TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jalan Berliku Kehidupan N'Golo Kante hingga Dikenal Dunia

Kante pernah jadi pemulung sampah!

N'Golo Kante (livescore.com)

Pamor N'Golo Kante telah dikenal luas sekarang. Kariernya masih tetap terjaga di level tertinggi dan menjadi andalan Chelsea dalam beberapa musim terakhir. Tak hanya itu, Kante juga rajin mendapatkan panggilan dari Timnas Prancis.

Akan tetapi, apa yang diraihnya sekarang bukan terjadi secara instan. Ada berbagai jalan berliku yang harus dilewati Kante semasa hidupnya. Mulai dari kepergian sang ayah, ditolak beberapa klub lain, hingga sukses membuat dongeng sempurna di Inggris. Seperti apa kisahnya?

1. Lahir di pinggiran kota Paris dari keluarga pengungsi asal Mali

N'Golo Kante (twitter.com/FabrizioRomano)

Prancis merupakan salah satu negara yang menerima banyak pengungsi dari negara lain. Ribuan pengungsi berbondong-bondong ke Prancis pada tiap tahunnya, termasuk orang tua Kante.

Ayah dan ibunya mencoba peruntungan baru dengan pindah ke Eropa pada 1980-an silam. Keduanya sama-sama merupakan penduduk asal Mali. 

Mereka akhirnya menetap di kawasan Rueil Malmaison, daerah pinggiran kota kecil dan padat di Paris yang terkenal sebagai tempat para pekerja kerah biru. Tempat tinggal mereka hanyalah sebuah hunian kecil.

Kante lahir pada 29 Maret 1991 di daerah tersebut. Dikutip dari Daily Mail, ia menjadi anak sulung sekaligus sebagai kakak bagi delapan saudaranya yang lain.

Baca Juga: 5 Rekrutan Terbaik Chelsea Satu Dekade Terakhir, Hazard hingga Kante!

2. Ayahnya meninggal dunia, Kante bekerja keras menjadi pemulung sampah

N'Golo Kante saat membela US Boulognes. (twitter.com/usbco_officiel)

Masa kecil Kante dihabiskan dengan rentetan masalah ekonomi. Keluarganya tak memiliki kekuatan finansial yang baik, sehingga terjerat dalam lingkaran kemiskinan.

Semuanya makin rumit di saat Kante berusia 11 tahun. Sang ayah meninggal dunia. Kabar buruk itu membawa beban berat bagi Kante. Mau tak mau, ia harus menopang ekonomi keluarga demi bisa mencukupi kebutuhan adik-adiknya.

Ibunya bekerja keras sebagai petugas kebersihan, sementara Kante memulai segalanya menjadi pemulung sampah. Hari demi hari yang dilaluinya selalu akrab dengan sampah dan sampah. Kante mengumpulkan limbah tersebut lalu dijual ke perusahaan daur ulang. 

Pada perhelatan Piala Dunia 1998 lalu di Prancis, Kante meraup keuntungan besar. Sampah-sampah dari turis yang datang merupakan kabar baik baginya sebagai pendapatan tambahan.

Namun, bekerja sebagai pemulung sampah saja tidak cukup untuk membantu meningkatkan keluarganya. Oleh sebab itu, Kante bercita-cita ingin menjadi pesepak bola profesional sedari masih berusia 8 tahun.

3. Merintis kariernya bersama akademi tim lokal di Paris

N'Golo Kante saat membela SM Caen. (twitter.com/talkchelsea)

Selepas Piala Dunia 1998 dihelat, motivasi Kante untuk menjadi pesepak bola makin besar. Ia terinspirasi dari generasi emas Les Blues saat itu, seperti Zinedine Zidane, Lilian Thuram, Patrick Vieira, dan Nicolas Anelka.

Kante memulai karier sepak bolanya dengan bergabung ke tim akademi JS Suresnes yang berdomisili di pinggiran barat Paris. Kedatangannya menuai perhatian. Kante tak memiliki postur yang menjual serta dikenal pendiam.

"Ketika dia (Kante) pertama kali datang, dia berukuran setengah dari yang lain, dia sangat kecil. Dia tidak berbicara, dia sopan tetapi ruang ganti berkumpul di sekelilingnya. Dia tidak pemalu, dia hanya tidak banyak bicara," ujar Pierre Villa, sekretaris JS Suresnes, seperti dikutip Bleacher Report.

Meski fisiknya tak sebesar pemain lain, nyatanya semangat juang Kante begitu tinggi. Bagaimana tidak, permainannya di atas lapangan cukup menjanjikan, walaupun saat berhadapan dengan pemain lain yang lebih tua darinya.

“Kante tiga tahun lebih muda dari kami, tetapi dia sudah bermain dengan kami. Kami bermain melawan tim lokal, dan dia masuk sepuluh menit menjelang akhir pertandingan. Dia lebih kecil dari siapa pun, tetapi tidak ada yang bisa melewatinya,” kenang mantan rekan setimnya, Francois Lemoine, seperti dikutip dari Give Me Sport.

Kante menghabiskan tujuh tahun bersama JS Suresnes dengan kualitas yang terus terasah. Sayangnya, hal tersebut belum mampu menarik minat dari klub-klub papan atas Prancis.

4. Sempat ditolak oleh beberapa klub hingga berlabuh ke klub kasta kedua liga Prancis

N'Golo Kante meraih gelar Premier League musim 2015/2016 bersama Leicester City. (twitter.com/LCFC)

Bakat Kante sangat potensial. Oleh sebab itu, ia beberapa kali ditawarkan ke klub top Prancis, seperti Paris Saint-Germain. Hanya saja, Les Parisiens tak terkesan dengannya. 

Ia juga dibawa untuk mengikuti trial ke sejumlah klub lain, seperti Lorient, Rennes, hingga Sochaux. Namun, lagi-lagi, trial tersebut berujung kepada penolakan.

"Dia (Kante) dinilai beberapa kali hingga usia 14 atau 15 tahun. Aku membawanya ke beberapa klub. Dan mereka (pelatih) hanya mengatakan 'Yah, kami memiliki orang lain sebaik dia juga'," ujar Pierre Villa seperti dikutip Bleacher Report.

Usai penolakan yang terus terjadi, Kante mulai menerima nasib yang lebih baik. Melalui koneksi presiden JS Suresnes, Jean-Pierre Perrinelle, Kante berkesempatan tampil dalam laga uji coba US Bolougnes.

Dalam laga itu, Kante tampil menjanjikan hingga diterima menjadi bagian dari skuad muda Boulognes. Saat itu, Kante masih berusia 19 tahun.

Ia membela Boulogne selama tiga tahun. Kebersamaannya berakhir selepas Kante direkrut SM Caen pada 2013 lalu. Tak main-main, Kante berjasa besar membawa timnya tersebut promosi ke Ligue 1 pada musim 2014/2015 lalu. 

Baca Juga: Perjalanan Karier N'Golo Kante, Pemain Muslim yang Rendah Hati

Verified Writer

Alvin Pratama

@alvnprtm21

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya