TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kesetiaan Jamie Vardy untuk Leicester City yang Tak Lekang oleh Waktu

Legenda abadi The Foxes

Jamie Vardy (twitter.com/LCFC)

Keberhasilan Leicester City dalam menciptakan dongeng luar biasa di Inggris tak terlepas dari kontribusi para pemainnya. Jamie Vardy menjadi salah satu sosok penting yang mengangkat performa The Foxes tersebut. Ia mampu bersinar sebagai mesin gol utama timnya selama bermusim-musim.

Selain itu, Vardy juga punya kesetiaan yang besar untuk Leicester City. Di saat komposisi skuad The Foxes berubah dari waktu ke waktu, namanya tetap tak pindah. Vardy berkomitmen untuk membela Leicester City hingga pensiun. Ia merepresentasikan sosok yang loyal meski mendapatkan tawaran fantastis dari klub lain.

1. Awal karier sepak bolanya berjalan dengan lambat

Jamie Vardy (lcfc.com)

Jamie Vardy mengalami masa-masa sulit sewaktu merintis karier sepak bolanya. Semua berjalan lambat baginya. Vardy mulanya bergabung dengan akademi klub kasta kedua di Liga Inggris, Sheffield Wednesday, pada tahun 2002. Namun, setahun berselang, ia dikeluarkan karena postur tubuhnya yang dinilai terlalu kecil.

Vardy tak menyerah begitu saja. Usai dilepas oleh Sheffield Wednesday, ia mencoba peruntungan baru di klub lain. Vardy bergabung dengan Stocksbridge Park Steels, salah satu klub kasta ketujuh di liga Inggris. Meski tak berkarier di level top, perjalanan Vardy menjadi lebih baik karena sukses bersinar sebagai striker utama timnya.

Ia mencetak 66 gol dari 107 pertandingan untuk Stocksbridge. Sembari berkarier sebagai pemain, Vardy juga menekuni kerja sampingan sebagai buruh pabrik serat karbon. Ia mengambil pekerjaan tersebut karena gaji sebagai pemain Stocksbridge yang hanya berkisar 30 pound sterling atau sekitar Rp593 ribu per pekan.

Vardy bekerja sebagai buruh pada malam hari. Setelah itu, ia pergi untuk berlatih atau bertanding dengan timnya. Kisahnya tak sampai situ saja. Vardy sempat mengalami cedera pergelangan kaki akibat hukuman pidana yang ia terima. Vardy dijerat kasus penyerangan pada usia 20 tahun karena membela temannya yang tuli dan diejek oleh beberapa remaja.

2. Vardy mengalami situasi suram pada awal debutnya bersama Leicester City

Jamie Vardy (lcfc.com)

Usai berkarier bersama klub non-liga, Stocksbridge, Vardy melanjutkan kariernya ke klub medioker Inggris lainnya, yaitu Halifax Town. Ia sukses mengantarkan Halifax Town menjadi juara domestik dengan catatan 27 gol. Semusim berselang, tepatnya pada 2011, valuasi Vardy meningkat usai diboyong oleh Fleetwood Town.

Fleetwood Town menjadi batu loncatan terbesar di dalam kariernya. Pasalnya, Vardy hanya membutuhkan waktu selama semusim untuk bersinar di sana. Ia mencetak 31 gol dan membawa tim yang berbasis di Lancashire menorehkan rekor fantastis berupa promosi ke Football League.

Catatan impresifnya mendorong minat dari manajemen Leicester City. Pada musim panas 2012, The Foxes merekrut Vardy seharga 1 juta euro atau sekitar Rp16 miliar. Kepindahan ini sangat berkesan baginya karena Vardy mampu melompati tiga divisi sepak bola di Inggris sekaligus.

Meski begitu, awal petualangannya bersama Leicester City tak berjalan dengan baik. Musim debutnya sangat mengecewakan. Vardy hanya mampu mencetak 4 gol dari 26 laga. Performanya mendapatkan kritik tajam dari penggemar Leicester City.

Dilansir Daily Mail, Vardy nyaris depresi karena tekanan berat tersebut. Ia bahkan sempat ingin meninggalkan Leicester City. Namun, keputusan itu urung terlaksana sebab Vardy dibujuk oleh pelatih The Foxes saat itu, Nigel Pearson, untuk bertahan dan membuktikan kualitas terbaiknya.

Baca Juga: Vardy Hingga Heskey, 10 Top Skor Sepanjang Sejarah Leicester City

3. Mengantarkan Leicester City menjadi juara EPL

Jamie Vardy (lcfc.com)

Vardy belajar banyak dari musim debutnya yang kurang mulus di Leicester City. Hasilnya pun di luar ekspektasi. Pada 2013/2014, Vardy berhasil menjadi idola baru bagi penggemar The Foxes. Ia mampu memutarbalikkan situasi. Vardy menjadi top skorer timnya dengan koleksi 16 gol serta berhasil promosi ke English Premier League.

Kesuksesannya tampil pertama kali di kasta tertinggi liga Inggris lebih dari sebuah cerita biasa. Pasalnya, performa Vardy mampu meledak dan menjadi sorotan media. Puncak dari kejayaannya terjadi pada 2015/2016. Ia tampil fenomenal dan membawa Leicester City menjadi juara EPL untuk pertama kalinya.

Vardy juga menorehkan rekor fantastis pada musim bak dongeng indah tersebut. Ia mampu mencetak gol dalam sebelas pertandingan beruntun. Catatan tersebut memecahkan rekor milik Ruud van Nistelrooy. Masih pada musim yang sama, Vardy juga mendapatkan panggilan untuk membela timnas senior Inggris.

Vardy dianugerahi gelar Pemain Terbaik EPL 2015/2016. Setelah cerita fenomenal tersebut, nama Vardy kian dikenal luas. Ia membawa The Foxes tampil ke Liga Champions untuk pertama kalinya. Mereka melaju hingga fase perempat final sebelum akhirnya ditaklukkan oleh Atletico Madrid.

4. Menolak tawaran dari klub-klub besar

Jamie Vardy (twitter.com/vardy7)

Popularitas Vardy melambung usai mengantarkan Leicester City menjadi kampiun EPL. Namanya pun diburu oleh beberapa klub besar Eropa. Namun, semua tawaran tersebut ditolak mentah-mentah olehnya, termasuk Arsenal yang sudah mengajukan tawaran kepada Leicester City.

Dilansir SportBible, The Gunners menawarkan kesepakatan transfer untuknya seharga 22 juta euro atau sekitar Rp375 miliar pada bursa transfer musim panas 2016. Namun, Vardy menolak tawaran tersebut. Ia memilih untuk tetap bertahan dengan Leicester City yang sudah membesarkan namanya.

"Dalam kehidupan profesional, itu (menolak tawaran Arsenal) adalah keputusan tersulit yang pernah ku ambil, tapi aku sudah lama tidak menjadi profesional. Itu sulit, tapi sebenarnya itu adalah keputusan yang mudah untuk diambil," ungkap Vardy dilansir SportBible.

Selain itu, Vardy juga sempat dikabarkan menjadi incaran klub Arab Saudi, Khajeel FC, pada musim panas 2023. Tren kepindahan pemain top ke Timur Tengah memperkuat kabar dirinya bakal segera mengikuti jejak yang sama. Namun, ia menolak tawaran tersebut. Vardy lebih tertarik berkarier di Eropa pada akhir kariernya.

Verified Writer

Alvin Pratama

:)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya