Perjuangan Lewis Hamilton sebagai Pembalap Formula 1

- Lewis Hamilton bermimpi menjadi Ayrton Senna dan dibantu sang ayah
- Debut bersama sang ayah sebagai manajer, berpisah secara profesional
- Gagal berkali-kali di Formula 1, Lewis Hamilton akui belum matang saat berusia 22 tahun
Semenjak meninggalkan tim Formula 1 McLaren pada 2012, Lewis Hamilton menjadi pembalap tersukses sepanjang sejarah. Dirinya adalah pembalap di kejuaraan itu dengan kemenangan dan posisi terdepan paling banyak. Bahkan, dia mampu menyamai rekor juara dunia Michael Schumacher.
Per 11 Juni 2025, Lewis Hamilton memasuki usia 40 tahun. Pada usia segitu, dia telah meraih tujuh gelar juara dunia Formula 1. Hamilton pun menjadi salah satu figur paling ikonis dalam kejuaraan. Tentu menarik untuk menyimak perjalanan panjang Lewis Hamilton sebagai pembalap Formula 1.
1. Bermimpi menjadi Ayrton Senna, Lewis Hamilton menembus Formula 1 berkat Sang Ayah
Lewis Hamilton tumbuh dengan menonton idolanya, Ayrton Senna, dan bermimpi menjadi pembalap sepertinya. Lewis memperoleh dukungan dari ayahnya, Anthony Hamilton, yang membantu mewujudkan mimpinya. Anthony pun menjadi salah satu figur terpenting dalam karier Lewis.
Lewis Hamilton sendiri lahir dari pasangan Anthony Hamilton, pria kelahiran 1956 berdarah Grenada, dan Carmen Larbalestier. Saat berusia 5 tahun, Lewis menerima hadiah tidak terlupakan dari Sang Ayah. Hadiah itu adalah sebuah mobil yang dikontrol menggunakan radio.
Saat berusia 8 tahun, Lewis Hamilton memperoleh gokar sebagai hadiah Natal dari Anthony Hamilton. Ini menjadi salah satu bentuk dukungan penuhnya kepada minat Lewis terhadap balapan. Lewis terus menerima dukungan dari Sang Ayah. Bahkan, ayahnya sampai keluar dari pekerjaan sebagai manajer dan menjadi kontraktor untuk menunjang itu. Perjuangannya terus dipantau ayahnya yang terkadang bekerja dalam empat peran sekaligus.
Lewis Hamilton memang datang dari latar belakang kelas pekerja. Demi mendukungnya, ayahnya tidak pernah memiliki pakaian baru, menabung, dan sampai menjual rumah beberapa kali. Asalkan Lewis bekerja keras di sekolah, Anthony akan terus mendukungnya dalam balapan.
"Dia (Anthony Hamilton) tidak pernah memiliki pakaian baru. Dia tidak menabung untuk membeli sesuatu yang baru. Semuanya, (sampai) menjual rumah beberapa kali, digunakan untuk bermain gokar yang kedengarannya gila. Itu gila, tapi dia sangat percaya kepadaku," jelas Lewis Hamilton, dilansir GPblog.
2. Saat debut, Lewis Hamilton ditemani Sang Ayah sebagai manajer sampai berpisah secara profesional
Saat debut, Lewis Hamilton memiliki hubungan profesional dengan Sang Ayah. Mereka bahkan sulit melihat satu sama lain sebagai ayah dan anak. Lewis sendiri sebenarnya ingin melihat Anthony sebagai ayah yang menjadi teman bepergian dan bersenang-senang.
"Aku hanya ingin dia (Anthony Hamilton) menjadi ayahku. Mari kita pergi dan bersenang-senang, mari kita tertawa. Kami sudah lama tidak mengalami hal itu," jelas Lewis Hamilton.
Sebagai pembalap, Lewis Hamilton terus ditemani sang ayah sebagai manajer. Kemudian, Lewis memecat Anthony pada 2010. Alasannya, mereka berselisih paham dalam pengambilan keputusan.
3. Bersiap membalap untuk Ferrari, Lewis Hamilton mengakui gagal berkali-kali di Formula 1
Lewis Hamilton debut pada 2007. Dia tampil sebagai rookie dalam balutan seragam McLaren saat berusia 22 tahun. Sejak itu, Lewis mengaku mengalami kegagalan berkali-kali hingga akhirnya mendapatkan kejayaannya dan bisa berkarier 19 musim lamanya.
Lewis Hamilton mengaku dirinya belum matang saat berusia 22 tahun. Dia bisa mengendarai mobil, tetapi tidak memiliki banyak dukungan. Saat itu, Lewis mengalami krisis identitas dan tidak memiliki tujuan hidup.
"Melihat ke belakang saat aku masih berusia 22 tahun, aku jelas belum matang. Aku sudah melakukan semua pekerjaan rumah dalam hal cara mengendarai mobil. Aku memiliki kemampuan alami, tetapi tidak memiliki banyak fondasi di sekitarku. Aku mengetahui siapa diriku, aku mengetahui ke mana aku akan pergi dan aku mengetahui energi serta waktu dan upaya apa yang perlu aku curahkan untuk mencapainya, dan pada usia 22 tahun, aku tidak mengetahui itu," begitu kata Lewis Hamilton, mengutip RacingNews365.
Lewis Hamilton lantas membangun kesuksesan di Formula 1 dengan kerja keras, kepercayaan, dan visi jangka panjang yang tidak dimiliki sebagian besar pembalap. Dirinya membangun keberuntungan dengan berpindah membela Mercedes yang belum pernah menang. Momen itu terjadi pada 2012.
Setelah menyimak perjuangan sebagai pembalap, figur Lewis Hamilton patut diapresiasi. Dia tidak pernah melupakan dukungan ayahnya yang selalu menemani dan membantunya. Berkat perjuangan itu, Lewis Hamilton sekarang siap mencetak prestasi baru di Formula 1.