Luca Marini: Gelar MotoGP Harus Jadi Milik Tim Utama

Gelar MotoGP jadi cara tim utama tetap bisa bersaing

Jakarta, IDN Times - Pembalap Mooney VR46 Luca Marini menyebut, ada satu kebijakan yang acap diterapkan di MotoGP. Dia berkata bahwa tim utama ternyata kudu memenangi gelar, dan tim satelit harus membantu.

"Ya, memang tim utama harus menang gelar MotoGP. Karena apa? Karena mereka sudah menginvestasikan banyak uang, jadi mereka harus memenangi balapan dan meraih gelar. Jika tidak, itu akan jadi masalah," ujar Marini, dilansir Crash.

1. Aspek bisnis berpengaruh dalam kebijakan ini

Luca Marini: Gelar MotoGP Harus Jadi Milik Tim Utamainstagram.com/luca_marini_97

Marini berkata, lazimnya tujuan dari setiap pembalap merupakan berprestasi di tim satelit, lalu naik kelas ke tim utama dan meraih gelar bersama tim utama. Selain untuk perbaikan karier, ada aspek bisnis juga berbicara di sini.

"Para pembalap tim satelit biasanya mengejar target masuk ke tim utama, bukannya juara bersama tim satelit. Memang, seakan ini tidak adil bagi tim satelit, tetapi aspek bisnis memang berbicara di sini," ujar Marini.

Baca Juga: Luca Marini Bersumbar Jadi Salah Satu Pemenang di MotoGP 2023

2. Insiden Suzuki tak boleh terulang

Luca Marini: Gelar MotoGP Harus Jadi Milik Tim Utamapotret tim Suzuki MotoGP (motogp.com)

Lebih lanjut, Marini berkata bahwa insiden berhentinya Suzuki dari MotoGP tidak boleh terulang kembali. Alhasil, dia merasa tidak masalah ketika tim utama memenangi gelar, sehingga nantinya tak akan ada lagi insiden macam Suzuki.

"Kami sempat bersedih saat Suzuki pergi, karena kami ingin lebih banyak pabrikan bersaing di MotoGP. Alhasil, tidak masalah jika gelar pada akhirnya dimenangi tim utama dan para pembalapnya," ujar Marini.

3. Pembalap tim satelit memang jarang juara

Luca Marini: Gelar MotoGP Harus Jadi Milik Tim UtamaSete Gibernau di depan Valentino Rossi (motogp.com)

Dalam ajang MotoGP sejak era 2000-an, para pembalap tim satelit memang jarang memenangi gelar. Pada 2003 dan 2004, Sete Gibernau hanya berhasil menduduki posisi runner-up, begitu juga Marco Melandri pada 2005.

Hal serupa dialami Franco Morbidelli dan Enea Bastianini. Pada 2020, Morbidelli harus puas menjadi runner-up MotoGP, sedangkan Bastianini finish di posisi ketiga pada musim 2022. Memang, tim satelit agaknya sulit juara.

Baca Juga: Luca Marini Ceritakan Perjuangan Ducati Kembangkan Desmosedici GP22

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya