Kenapa Piala Dunia 2022 di Qatar Digelar Akhir Tahun?

Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini

Jakarta, IDN Times - Piala Dunia 2022 akan menjadi edisi yang berbeda. Dilangsungkan di Qatar, Piala Dunia 2022 tak digelar saat kompetisi di Eropa sudah berakhir.

Alih-alih, Piala Dunia di Qatar justru digelar di jeda musim dingin. Ada alasan tertentu kenapa Piala Dunia kali ini harus dihelat di akhir tahun. Berikut ini, IDN Times sajikan penjelasannya seperti dikutip berbagai sumber.

1. Faktor suhu

Kenapa Piala Dunia 2022 di Qatar Digelar Akhir Tahun?Unsplash.com/Elissar Haidar

Suhu menjadi alasan utama mengapa Piala Dunia di Qatar digelar pada akhir tahun. Sebab, jika melangsungkan pesta sepak bola terbesar dunia pada medio Juni atau Juli, suhunya akan begitu ekstrem.

Pada periode itu, suhu di Qatar bisa berada di kisaran 29,1 hingga 41,5 derajat celsius. Bahkan, pernah ada kasus suhu di Qatar mencapai 50 derajat celsius.

Menggelar turnamen dengan kondisi tersebut, bisa berbahaya buat pemain. Sebab, ada potensi mereka mengalami masalah kesehatan ketika main di cuaca yang begitu ekstrem.

2. Cenderung normal pada November

Kenapa Piala Dunia 2022 di Qatar Digelar Akhir Tahun?potret kota Doha, Qatar (unsplash.com/deepaksiva)

Memasuki November, suhu di Qatar akan memasuki periode yang dirasa cukup hangat dan normal. Sepanjang November hingga Desember, suhu di Qatar jarang menyentuh di bawah 20 derajat celsius. Rata-rata, suhu di Qatar sepanjang periode itu berada di kisaran 23 hingga 26 derajat celsius.

Tapi, perlu diwaspadai pula pada periode Desember. Sebab, terkadang suhu bisa drop hingga 15 derajat celsius dengan kelembaban 71 persen. Curah hujan juga mengalami peningkatan besar pada Desember, dengan rata-rata 12,1 mm. Tapi, ini tak ekstrem, dan masih bisa ditoleransi.

3. Pemain harus atur kebugaran

Kenapa Piala Dunia 2022 di Qatar Digelar Akhir Tahun?Stadion Lusail terletak di Lusail, Qatar. (qatar2022.qa)

Dengan kondisi cuaca yang tak bisa ditebak, para pemain sudah seharusnya mengatur kebugaran sepanjang Piala Dunia. Para pelatih dan staf, juga wajib memperhitungkan faktor non teknis macam ini agar performa tim tak terganggu.

Sebenarnya, untuk mengatasi perubahan cuaca yang ekstrem, pihak penyelenggara sudah melakukan sejumlah rekayasa. Termasuk, menempatkan teknologi pengatur suhu di lapangan.

Baca Juga: Piala Dunia 2022 Jadi Gelaran Termahal, Fans Harus Bayar Rp88 Juta

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya