3 Pelatih Juventus dengan Persentase Kemenangan Terendah dalam 40 Laga

Menangani klub sebesar Juventus merupakan suatu tantangan tersendiri bagi seorang pelatih. Tidak sedikit dari mereka yang cukup sukses di klub sebelumnya, tetapi melempem kala melatih Juventus.
Sebagian dari pelatih tersebut bahkan mengukir rekor buruk dengan presentase kemenangan terendah dalam 40 laga di semua kompetisi. Dilansir Opta, berikut tiga pelatih yang menorehkan catatan negatif tersebut.
1. Sandro Puppo mencatat 24 persen kemenangan dalam 62 laga
Sandro Puppo mengawali kariernya sebagai pelatih di level klub kala menangani AC Venezia pada Januari 1951. Akan tetapi, rekornya kurang mentereng dengan 8 kemenangan, 9 seri, dan 11 kekalahan dalam 28 pertandingan pada Januari 1951--November 1951. Puppo mulai mendapat reputasi mentereng ketika menangani Barcelona selama semusim pada 1954/1955. Ia mencatat 18 kemenangan, 9 seri, dan 7 kekalahan dalam 34 laga di semua kompetisi pada musim tersebut.
Rekor tersebut membuat Juventus tertarik memulangkannya ke Italia pada Juli 1955. Akan tetapi, Puppo gagal memenuhi ekspektasi fans dan manajemen selama menukangi La Vecchia Signora selama 1,5 musim. Ia hanya mencatat 24 persen kemenangan dengan rincian 15 kali menang, 27 kali seri, dan 20 kali kekalahan dalam 62 pertandingan. Puppo dipecat Juventus pada 15 April 1957.
2. Luigi Delneri menorehkan rekor 40 persen kemenangan dalam 50 pertandingan
Luigi Delneri merupakan salah satu pelatih yang malang-melintang di sepak bola Italia. Namun, ia lebih sering melatih klub-klub medioker Italia, macam Teramo, Ravenna, Novara, Ternana, Empoli, Chievo Verona, Palermo, Atalanta, dan Sampdoria. Delneri pernah menangani AS Roma pada September 2004--Maret 2005. Akan tetapi, performa I Giallorossi begitu buruk dengan rekor 11 kemenangan, 8 seri, dan 12 kekalahan dalam 31 laga. Ia kemudian mencuri perhatian kala mengantarkan Sampdoria finis di empat besar Serie A Italia pada 2009/2010.
Delneri kemudian ditunjuk melatih Juventus pada musim panas 2010. Sayangnya, performa La Vecchia Signora dinilai kurang memuaskan. Delneri menorehkan 40 persen kemenangan dengan rincian 20 kali menang, 10 seri, dan 10 kekalahan dalam 50 pertandingan di semua kompetisi. Juventus hanya finis di posisi ketujuh dengan perolehan 58 poin. Kerja sama antara Delneri dan Juventus berakhir pada 31 Mei 2011.
3. Thiago Motta mencatat 43 persen kemenangan dari 42 laga
Thiago Motta secara mengejutkan ditunjuk sebagai pelatih Juventus pada musim panas 2024. Ia sebelumnya berhasil menciptakan sejarah ketika melatih Bologna pada 2023/2024. Motta mengantarkan Bologna finis di peringkat kelima klasemen akhir Serie A 2023/2024. Serie A Italia mendapat jatah lima tim yang bisa berpartisipasi di Liga Champions Eropa (UCL) sehingga Bologna berhak tampil di kasta tertinggi kompetisi antarklub Eropa pada 2024/2025. Motta juga memainkan sistem permainan menyerang dengan pendekatan penguasaan bola.
Ia memutuskan menerima tawaran Juventus pada musim panas 2024. Motta diyakini mampu mengangkat prestasi Juventus yang banyak diperkuat pemain muda. Namun, performa La Vecchia Signora inkonsisten di bawah asuhannya. Motta hanya mencatat 43 persen kemenangan dengan rincian 18 kali menang, 16 kali seri, dan 8 kali kalah. Meski rekor kekalahannya hanya delapan, Motta mencatat 16 kali seri. Manajemen Juvenmtus akhirnya memecatnya pada 23 Maret 2025.
Karier ketiga pelatih di atas bersama Juventus terbilang singkat. Sebab, Juventus memiliki standar tinggi untuk jajaran pelatih. Sementara itu, ketiga sosok di atas gagal memenuhi harapan fans dan manajemen. Juventus kini menunjuk Igor Tudor menggantikan Motta pada 23 Mei 2025. Akankah Tudor mampu mengangkat penampilan Juventus dan bersaing di papan atas Serie A? Patut dinanti.