Apa Alasan di Balik Pemecatan Thiago Motta sebagai Pelatih Juventus?

Juventus baru-baru ini melakukan keputusan besar setelah memutuskan untuk mengakhiri kerja sama dengan Thiago Motta. Pelatih yang baru bergabung pada awal musim 2024/2025 ini terpaksa meninggalkan klub setelah serangkaian hasil buruk di kancah domestik dan Eropa. Meskipun Motta memiliki waktu untuk membalikkan keadaan, kesabaran manajemen La Vecchia Signora sepertinya telah mencapai titik akhir.
Sebagai penggantinya, Juventus menunjuk Igor Tudor, mantan pemain dan asisten pelatih klub, untuk memimpin tim dalam sisa musim ini. Pergantian ini menimbulkan banyak spekulasi mengenai alasan di balik pemecatan Motta. Berikut tiga faktor utama pemecatan Thiago Motta sebagai Pelatih Juventus.
1. Hasil buruk di Serie A Italia membuat asa Juventus ke Liga Champions makin sulit
Thiago Motta menghadapi tekanan besar setelah Juventus mengalami serangkaian kekalahan telak di Serie A Italia 2024/2025. Kekalahan 0-4 dari Atalanta pada giornata ke-28 dan 0-3 dari Fiorentina pada pekan selanjutnya menjadi pukulan berat bagi tim dan penggemar. Menurut catatan Opta Analyst, ini merupakan kali ketiga dalam sejarah Juventus mereka mengalami dua kekalahan beruntun dengan selisih tiga gol atau lebih. Ini terakhir kali terjadi pada 2011 di bawah asuhan Luigi Delneri dan Pelatih Sandro Puppo pada 1957.
Terlebih lagi, Juventus terlempar dari persaingan papan atas dan hanya berada di posisi kelima klasemen, tertinggal 12 poin dari Inter Milan yang memimpin klasemen sementara liga. Dalam 42 pertandingan yang dipimpin Motta, Juventus hanya mampu meraih 18 kemenangan, 16 hasil imbang, dan 8 kekalahan. Juventus bahkan mencatat hasil imbang terbanyak di liga musim ini, sebuah situasi yang sangat merugikan untuk I Bianconeri dalam memperebutkan tiket Liga Champions Eropa musim depan.
2. Thiago Motta gagal bawa Juventus melangkah lebih jauh di Liga Champions dan Coppa Italia
Juventus memiliki ekspektasi tinggi untuk tampil kompetitif di berbagai kompetisi. Akan tetapi, di bawah kepemimpinan Thiago Motta, mereka tersingkir secara mengecewakan di Liga Champions dan Coppa Italia. Pada fase grup Liga Champions, Juventus hanya menempati peringkat ke-20 dari 36 tim dan kemudian tersingkir di babak play-off setelah kalah agregat 3-4 dari PSV Eindhoven. Kekalahan ini menambah tekanan besar bagi Motta, mengingat Juventus sebelumnya dikenal sebagai tim yang selalu berusaha mencapai babak akhir kompetisi Eropa.
Di Coppa Italia, Juventus juga tersingkir dari Empoli melalui adu penalti, tim yang secara kualitas berada di bawah mereka. Kombinasi kegagalan ini membuat manajemen klub kehilangan kepercayaan terhadap Motta. Juventus bukanlah klub yang terbiasa gagal di turnamen domestik, dan ketidakmampuan Motta untuk membawa timnya melangkah lebih jauh menjadi alasan kuat pemecatannya.
3. Karakter pemain yang tidak sesuai membuat Thiago Motta kesulitan dalam menerapkan taktiknya
Salah satu alasan utama Juventus merekrut Thiago Motta saat itu untuk memperkenalkan gaya bermain yang lebih modern dan menyerang, berbeda dengan pendekatan pragmatis Massimiliano Allegri. Namun, kenyataannya, perubahan tersebut tidak berjalan sesuai harapan. Motta gagal mengimplementasikan sistem yang efektif, dan tim sering kali terlihat kehilangan arah di lapangan.
Hal ini diperkuat dengan kesulitan Motta dalam beradaptasi dengan skuad yang ada. Pemain-pemain baru didatangkan, seperti Teun Koopmeiners, Douglas Luiz, dan Khephren Thuram, tak mampu menunjukkan performa yang sesuai dengan ekspektasi. Bahkan, keputusan Motta untuk merombak tim dengan menjual beberapa pemain senior seperti Danilo dan Federico Chiesa dianggap sebagai kesalahan strategi yang memperlemah Juventus.
Selain itu, taktik Motta tidak cocok dengan kondisi Juventus saat ini. Motta terbiasa mengandalkan tim yang mampu bermain menyerang dengan intensitas tinggi, seperti yang ia lakukan di Bologna musim lalu. Namun, di Juventus, banyak lawan yang bermain bertahan, sehingga taktiknya menjadi kurang efektif. Kegagalan dalam menyesuaikan taktik dengan karakteristik tim membuat performa Juventus tidak stabil sepanjang musim.
Meskipun Thiago Motta awalnya diharapkan bisa membawa perubahan ke Juventus dengan permainan agresif, ia justru gagal menerapkan strateginya. Kini, dengan Igor Tudor sebagai pengganti, Juventus berharap bisa kembali ke jalur yang lebih stabil dan mengamankan tiket Liga Champions untuk musim depan.