Olimpiade Tokyo Terancam Batal, Sponsor Mulai Pusing

Sponsor dibuat bingung oleh keadaan

Jakarta, IDN Times - Olimpiade 2020 Tokyo mestinya jadi ajang bagi para sponsor mendulang untung. Namun karena ketidakpastian akibat pandemik COVID-19, semua jadi serba memusingkan bagi para sponsor.

Baru-baru ini beberapa pihak di Jepang, termasuk masyarakat mereka sendiri, menyerukan Olimpiade 2020 ditunda atau dibatalkan. Sebab terjadi peningkatan kasus COVID-19 di Negeri Matahari Terbit tersebut.

Pemerintah Jepang dan panitia Olimpiade 2020 masih bersikukuh bahwa Olimpiade Jepang harus terlaksana. Akan tetapi, besarnya gelombang penolakan bisa saja membuat pemerintah mengambil kebijakan lain.

Jika kelak dibatalkan, sponsor Olimpiade tentu akan rugi.

1. Sponsor sudah mengucurkan dana kurang lebih 3,3 juta dolar AS

Olimpiade Tokyo Terancam Batal, Sponsor Mulai Pusingnews.panasonic.com

Dilansir Daily Mail, sekitar 60 perusahaan di Jepang, termasuk beberapa perusahaan yang jadi sponsor jangka panjang Olimpiade seperti Toyota, Panasonic, dan Bridgestone, sudah mengucurkan dana sebesar 3,3 juta dolar AS (sekitar Rp47,1 miliar) untuk mendukung Olimpiade.

Harapan mereka, tentunya adanya Olimpiade membuat nama mereka akan terekspos secara global. Dengan begitu, hal tersebut akan membawa dampak yang baik bagi perusahaan mereka sendiri.

Akan tetapi, dengan adanya potensi penundaan atau pembatalan Olimpiade ini, semua perusahaan itu bisa saja gigit jari. Bukannya eksposure yang didapat, malah kerugian yang bisa saja sudah menanti.

Baca Juga: 7 Wakil Bulu Tangkis Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020

2. Sponsor benar-benar stres dengan ketidakpastian ini

Olimpiade Tokyo Terancam Batal, Sponsor Mulai Pusinggoggle

Direktur Komunikasi Toyota, Jun Nagata, menyebut bahwa perusahaan Toyota benar-benar dipusingkan oleh situasi serba tak pasti jelang Olimpiade ini. Mereka dibuat bingung dalam menentukan sikap.

"Sebagai sponsor, kami betul-betul dibuat pusing oleh keadaan ini. Kami masih ragu tentang apa yang seharusnya kami lakukan ke depannya," ujar Jun.

Direktur International Institute for Sport Business and Leadership dari Universitas Guelph, Norm O'Reilly, mengungkapkan bahwa sponsor lokal berada dalam situasi sulit saat ini. Kendati begitu, ia menyebut sponsor besar masih bisa dapat untung jika Olimpiade terlaksana.

"Meski nantinya Olimpiade dilaksanakan tanpa penonton, sponsor besar tetap akan untung. Mereka lebih fokus pada para penonton yang akan menonton laga lewat televisi dan streaming," ujar O'Reilly.

3. Tekanan untuk menunda Olimpiade 2020 kian ramai

Olimpiade Tokyo Terancam Batal, Sponsor Mulai PusingAcara penyalaan obor Olimpiade menjelang pembukaan secara resmi Olimpiade Tokyo 2020 pada hari Kamis, 25 Maret 2021, waktu setempat. (Twitter.com/Tokyo2020)

Hingga kini, pemerintah Jepang masih mendapatkan tekanan untuk menunda atau membatalkan Olimpiade 2020. Awal Mei 2021, Jepang meningkatkan pembatasan di beberapa kota seperti Tokyo, Osaka, Hyogo, dan Kyoto, akibat lonjakan kasus COVID-19.

Osaka jadi daerah dengan lonjakan kasus COVID-19 yang mengkhawatirkan. Kondisi rumah sakit di Osaka sudah penuh oleh pasien COVID-19, dan hal tersebut memengaruhi sistem pelayanan kesehatan di kota tersebut.

Selain dari masyarakat umum, seruan untuk menunda Olimpiade 2020 sudah meluas ke sejumlah pihak, termasuk komunitas tenaga medis. Tokyo Medical Practitioners Association, salah satu asosiasi di Jepang yang menaungi kurang lebih 6.000 dokter, ikut melancarkan penolakan.

Pada Jumat (14/5/2021) lalu, asosiasi ini menulis surat kepada Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga, agar Olimpiade dibatalkan. Mereka juga akan menyakinkan Komite Olimpiade Internasional (IOC) bahwa Jepang, saat ini, kesulitan untuk menggelar Olimpiade.

Baca Juga: Kontingen Olimpiade Amerika Serikat Terancam Gagal ke Jepang

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya