Pelukan Viral Kakak-Adik yang Terpisah karena Olimpiade Tokyo

Foto keduanya sempat mengundang salah tafsir di #Tokyo2020

Jakarta, IDN Times - Sebuah foto menjadi viral di media sosial karena kisah di baliknya. Dalam foto itu, dua atlet yang berstatus kakak-adik, berpelukan dan harus terpisah karena Olimpiade Tokyo 2020.

Adalah Mohamad Maso dan Alaa Maso yang menjadi bahan perbincangan di media sosial akibat pelukannya membuka fakta kalau keduanya terpisah dan tak berada dalam satu tim.

Mohamad ada di tim Suriah dan berlaga di cabang olahraga triathlon. Sementara, adiknya Alaa, bakal membela tim pengungsi Olimpiade (EOC).

Keduanya berpelukan ketika sedang menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Tokyo, Jumat (23/7/2021) lalu. Menariknya, mereka menggunakan atribut berbeda di sana.

Mohamad pakai atribut tim Suriah. Sementara, Alaa menggunakan atribut tim EOC.

1. Mengundang salah tafsir

Foto ini mengundang komentar dari warganet di media sosial. Sayangnya, banyak yang salah menafsirkannya.

Banyak warganet menyangka kalau keduanya terpisah akibat perang di Suriah dan Alaa harus mengungsi. Namun, kenyataannya tidak.

Mohamad dan Alaa pada faktanya tinggal bersama. Keduanya saat ini tinggal di Jerman bersama kedua orang tuanya. Mereka sudah tinggal di Jerman sejak 2015 lalu.

Keduanya harus meninggalkan Suriah karena fasilitas latihan yang selama ini digunakan rusak karena perang. Sang ayah yang juga pelatih Mohamad dan Alaa, juga kesulitan untuk mengembangkan kemampuannya memoles atlet.

Hingga akhirnya, keputusan untuk mengungsi ke Jerman diambil. Di sana, keduanya bisa berkembang lebih baik.

Baca Juga: Mirip Mike Tyson, Petinju Mau Gigit Lawan di Olimpiade Tokyo

2. Olahraga mengubah segalanya

Pelukan Viral Kakak-Adik yang Terpisah karena Olimpiade TokyoPerenang tim EOC, Alaa Maso / Instagram @_alaamaso

Alaa memang mengambil keputusan tegas terkait kariernya membela tim EOC. Sikap netral yang tak mau berurusan dengan politik dan sebagainya, membuat Alaa memutuskan untuk membela EOC.

Semua dikarenakan fakta kalau dia sudah mulai bangkit dari berbagai mimpi buruk yang diterima akibat perang Suriah.

"Terima kasih kepada olahraga, akhirnya saya bisa buang segala hal negatif dan kembali meraih kepercayaan diri saat berlatih. Saya ingin lebih baik, membangun hidup agar lebih positif, kreatif, dan sehat. Saya menantikan matahari terbit di antara kami," ujar Alaa dikutip situs resmi Olimpiade.

3. Nasionalisme tak terhingga

Sementara, Mohamad memahami pula keputusan Alaa. Punya pandangan sama dengan adiknya, Mohamad memilih bela Suriah karena memang ingin mengharumkan nama negara. Dia menjadi satu dari enam atlet yang bela Suriah di Olimpiade Tokyo.

"Saya begitu bahagia bisa mewakili negara, bukan dengan bendera partai atau kepentingan politik tertentu," tegas Mohamad dikutip akun instagramnya, @momastori.

Mohamad bersama atlet termuda Olimpiade Tokyo, Hend Zaza, membela Suriah untuk bisa memperpanjang sejarah di pesta olahraga terbesar dunia itu. Sejak kali pertama main di Olimpiade pada edisi 1948 di London, Suriah baru mengoleksi tiga medali.

Baru satu medali emas yang diraih Suriah di Olimpiade, yakni saat Ghada Shouaa memenangkan cabang olahraga heptathlon pada 1996 silam di Atlanta.

Baca Juga: Heboh Stasiun Televisi Korea Rasis ke Indonesia di Olimpiade Tokyo

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya