MotoGP: Sejarah Panjang Balap Motor Paling Bergengsi di Dunia

Kata MotoGP tentu sudah tidak asing didengar. Sejak terakhir menggelar agenda balap di Sirkuit Sentul tahun 1997, Indonesia tidak pernah masuk ke dalam kalender balap MotoGP.
Agenda itu menjadi topik hangat setelah Indonesia kembali menggelar balapan di Pertamina Mandalika International Street Circuit, Lombok. Para penggemar otomotif harus menunggu 25 tahun untuk kembali menikmati agenda tersebut secara langsung di Indonesia.
Kalian tahu, gak, sebenarnya MotoGP punya sejarah panjang, lho. Sudah tahu? Kali ini, IDN Times akan memaparkan sederet fakta sejarah MotoGP. Ikuti sampai habis, ya.
1. Embrio MotoGP

Gagasan kejuaraan balap motor telah bergulir sejak awal abad ke-20. Bertajuk Paris Coupe Internationale des Motorcyclettes, balapan digelar pada tahun 1904. Para pembalapnya berasal dari Prancis, Denmark, Jerman, Inggris dan Austria.
Agenda itu sekaligus menjadi momen berdirinya federasi klub motor dengan nama Federation Internationale des Clubs Motocyclistes (FICM), yang pada kemudian rutin menggelar agenda balap motor selama 40 tahun.
Perang berkecamuk di daratan Eropa. Kurun waktu 1919—1939, FICM menggelar dua balapan yaitu tahun 1924 dan 1939.
Tidak seperti saat ini, balapan itu hanya berlangsung satu seri. Selepas Perang Dunia II, balapan kembali diselenggarakan pada bulan November 1947.
Regulasi berubah pada tahun 1948 setelah Kongres London bulan November 1948. Aturan dibentuk lebih terstruktur, balapan akan digelar dengan enam seri. Istilah Grand Prix mulai digunakan saat itu.
2. Regulasi Grand Prix 1949

Istilah MotoGP belum digunakan pada tahun itu. Agenda Grand Prix meliputi enam seri yaitu:
- The Tourist Trophy races, Isle of Man: 13, 15, dan 17 Juni
- Grand Prix Swiss, Berne: 2 dan 3 Juli
- TT Belanda, Assen: 9 Juli
- Grand Prix Belgia, Spa-Francorchamps: 17 Juli
- Grand Prix Ulster, Belfast/Clady: 21 Agustus
- Grand Prix of Nations, Monza: 4 September
Berdasarkan regulasi yang dibuat oleh FICM, ada dua kategori pemenang yaitu pembalap dan konstruktor. Untuk poin, pembalap pertama meraih 10 poin, kedua mendulang 8 poin, ketiga 7 poin, keempat 6 poin, dan kelima 5 poin.
Pada musim perdana 1949, agenda balap digelar untuk empat kelas, meliputi, 125cc, 250cc, 350cc, dan 500cc. Untuk kelas 125cc, juara diraih oleh Nello Pagani (Italia), kelas 250cc milik Bruno Ruffo (Italia), 350cc milik Freddie Frith (UK), dan 500cc adalah milik Leslie Graham (UK).
3. Grand Prix dekade 60an

Mesin 2 tak mulai dikembangkan pada tahun 1950an di Grand Prix oleh Ernst Degner, pembalap dari Polandia. Pengembangan itu dilakukan bersama pabrikan MZ Jerman. Program itu meraih kesuksesan di kelas kapasitas mesin 50cc, 125, dan 250cc.
Pada periode 1950-1960, motor Eropa mendominasi pemenang balapan. Kemenangan pertama pabrikan Jepang terjadi pada tahun 1961. Saat itu, Honda berhasil menjadi pabrikan Jepang pertama yang menjuarai dua kelas Grand Prix. Kemenangan itu diraih oleh Tom Phillis dari Australia di kelas 125cc dan Mike Hailwood dari UK di kelas 250cc.
Keberhasilan itu membuat pabrikan Suzuki terpukau. Pada tahun 1961, Suzuki dan Degner melakukan pengembangan mesin 2 tak. Pada tahun berikutnya, Suzuki bersama Degner berhasil meraih juara dunia kelas 50cc.
Tahun 1964, pabrikan Yamaha untuk pertama kalinya menjadi juara Grand Prix di kelas 250cc. Ketika itu, pembalapnya adalah Phil Read dari UK. Kemenangan pertama pabrikan Jepang di kelas utama 500cc diraih pada tahun 1975 dengan pembalap Giacomo Agostini bersama Yamaha.
4. Pabrikan Jepang dominasi kemenangan di kelas utama dekade 80an hingga 90an

Sejak tahun 1975 hingga tahun 2001 sebelum era baru MotoGP, pabrikan Jepang selalu menjuarai balapan kelas utama Grand Prix.
Yamaha dan Honda sama-sama memiliki sepuluh kemenangan juara dunia pembalap. Sedangkan Suzuki mengumpulkan total enam kali kemenangan.
Awal dekade 90an juga menandai pergeseran kepemilikan hak siar MotoGP. Pada tahun 1992, Dorna Sport menjadi promotor utama balap motor paling bergengsi itu. Dorna bersama IRTA, FIM, dan MSMA bekerja sama membangun atmosfer positif balap motor dengan slogan Racing Together.
5. Era baru MotoGP

Istilah MotoGP mulai digunakan pada awal 2000an. Perubahan itu juga berdampak pada regulasi balapan dengan penggunaan mesin 4 tak di kelas utama dengan kapasitas mesin 990cc.
Kemenangan pertama diraih oleh Valentino Rossi tahun 2001 bersama pabrikan Honda. Dominasi The Doctor di kelas utama pecah pada tahun 2006, kala itu, Nicky Hayden bersama Honda meraih gelar juara dunia.
Pengembangan motor dan perubahan regulasi bergerak dinamis. Pada tahun 2007 kapasitas mesin berkurang menjadi 800cc.
Momen itu berhasil dimanfaatkan oleh Ducati. Untuk pertama kalinya pabrikan Eropa berhasil menjadi juara setelah dominasi pabrikan Jepang di kelas utama selama tiga dekade. Dominasi itu dipatahkan oleh Casey Stoner dengan motor Ducati.
Perubahan regulasi terus terjadi hingga saat ini. Pada tahun 2012, kejuaraan MotoGP menggunakan mesin berkapasitas 1000cc. Selain itu, Michelin menjadi pemasok ban tetap untuk seluruh tim MotoGP sejak tahun 2016.
MotoGP 2022, diikuti oleh sejumlah pabrikan yaitu, Honda, Yamaha, Suzuki, KTM, Ducati, dan Aprilia, dengan komposisi 12 tim. Di luar test-rider, ada 24 pembalap yang mengisi starting grid musim ini.
Regulasi balap motor paling bergengsi itu terus berubah seiring dengan perkembangan teknologi motor balap. Penyesuaian demi penyesuaian dilakukan untuk meningkatkan tingkat keselamatan pembalap di lintasan. Siapa, sih, jagoan kamu musim ini?