4 Pembalap Formula 1 yang Pernah Bela Ferrari, Williams, dan McLaren

Ferrari, Williams, dan Mclaren merupakan tiga tim legendaris di Formula 1. Ketiga tim itu punya sejarah panjang yang penuh kesuksesan. Tak heran, banyak pembalap hebat yang pernah berada di balik kemudi mereka.
Menariknya, hanya ada empat pembalap yang pernah membela Ferrari, Williams, dan McLaren di Formula 1. Pembalap terbaru yang masuk daftar tersebut adalah Carlos Sainz. Pembalap asal Spanyol itu akan membela Willams pada 2025 setelah kontraknya habis bersama Ferrari. Sebelumnya, Sainz juga mengaspal bersama McLaren.
Termasuk Sainz, berikut empat pembalap Formula 1 yang pernah membela Ferrari, Williams, dan McLaren.
1. Jacky Ickx jadi pembalap pertama yang membela Ferrari, Williams, dan McLaren
Jacky Ickx merupakan pembalap terbaik Formula 1 asal Belgia. Ickx meraih total 8 kemenangan dan 25 podium selama kariernya di Formula 1 pada 1966--1979. Ia sering dianggap sebagai salah satu pembalap terbaik yang tak pernah meraih gelar juara dunia.
Ferrari merupakan tim yang paling lama dibela Ickx, yakni pada 1968 dan 1970--1973. Ickx meraih enam kemenangan bersama Ferrari termasuk kemenangan pertamanya di GP Prancis 1968. Prestasi terbaik Ickx bersama tim berlogo kuda jingkrak itu terjadi pada 1970 dengan raihan tiga kemenangan dan posisi kedua di klasemen pembalap.
Pada 1973, Ickx memutuskan untuk meninggalkan Ferrari pada pertengahan musim. Keputusan itu dibuat karena buruknya performa Ferrari 312B3. Ickx kemudian tampil masing-masing sekali bersama McLaren dan Williams pada sisa musim. Ia meraih podium ketiga bersama McLaren di GP Jerman dan finis ketujuh bersama Williams di GP Amerika Serikat.
Kebersamaan Ickx bersama McLaren hanya berlangsung dalam satu balapan. Sementara, kerja samanya dengan Williams kembali berlanjut pada 1976. Namun, Ickx meninggalkan tim pada pertengahan musim untuk bergabung dengan Ensign.
2. Alain Prost meraih juara dunia bersama McLaren dan Williams
Alain Prost memulai kariernya di Formula 1 bersama McLaren pada 1980. Pada musim perdananya, Prost berhasil finis empat kali di zona poin. Namun, Prost memilih berpisah dengan McLaren pada akhir musim, meski memiliki kontrak selama 2 musim. Prost memilih hengkang karena tak puas dengan perlakuan tim serta buruknya mobil yang membuatnya sering mengalami insiden.
Pembalap asal Prancis itu kemudian sempat membela Renault selama 3 musim sebelum kembali McLaren pada 1984. Pada periode keduanya yang berlangsung hingga 1989, Prost sukses meraih 30 kemenangan dan 3 gelar juara dunia serta 2 runner-up. Namun, perseteruannya dengan Ayrton Senna membuat Prost memilih hengkang pada akhir musim 1989.
Prost lantas bergabung dengan Ferrari pada 1990. Kebersamaan Prost bersama Ferrari bisa dibilang tak terlalu sukses. Meski menjadi runner-up pada 1990, performa Ferrari menurun tajam pada musim berikutnya. Hal itu membuat Prost gagal meraih satu pun kemenangan dalam semusim untuk kali pertama sejak musim debutnya di Formula 1. Prost bahkan dipecat sebelum seri terakhir di GP Australia karena kritik pedasnya terhadap mobil Ferrari.
Prost sempat hiatus selama setahun usai meninggalkan pabrikan asal Italia tersebut. Ia kemudian kembali ke lintasan Formula 1 pada 1993 bersama Williams. Prost tampil apik dengan raihan tujuh kemenangan sekaligus menyabet gelar juara dunia untuk kali keempat. Prost lantas memutuskan pensiun setelah musim tersebut.
3. Nigel Mansell merupakan pembalap terbaik Williams sepanjang masa
Nigel Mansell bergabung dengan Williams pada 1985 setelah menjalani 5 musim bersama Lotus. Keputusan itu membawa Mansell menjadi kandidat juara dunia tiap musimnya. Pembalap asal Inggris itu meraih kemenangan perdananya di Formula 1 di GP Eropa 1985.
Mansell dua kali gagal menjadi juara dunia secara menyakitkan bersama Williams. Pertama pada 1986, ketika bannya meledak pada seri terakhir di GP Australia. Semusim berselang, kecelakaan pada sesi kualifikasi GP Jepang membuatnya harus puas menjadi runner-up.
Pada 1989, Mansell memutuskan untuk bergabung dengan Ferrari. Debutnya berlangsung manis dengan kemenangan pada balapan pembuka musim di GP Brasil. Sayang, Mansell gagal menjadi juara dunia selama 2 musim bersama Ferrari.
Ia kemudian kembali berada di balik kemudi Williams pada 1991. Semusim berselang, Mansell meraih gelar juara dunia pertamanya usai memenangi 9 dari 16 balapan. Setelah itu, Mansell memutuskan untuk pensiun dari Formula 1. Namun, ia sempat kembali untuk empat balapan pada 1994 menyusul kematian tragis Ayrton Senna.
Pada 1995, Mansell yang saat itu berusia 41 tahun diberi kontrak oleh McLaren. Namun, Mansell yang merasa tak cocok dengan mobilnya kemudian pergi setelah hanya dua balapan. Itu menjadi momen terakhirnya di Formula 1.
4. Carlos Sainz menjadi pembalap anyar Williams pada 2025
Musim 2025 akan menjadi musim pertama Carlos Sainz bersama Williams. Pembalap asal Spanyol itu hengkang ke Williams setelah Ferrari lebih memilih Lewis Hamilton. Sainz yang diberi kontrak selama 2 musim dengan opsi perpanjangan akan bertandem dengan Alexander Albon.
Pindah ke Williams sebenarnya membuat peluang Sainz untuk menjadi juara dunia atau sekadar meraih kemenangan mengecil. Sebab, Williams menjadi penghuni papan tengah atau papan bawah dalam beberapa musim terakhir. Hal itu jelas berbeda dibanding Ferrari yang mendorongnya meraih empat kemenangan dan selalu masuk persaingan juara dunia tiap musimnya.
Sebelum membela kedua tim tersebut, Sainz lebih dulu bekerja sama dengan McLaren pada 2019--2020. Performanya terbilang cukup apik dengan konsisten berada di zona poin. Hal itulah yang membuatnya didapuk sebagai pengganti Sebastian Vettel di Ferrari pada 2021.
Membela tiga tim legendaris Formula 1, yakni Ferrari, Williams, dan McLaren, merupakan sebuah pengalaman yang luar biasa. Namun, baru empat pembalap di atas yang pernah melakukannya.