Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sponsor Besar Mengeluh dengan Kondisi MotoGP, Dorna Harus Waspada

pembalap Repsol Honda di atas RC213V (motogp.com)
pembalap Repsol Honda di atas RC213V (motogp.com)

Tak biasanya sebuah sponsor aktif mengeluh tentang kondisi ajang balap yang disponsorinya. Namun, Repsol mendobrak ketabuan tersebut dan melayangkan kritik tentang kondisi MotoGP dalam website resminya.

Dalam salah satu artikel yang ditampilkan dalam situs bernama Box Repsol tersebut, perusahaan asal Spanyol itu menyoroti beberapa isu. Semuanya bermuara pada hilangnya keseruan balapan Grand Prix.

Dorna sebagai penyelenggara MotoGP harus waspada. Pasalnya, Repsol adalah salah satu sponsor terbesar dan tertua di MotoGP. Repsol telah menjadi sponsor utama Honda sejak 1995. Kehilangan dukungan dari penyokong seperti itu bisa jadi kerugian tersendiri bagi kejuaraan dunia. Lantas, poin-poin apa saja yang jadi sorotan Repsol? Simak uraiannya berikut ini.

1. Hilangnya keseruan di MotoGP

ilustrasi balap MotoGP (motogp.com)
ilustrasi balap MotoGP (motogp.com)

Sudah sejak lama MotoGP mampu menyeimbangkan antara kompetisi dan teknologi. Sejak era modern MotoGP pada 2002, sejumlah regulasi yang dikeluarkan mampu membuat kompetisi menjadi adil. Saat sistem pemasok komponen tunggal diperkenalkan pada 2009 (untuk ban) dan 2015 (untuk ECU), gap yang terlalu jauh pada performa setiap motor dapat dipangkas.

Kondisi persaingan di atas lintasan menjadi setara dan seimbang, terutama antara motor tim pabrikan dan satelit. Duel dan saling menyalip pun sering terjadi. Balapan tak lagi dimenangkan dengan selisih detik yang terlalu lebar, bahkan podium bisa dijangkau dengan selisih sepersepuluh detik. Hasilnya, MotoGP jadi tontonan yang makin menyenangkan. Namun, Repsol menganggap kondisi balapan saat ini tak lagi seru. Aksi salip menyalip makin jarang terlihat.

2. Aerodinamis dan ride-height device jadi biang masalah

Ducati (motogp.com)
Ducati (motogp.com)

Keseruan yang hilang di MotoGP disebabkan oleh teknologi yang tak teregulasi dengan baik. Bagi Repsol, penggunaan terknologi seperti elemen aerodinamis secara besar-besaran dan sistem ride-height device malah membuat aksi menyalip makin sulit.

Selain itu, teknologi tersebut malah membuat sesi kualifikasi jadi sangat penting. Karena jika start dari posisi belakang, kesempatan untuk finis balapan di posisi depan akan hilang.

3. Menyalip saat balapan makin sulit

ilustrasi saling menyalip di tikungan balap (motogp.com)
ilustrasi saling menyalip di tikungan balap (motogp.com)

Menurut Repsol, para pembalap saat ini tak hanya mengandalkan potensi mesin dan keterampilan. Karena aerodinamis, mereka terikat pada situasi tertentu yang tercipta di lintasan balap. Repsol mengacu pada isitlah dirty air. Pembalap yang berada tepat di belakang motor tertentu bisa kesulitan mengendalikan motornya.

Saat memacu motor dengan lebih cepat dan mengerem dalam waktu yang lebih singkat, pembalap makin sulit untuk mendapatkan waktu dan jarak yang cukup untuk bermanuver. Menyalip dengan aman saat balapan pun jadi semakin sulit.

4. Pembalap makin sering cedera otot tangan

Jorge Martin (motogp.com)
Jorge Martin (motogp.com)

Repsol menilai komponen aerodinamis pun secara tak langsung berpengaruh pada fisik pembalap. Spoiler dan perangkat lain menambah beban besar pada motor sehingga mengendarai motor semakin berat secara fisik.

Dampaknya, cedera otot di lengan bawah pun makin rentan. Itu memang masalah umum bagi sebagian besar pembalap, tetapi tuntutan fisik yang lebih berat membuatnya semakin mudah terjadi.

5. Kalender balap terlalu panjang

ilustrasi balapan MotoGP (motogp.com)
ilustrasi balapan MotoGP (motogp.com)

Repsol pun mengeluh soal kalender balap MotoGP musim ini yang terlalu panjang. Sponsor utama Honda tersebut menilai banyaknya seri balap berpengaruh langsung pada berkurangnya aksi menyalip dan keseruan saat balapan.

Pasalnya, peluang untuk memenangkan kejuaraan dunia musim ini lebih mengandalkan konsistensi. Lebih penting untuk tak membuat kesalahan agar bisa selalu finis dan mendapatkan poin dibandingkan berebut kemenangan atau podium. Ujung-ujungnya, pembalap bersifat konservatif dan cari aman.

 

Isu sulitnya menyalip memang sempat dilontarkan oleh beberapa pembalap, termasuk juara dunia MotoGP enam kali, Marc Marquez. Kini, ditambah adanya keluhan tak langsung dari Repsol yang merupakan salah satu sponsor besar, mungkinkah akan ada regulasi baru di MotoGP dalam waktu dekat?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ryan Budiman
EditorRyan Budiman
Follow Us