Paradoks Kritikan John Elkann untuk Ferrari Usai F1 GP Brasil 2025

Pekan balap Formula 1 GP Brasil 2025 berakhir antiklimaks bagi Ferrari. Charles Leclerc dan Lewis Hamilton gagal menuntaskan balapan utama di Autodromo Jose Carlos Pace pada Senin (10/11/2025) dini hari WIB. Leclerc keluar balapan pada lap keenam akibat insiden di tikungan pertama. Sementara itu, Hamilton masuk pit pada lap 39, tetapi tak meneruskan balapan lantaran ada kerusakan pada mobilnya.
Hasil mengecewakan itu rupanya menuai respons John Elkann. Kepala Eksekutif Ferrari itu mengkritik Leclerc dan Hamilton usai kegagalan di GP Brasil 2025. Elkann meminta kedua pembalap tersebut untuk tak banyak bicara dan lebih fokus balapan.
Sontak, pernyataan tersebut menjadi sorotan banyak pihak terkait situasi internal Ferrari saat ini. Apalagi, Elkann menyampaikan kritikan tersebut secara terbuka di hadapan media. Lantas, apakah kritikan Elkann terhadap Leclerc dan Hamilton punya landasan yang kuat? Atau, justru menjadi paradoks yang bertentangan terhadap kenyataan yang ada?
1. John Elkann melontarkan kritik kepada pembalap Ferrari usai hasil buruk di GP Brasil 2025
Dalam sebuah wawancara dengan sejumlah awak media, John Elkann tanpa basa-basi melontarkan kritikan terhadap Lewis Hamilton dan Charles Leclerc. Ia menyebut pencapaian di GP Brasil 2025 sebagai hal yang mengecewakan. Di sisi lain, Elkann justru memuji kinerja mekanik dan insinyur yang dinilai telah bekerja bagus sepanjang musim ini.
Elkann tak segan membandingkan prestasi tim Ferrari di Formula 1 dengan tim yang berkiprah di World Endurance Championship (WEC). Pada ajang balap tersebut, Ferrari sukses merengkuh gelar juara konstruktor, gelar juara tim melalui AF Corse, dan gelar juara pembalap. Elkann menyebut keberhasilan itu terwujud berkat kerja sama di antara seluruh elemen tim.
"GP Brasil adalah kekecewaan besar. Melihat pada kejuaraan Formula 1, kami bisa mengatakan bahwa kami memiliki mekanik yang pada dasarnya memenangkan kejuaraan dengan performa mereka dan segala yang telah dilakukan di pitstop. Insinyur kami telah meningkatkan mobil tersebut. Namun, hal lainnya masih belum memenuhi syarat," kata John Elkann kepada Sky Sports Italia dilansir F1i.
"Tentunya kami punya pembalap yang perlu fokus mengemudi dan sedikit berbicara. Kami masih punya balapan penting lainnya dan tidak mustahil untuk meraih posisi kedua di klasemen konstruktor. Ini pesan yang sangat penting karena balapan WEC di Bahrain telah menunjukkan bahwa saat semua orang di Ferrari bekerja sama, kami bisa menang," sambungnya.
2. Ferrari meraih DHL Fastest Pit Stop Award, tetapi tak berarti apa pun karena hasil balapan yang mengecewakan
Pernyataan John Elkann perihal performa mekanik Ferrari di Formula 1 tak sepenuhnya salah. Tim yang berbasis di Maranello, Italia, tersebut menyabet DHL Fastest Pit Stop Award 2025. Itu terlihat dari perolehan poin Ferrari yang tak lagi bisa dikejar oleh rivalnya untuk kategori penghargaan pit stop.
Ferrari membukukan 516 poin dari 21 seri balap yang telah dihelat. Mereka mengungguli McLaren yang bertengger di peringkat kedua lewat perolehan 323 poin. Ini menjadi bukti bahwa kinerja kru Ferrari dalam pit stop saat balapan adalah yang terbaik di kejuaraan.
Namun, titel semacam itu tak bermakna apa pun karena tolok ukur dalam perebutan gelar juara pembalap dan konstruktor adalah hasil balapan. Semakin banyak meraih poin, maka semakin besar pula peluang meraih dua gelar prestisius tersebut. Pit stop yang cepat akan lebih berarti apabila dipadu dengan performa mobil yang kencang di lintasan.
