Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Tim Singkirkan Atletico Madrid pada 16 Besar UCL sebelum Real Madrid

ilustrasi stadion (unsplash.com/pelayoarbues)
ilustrasi stadion (unsplash.com/pelayoarbues)

Atletico Madrid tersingkir dengan begitu menyakitkan pada babak 16 besar Liga Champions Eropa (UCL) 2024/2025. Mereka kalah dari rival sekota, Real Madrid, lewat adu penalti, Kamis (13/3/2025) dini hari WIB. Kontroversi ikut mewarnai pertandingan yang berlangsung di Riyadh Air Metropolitano, Madrid, Spanyol, ini.

Julian Alvarez yang maju sebagai penendang kedua Atletico Madrid sebetulnya berhasil mencetak gol. Namun, saat Federico Valverde hendak melakukan eksekusi untuk Real Madrid, wasit Szymon Marciniak menghentikan pertandingan sejenak. Pria asal Polandia tersebut mendapat masukan dari video assistant referee (VAR) bahwa Alvarez membuat dua sentuhan ketika melepaskan tendangan. Hasilnya, Marciniak pun menganulir gol penyerang asal Argentina itu.

Harapan Atletico Madrid sebetulnya sempat muncul kembali setelah Lucas Vazquez gagal mencetak gol bagi Real Madrid. Sayangnya, Marcos Llorente juga melakukan hal yang sama. Akhirnya, Antonio Rudiger pun memastikan kemenangan Real Madrid setelah menjalankan tugasnya sebagai penendang terakhir Los Blancos dengan sempurna.

Ini merupakan kali kelima Atletico Madrid terhenti pada babak 16 besar UCL. Lantas, sebelum Real Madrid, siapa saja yang menghentikan langkah klub yang terbentuk pada 1903 ini? Berikut ulasan lengkapnya.

1. Chelsea menjadi juara UCL 2020/2021 dengan mengalahkan Atletico Madrid pada 16 besar

Sebelum 2024/2025, pengalaman terakhir Atletico Madrid terhenti pada babak 16 besar Liga Champions adalah pada 2020/2021. Saat itu, mereka disingkirkan oleh tim yang pada akhirnya berhasil menjadi juara, Chelsea. Los Colchoneros kalah dengan agregat 0-3.

Pada leg pertama (24 Februari 2021), Atletico Madrid kalah dengan skor 0-1. Gol tunggal Chelsea dicetak oleh Olivier Giroud pada menit 68. Saat itu, Atletico Madrid terpaksa menjamu Chelsea di National Arena, Bucharest, Rumania. Pasalnya, pemerintah Spanyol tengah melakukan pembatasan penerbangan dari Inggris.

Kemudian, ketika bertandang ke Stamford Bridge, London, Inggris, pada leg kedua (18 Maret 2021), Atletico Madrid menyerah dengan skor 0-2. Mereka dibobol oleh Hakim Ziyech pada menit 34 dan Emerson Palmieri pada menit 90+4. Pada pertandingan ini, Atletico Madrid juga bermain dengan sepuluh orang mulai menit 82 setelah Stevan Savic mendapat kartu merah.

2. Atletico Madrid kalah comeback dari Juventus pada 2018/2019

Pada 2018/2019, Atletico Madrid mengalami salah satu kekecewaan terbesarnya sepanjang ikut serta di Liga Champions. Mereka kalah pada babak 16 besar secara comeback. Atletico Madrid tidak berkutik ketika bertanding melawan Juventus di Italia.

Ketika bermain di kandang pada leg pertama (21 Februari 2019), mereka sebetulnya berhasil menang dengan skor 2-0. Duet bek tengah mereka berhasil mencetak gol. Jose Maria Gimenez membobol gawang Wojciech Szczesny pada menit 78. Diego Godin mengikuti jejak pemain asal Uruguay tersebut 5 menit berselang.

