WANSUS Jeka Saragih: Pertandingan Itu soal Momentum dan Peluang

- Jeka Saragih pulang ke Indonesia setelah kalah di UFC kedua
- Kekalahan memberikan pelajaran tentang pentingnya latihan ground fighting
- Jeka tetap optimis dan berencana memberikan yang terbaik di tiga pertandingan UFC berikutnya
Jakarta, IDN Times - Jeka Saragih akhirnya menyempatkan pulang ke Indonesia setelah menerima kekalahan pada pertarungan keduanya di UFC. Pria asal Simalungun itu takluk oleh Wastin Wilson dalam pertandingan yang berlangsung di Las Vegas, Amerika Serikat pada 16 Juni 2024.
IDN Times berkesempatan menemui Jeka di hari kedua berada di Jakarta. Pria 29 tahun itu mengaku pulang ke Indonesia untuk mengobati rindu pada keluarganya di Medan.
“Pulang kampung karena kangen sama anak dan ada kegiatan dengan tim di Jakarta,” kata Jeka usai mengisi workshop dan sharing thoughts dengan peserta Warrior Workout yang diselenggarakan Mola di Title Boxing Club, Jakarta Selatan, Sabtu (27/7/2024).
Berikut wawancara khusus IDN Times dengan Jeka Saragih tentang kekalahannya, dan cara dia menemukan kelemahan untuk bangkit di tiga pertandingan UFC yang tersisa sebelum habis kontrak.
Kerja keras di latihan ground fighting

Westin Wilson mencuri kemenangan dari abang, ada catatan khusus dari pertandingan kemarin?
Pasti, karena saya dikenal orang standup fighting dan saya belum pernah kalah di standup fighting, saya sering kalah di ground fighting atau kuncian. Itu PR besar dalam pertandingan kemarin, saya harus berlatih lebih keras lagi di ground fighting.
Tersisa tiga pertandingan lagi, bagaimana menyikapinya?
Saya tetap optimis ya, saya akan memberikan yang terbaik di setiap pertandingan. Untuk latihannya saya mencoba disiplin dari latihan yang diberikan dan saya akan memberikan yang terbaik
Memanfaatkan momentum untuk memenangkan pertandingan

Sempat menang di debut UFC, pelajaran apa yang bisa dibawa dari sana?
Pertandingan pertama itu mungkin sebenarnya kita bicara momentum, ketika kita mendapatkan momentum itu kita mungkin bisa memenangkan pertandingan. Semua pertandingan bagi saya adalah soal momentum.
Kaya kemarin itu (saat lawan Westin Wilson) kesalahan saya ada sedikit, ketika saya posisi di atas saya banting, jadi masuk dia.
Jadi kalau pertandingan MMA itu persoalannya adalah bagaimana kita memanfaatkan momentum dan peluang. Walaupun keadaan sudah terpojok, kita harus memanfaatkan momentum.
Menang atau kalah tetap latihan

Abang sudah bermain di One Pride hingga jadi orang Indonesia pertama yang masuk UFC. Bagaimana perbedaan di keduanya?
Kalau di UFC itu kelasnya orang-orang terpilih dari banyak event yang dijalani, kita memang betul-betul bersaing sangat keras. Di sana itu orang yang sudah melewati banyak rintangan.
Kalau di One Prade kan orang-orang yang baru mulai, langsung tanding, jadi beda banget atmosfernya.
Soal postur tubuh, melawan orang luar yang memiliki perawakan lebih besar, tinggi dan memiliki jangkauan pukul lebih jauh, bagaimana mengatasi itu?
Saya sih gak pernah takut, kalau kita belum dapat hasil yang bagus mungkin bukan rejeki, ketika kita bisa menang itu rejeki kita. Gak pernah melihat lawan besar tinggi, kita hadapi saja.
Menang tetap latihan lagi, kalah tetap latihan lagi, di pertandingan itu gak ada yang menang jarang yang draw.
Saya pernah kalah, tapi pelatih bilang bukan kau saja yang kalah ada 14 atlet yang menelan kekalahan. Tapi kamu pulang ke negaramu, angkat kepalamu, jangan pernah diturunkan. Karena kamu sudah memberi yang terbaik.
Saya banyak belajar dengan pelatih pelatih saya di Amerika, mereka gak pernah memojokan saya ketika kalah. Saya selalu diberi motivasi untuk bangkit dan berlatih lagi, beda dengan kita.
Pelajaran baru di camp Sandiego

Selama camp di Sandiego, pelajaran apa yang tidak ditemukan di Indonesia?
Perpaduan antara standup fight dan ground fight, bagaimana kita jatuh dan bangun lagi. Saya juga banyak belajar di ground fight cuma kan lawan aku kemarin (Westin Wilson) lebih jago di ground fight.
Beberapa pertandingan abang menguasai dengan stundup fight, apa itu strategi khusus abang?
Sebenernya tetap kita lihat lawan, kalau lawan jago di standup kita pasti ajak main di standup, tapi kalau kita lihat kurang di stundup fight kita ajak main di ground fight.
Kita harus bisa memahami lawan kita dan harus bisa mengubah pertandingan di tiap ronde.
Pesan bocah Simalungun untuk fighters di Indonesia

Apa pesan untuk fighters di Indonesia agar bisa menyusul abang di UFC?
Pesan saya, tetap disiplin, kerja keras. Mereka harus belajar banyak stundup fight dan ground fight saat masuk UFC.
Aku saja bisa, pasti mereka bisa.