Elkann mengatakan insinyur tim telah meningkatkan performa SF-25. Namun, hal sebaliknya justru terjadi di trek. Mobil tersebut menghadapi masalah ride height sepanjang Formula 1 2025 ini. Bahkan, tim terpaksa menaikkan bagian tersebut guna mencegah keausan plank. Sebelumnya, Hamilton didiskualifikasi dari balapan utama GP China lantaran mobilnya tidak memenuh syarat minimal ketebalan plank.
Masalah yang menggerogoti SF-25 memengaruhi capaian saat balapan. Ferrari memang mampu meraih kemenangan balapan sprint lewat Lewis Hamilton di GP China. Akan tetapi, mereka masih belum menorehkan kemenangan balapan utama hingga GP Brasil. Capaian terbaik Ferrari adalah finis kedua di GP Monako dan Meksiko lewat Charles Leclerc.
Tak hanya itu, Ferrari juga kehilangan posisi kedua di klasemen konstruktor selepas pekan balap GP Brasil. Tim dengan warna khas merah itu malah turun ke posisi keempat dengan koleksi 362 poin. Ferrari berselisih 36 poin dari Mercedes yang kini menduduki peringkat kedua.
3. John Elkann menekankan kerja sama tim
John Elkann turut menyinggung masalah kerja sama tim yang dipandang menjadi kunci keberhasilan Ferrari pada ajang balap WEC. Di sisi lain, Elkann juga meminta Charles Leclerc dan Lewis Hamilton untuk tak banyak bicara dan berfokus pada balapan. Ini justru menggambarkan situasi yang kontradiktif karena kontribusi pembalap bukan hanya sekadar menyetir mobil mengelilingi sirkuit.
Leclerc dan Hamilton punya hak menyuarakan kekurangan terhadap performa mobil SF-25 maupun tim secara keseluruhan. Itu semata-mata demi meraih hasil terbaik dan kembali bersaing dalam perebutan gelar juara. Akan tetapi, hal tersebut belum tampak dalam skuad Ferrari.
Formula 1 melansir, Hamilton membuat dokumen berisi cara yang bisa diterapkan Ferrari agar kembali tampil kompetitif sekaligus memutus kekeringan gelar juara yang telah berlangsung selama 17 tahun. Adapun salah satu acuan yang dipakai adalah pengalaman Hamilton ketika merengkuh gelar juara saat memperkuat McLaren dan Mercedes. Pembalap asal Inggris itu telah menyusunnya sejak awal musim.
Namun, usaha Hamilton tersebut kini menimbulkan pertanyaan. Sejumlah pihak menduga dokumen yang digarap Hamilton tak diterima dengan baik oleh orang-orang di Ferrari. Salah satu yang mempertanyakan hal demikian adalah Ted Kravitz yang notabene adalah reporter Sky Sports F1.
"Mari kita pikirkan tentang dokumen yang Hamilton buat, semacam cetak biru dari hal-hal yang dirinya pelajari selama di McLaren serta saat menjadi pembalap Mercedes selama 12 tahun. Apakah Ferrari tersinggung oleh dokumen-dokumen tersebut? Apakah mereka berpikir, 'Terima kasih banyak, tetapi kamu hanya tinggal mengemudi saja'? Jika Hamilton menulis semua itu, berapa kali Ferrari perlu mendengarnya dan mengapa mereka tidak mendengarkannya?" ujar Ted Kravitz dikutip Crash.
Apabila ketersinggungan itu benar adanya, maka ucapan Elkann yang menekankan pentingnya kerja sama dalam tim seolah menjadi paradoks. Jika terus dibiarkan, maka Ferrari bisa kembali mengulangi kondisi saat Fernando Alonso dan Sebastian Vettel memperkuat tim. Dua pembalap peraih gelar juara Formula 1 itu tak mampu meraih titel prestisius saat bersama Ferrari. Ini dapat menjadi cerminan Ferrari yang kolot dan tidak belajar dari hal yang pernah terjadi pada waktu lampau.
Ferrari harus segera berbenah jika ingin bangkit dari capaian kurang mengesankan. Apalagi, mereka bakal menghadapi regulasi baru di Formula 1 2026. Apabila tak segera ambil tindakan strategis, Ferrari akan semakin sulit bertarung di barisan depan pada waktu mendatang.

















