuk 7 kemenangan dengan total 319 poin.

Ada satu peristiwa mengesankan dari Brad Binder. Saat gelaran GP Spanyol di Sirkuit Jerez, ia harus memulai balapan dari grid paling belakang alias di urutan ke-35. Itu terjadi sebagai hukuman karena mengalami masalah teknis.

Hebatnya, Brad bisa tampil garang dengan merangsek ke barisan depan hingga akhirnya menjadi juara dengan selisih lebih dari 3 detik. Berkat hasil ini, Brad menyamai Marc Marquez sebagai pembalap yang bisa menang meski start dari urutan paling belakang.

4. Andalan KTM, hampir juara dunia di kelas Moto2

potret Brad Binder (motogp.com)

Tampil apik di Moto3, Red Bull KTM Ajo mempromosikan Brad Binder ke kelas Moto2. Sayangnya, selama separuh musim 2017, ia menderita cedera tangan sehingga tak bisa tampil maksimal. Baru setelah sembuh pada akhir musim, Brad Binder langsung naik podium tiga kali beruntun.

Brad Binder meraih kemenangan pertama di kelas Moto2 pada 2018. Tahun itu ia meraih total tiga kemenangan. Hasil terbaik Brad Binder di Moto2 baru terjadi pada 2019.

Saat itu ia tampil luar biasa sepanjang musim. Brad jadi penantang kuat juara dunia dan mampu meraih 9 podium termasuk 5 kali juara, dengan total meraih 259 poin. Hanya saja, pada akhir musim, ia harus puas sebagai runner-up setelah dikalahkan Alex Marquez dengan selisih tiga poin saja.

5. Rookie pertama yang menang di kelas MotoGP setelah Marc Marquez

Brad Binder (motogp.com)

Tahun 2020, Brad Binder punya kesempatan naik ke kelas MotoGP. Ia bergabung dengan tim Red Bull KTM Factory Racing.

Baru balapan tiga kali di kelas premier, Brad Binder bisa langsung jadi juara. Kemenangannya di Sirkuit Brno pada 2020 membuat namanya jadi perhatian. Meski itu jadi satu-satunya kemenangan, pada akhir musim Brad bisa jadi Rookie of the Year.

Brad Binder pun tak bosan memberikan kejutan. Pada 2021, Brad tampil dengan berani di GP von Osterreich, Austria. Ia bertaruh dengan keberuntungannya ketika membalap dengan ban kering saat kondisi balapan hujan.

Ketika para pembalap di barisan depan mengganti motornya ke ban basah, Brad nekat tetap menggunakan ban kering. Pertaruhannya yang berani ternyata membuahkan hasil. Ia akhirnya menang.

Itu jadi satu-satunya podium yang ia raih. Kendati begitu, Brad Binder langganan finis di posisi sepuluh besar. Pada akhir klasemen, Brad bertengger di peringkat ke-6.

Pembalap asal Afrika Selatan ini terus membuat kejutan. Pada awal 2022, Brad Binder membuat sejarah baru. Tampil apik di MotoGP Qatar, ia mampu finis di posisi ke-2 di Sirkuit Lusail, arena di mana motor KTM tak pernah naik podium sebelumnya.

Dengan prestasi dan talenta yang dimiliki Brad Binder, tak heran jika KTM memperpanjang kontraknya hingga 2024. Brad Binder memang salah satu aset berharga bagi pabrikan asal Austria.

Seri kedua MotoGP musim 2022 akan berlangsung di Sirkuit Mandalika pada 18—20 Maret 2022. Bisakah Brad Binder kembali memberi kejutan dan menjadi pembalap Afrika Selatan pertama yang naik podium atau bahkan juara di Indonesia?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us