Mengenal 6 Inovasi Ducati di MotoGP, Pionir dan Canggih!

Tak ada yang meragukan kedigdayaan Ducati di arena balap MotoGP. Selain punya tenaga mesin yang sangar, Ducati juga terkenal dengan inovasinya yang canggih dan pionir.
Ducati memang sering menjadi trendsetter. Inovasi hasil tangan dingin para insinyur di pabrikan Borgo Panigale banyak yang diikuti oleh pabrikan lain.
Terima kasih pada kepiawaian Gigi Dall’Igna, seorang teknisi andal yang kini menjabat sebagai General Manager Ducati Corse. Dirangkum dari berbagai sumber, setidaknya ada enam inovasi Ducati yang berperan penting dalam pengembangan teknologi di MotoGP.
1. Winglet

Pada 2015, Ducati mengeluarkan inovasi terbaru. Pada bagian depan Desmosedici ditambahkan desain khusus yang disebut winglet. Ducati menganggap winglet ini penting untuk mengurangi wheelie (ban depan motor terangkat) pada saat start balapan.
Inovasi Ducati memang berhasil dan pabrikan lain pun menirunya. Motor yang dipasangi winglet terbukti mengalami lebih sedikit wheelie dibandingkan motor yang tak memiliki winglet. Berkurangnya wheelie berarti motor dapat berakselerasi lebih cepat saat di lintasan lurus.
Namun, peranti ini kemudian menjadi kontroversi. Saat itu, beberapa pabrikan lain menuduh winglet bisa membahayakan pembalap saat di tikungan. Winglet juga dianggap membahayakan karena membuat banyak turbulensi saat di lintasan lurus.
Meski klaim bahayanya winglet ini dibantah oleh Ducati, Komisi Grand Prix akhirnya melarang penggunaan winglet untuk MotoGP musim 2017. Selain faktor keamanan, alasan pelarangan lebih condong pada upaya agar biaya pengembangan motor tidak melonjak tinggi.
2. Aerodynamic fairing

Pelarangan winglet memaksa Ducati untuk mencari inovasi lain. Jalan keluarnya adalah dengan mengembangkan aerodynamic fairing atau aero fairing seperti yang kita lihat sekarang.
Desain aero fairing merupakan evolusi dari winglet asli Ducati. Pabrikan Borgo Panigale ini mereplikasi keampuhan winglet sambil tetap mengikuti aturan pelarangan winglet. Artinya, Ducati bermain di area abu-abu.
Meski aero fairing tidak dilarang, tetapi Komisi Grand Prix mengatur ketat pengembangan peranti ini agar tak terjadi perang bujet. Komisi Grand Prix hanya mengizinkan satu perubahan aero fairing per tahun.
Bidang aerodinamika memang cukup disegani para pemilik tim. Pasalnya, bujet pengembangan yang dibutuhkan dinilai cukup besar. Anggaran akan banyak terserap untuk permodelan CFD (Computational Fluid Dynamics) dan pengerjaan dalam terowongan angin (wind tunnel).
3. Spoiler swingarm

Inovasi Ducati lainnya adalah spoiler. Peranti ini punya banyak nama lain, biasa juga disebut sebagai ‘rear spoiler’, ‘the spoon’, atau ‘swingarm attachment’. Alat ini dipasang untuk mengalirkan angin ke bagian belakang ban. Tujuannya untuk mengurangi suhu panas pada ban.
Peranti ini memiliki kemampuan untuk menurunkan suhu ban sekitar 7 derajat celcius. Sehinga dapat meningkatkan performa ban dan membuatnya lebih tahan lama.
Dalam putaran tunggal (single lap), perbedaannya tidak akan terasa. Namun, jika digunakan dalam balapan yang melahap puluhan putaran, peranti ini bisa membuat perbedaan besar pada performa ban di akhir balapan.
4. Holeshot device

Pada 2018 di GP Thailand, Ducati memperkenalkan perangkat bernama holeshot device. Ini peranti mutakhir di arena MotoGP. Holeshot device pertama kali terlihat di motor Ducati milik Jack Miller yang saat itu masih di tim Pramac Racing.
Dikutip dari Motorsport.com, holeshot device adalah sebuah sistem yang memungkinkan pembalap untuk merendahkan bagian belakang motor secara mekanis. Sistem ini harus digerakkan secara mekanis karena pengendalian secara elektronik dilarang.
Ide utama dari peranti ini adalah untuk menurunkan pusat gravitasi pada motor. Dengan begitu, bagian depan motor tidak akan terangkat (wheelie) saat motor berakselerasi. Pada dasarnya prinsip ini sama dengan fairing aerodinamis, yaitu untuk memaksimalkan top speed.
Saat awal diperkenalkan, sistem ini hanya bisa digunakan ketika motor dalam posisi diam. Holeshot device yang dipasang hanya bisa digunakan untuk membantu saat start balapan. Begitu rem diaktifkan di tikungan pertama, bagian motor yang direndahkan akan kembali ke posisi semula.
5. Rear ride-height device

Ducati mengembangkan holeshot device menjadi lebih fungsional dan dipasang di suspensi bagian belakang. Peranti ini kemudian disebut juga sebagai rear ride-height device.
Sebagai evolusi dari holeshot device, rear ride-height device pertama kali digunakan pada 2019 untuk Desmosedici milik Jack Miller. Berbeda dengan holeshot device versi awal yang hanya bisa digunakan saat motor tak bergerak, rear ride-height device lebih canggih karena bisa digunakan saat motor sedang melaju di lintasan.
Penggunaannya pun bisa dilakukan beberapa kali dalam setiap balapan, tergantung dari karakter sirkuit dan kebutuhan pembalap. Ducati mengembangkan peranti ini agar dapat diaktifkan saat motor keluar tikungan untuk mendapatkan kecepatan maksimal.
Sederhananya, dengan merendahkan bagian belakang motor, dan dikombinasikan dengan daya tekan (downforce) dari fairing, motor dapat mencapai kecepatan tertinggi di lintasan lurus.
6. Front ride-height device

Jika rear-ride height device digunakan di bagian belakang, Ducati melengkapi bagian suspensi depan dengan front ride-height device. Ini merupakan peranti teranyar dari pabrikan asal Italia.
Dalam sesi tes pramusim MotoGP 2022 di Sirkuit Sepang, Ducati kedapatan sedang mencoba peranti anyar ini. Front-ride height device dilaporkan terpasang pada Desmosedici milik Johann Zarco.
Holeshot device milik Ducati jadi lengkap karena bagian depan dan bagian belakang motor dapat direndahkan saat melibas setiap putaran sirkuit. Namun, penggunaan peranti ini belum teruji dalam sesi balapan sesungguhnya. Masih harus menunggu hingga seri pertama di Qatar apakah Ducati akan menggunakan sitem ini.
Ducati memang pionir dalam mengembangkan inovasi di MotoGP. Semua inovasi Ducati pada dasarnya punya tujuan yang sama, yaitu mencari kecepatan tertinggi (top speed). Dengan berbagai inovasi tersebut, bisakah tahun ini Ducati merebut gelar juara dunia?