Namun, ketika bertandang ke Juventus Stadium, Turin, Italia, pada 13 Maret 2019, Atletico Madrid tidak bisa menghentikan kehebatan Cristiano Ronaldo. Bintang asal Portugal tersebut mencetak hattrick. Ronaldo dua kali membobol gawang yang dijaga Jan Oblak melalui sundulan, yaitu pada menit 27 dan 48. Kemudian, pada menit 86, mantan pemain Real Madrid itu berhasil memaksimalkan hadiah penalti yang didapat Si Nyonya Tua.

3. Atletico Madrid kalah gol tandang dari FC Porto pada 2008/2009

Pada 2021/2022, UEFA memutuskan untuk meniadakan aturan gol tandang yang dipergunakan mulai 1965. Atletico Madrid pernah sekali merasakan kekejaman dari aturan yang memang kerap dituduh tidak adil ini. Itu terjadi pada babak 16 besar Liga Champions 2008/2009 ketika mereka dijegal oleh FC Porto.

Ketika bermain di kandang pada leg pertama, Atletico Madrid ditahan oleh tim asal Portugal tersebut dengan skor 2-2. Mereka mampu unggul dua kali melalui Maxi Rodriguez pada menit ketiga dan Diego Forlan pada menit 45+2. Namun, Porto membawa pulang hasil seri usai Lisandro Lopez mencetak brace pada menit 22 dan 72. Sementara, saat bermain tandang pada leg kedua, Atletico Madrid hanya bisa mengimbangi Porto tanpa gol.

4. Atletico Madrid kalah dari FK Vojvodina pada 1966/1967

Atletico Madrid mengikuti Liga Champions untuk pertama kalinya pada 1958/1959. Saat itu, mereka kalah dari Real Madrid pada semifinal. Atletico Madrid baru kembali bertarung di ajang ini pada 1966/1967. Namun, langkah mereka dihentikan oleh FK Vojvodina pada babak kedua yang merupakan fase 16 besar.

Pada musim tersebut, pemenang harus ditentukan setelah tiga pertandingan. Pasalnya, meski UEFA sudah memperkenalkan gol tandang pada 1965, aturan ini baru mulai digunakan di Liga Champions pada 1967/1968. Pada leg pertama (16 November 1966), Vojvodina menang dengan skor 3-1. Namun, Atletico Madrid menyamakan agregat setelah menang dengan skor 2-0 pada leg kedua (14 Desember 1966).

Vojvodina memastikan diri lolos ke perempat final usai memenangi pertandingan ulang yang berlangsung pada 21 Desember 1966. Tim asal Serbia itu menaklukkan Atletico Madrid dengan skor 3-2 lewat babak tambahan. Nahasnya, Atletico Madrid sebetulnya sempat unggul dua gol lebih dahulu. Mereka mencetak gol melalui Adelardo pada menit ketiga dan Enrique Collar pada menit kelima.

Namun, secara dramatis, Vojvodina mampu membalikkan keadaan. Mereka mencetak tiga gol melalui Silvester Takac (24' & 102') dan Dimitrije Radovic (67'). Jelang pertandingan usai, Atletico Madrid juga sebetulnya mendapat keuntungan. Vojvodina harus bermain dengan sembilan orang setelah wasit William O'Neill memberikan kartu merah kepada Dobrivoje Trivic pada menit 112 dan Vasa Pusibrk pada menit 119. Namun, Atletico Madrid tidak mampu memanfaatkan keunggulan jumlah pemain tersebut.

Atletico Madrid bisa dibilang sebagai salah satu tim langganan di Liga Champions. Dari 70 edisi yang sudah berlangsung sejak 1955/1956 hingga 2024/2025, mereka berpartisipasi dalam 20 di antaranya. Sayangnya, Atletico Madrid masih belum memiliki mental juara di kompetisi ini. Klaim tersebut terlihat dari lima kegagalan pada babak 16 besar di atas. Bahkan, mereka juga sebetulnya pernah tiga kali mencapai final. Namun, tiga kesempatan tersebut selalu berujung dengan kekalahan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gifar Ramzani
EditorGifar Ramzani
Follow Us