TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rivalitas Mengakar di Balik Laga Panas Persija Kontra Persib

Stop kekerasan, tak ada kemenangan seharga nyawa

Instagram/@infokomjakmania

Jakarta, IDN Times - Memasuki era milenium, rivalitas antara Persib Bandung dan Persija Jakarta mulai memanas. Bukan sejarah dan persaingan kedua klub dalam memperebutkan prestasi semata, melainkan karena perseteruan antara kedua pendukung fanatik pada masing-masing klubnya, yakni Bobotoh dan Jakmania.

Terkait awal mula perseteruan, masing-masing suporter memiliki cerita yang diklaim paling valid menurut versinya sendiri. Mereka seolah merasa paling benar, saling menuding satu sama lain, dan tak ada yang mau disalahkan atas pertikaian yang sudah terjadi.

Perseteruan kedua kelompok suporter ini justru bertambah pelik ketika bentrok di luar stadion mulai diwarnai pertumpahan darah. Total, sudah tujuh orang tewas akibat rivalitas keduanya, mulai dari Lazuardi, Rangga Cipta Nugraha, Dani Maulana, Muhammad Rovi Arrahman, Harun Al Rasyid Lestaluhu, Ricko Andrean Maulana, hingga terakhir Haringga Sirla.

1. Perdamaian The Jakmania dan Bobotoh selalu kandas di tengah jalan

Antara FOTO/Dedhez Anggara

Upaya islah sebetulnya sudah sering dilakukan kedua belah pihak. Kepolisian, kementerian, dan pihak ketiga lainnya juga sudah mencoba memediasi.

Ketua Viking sebelumnya, Heru Joko, dan Eks Ketum Jakmania, Ferry Indra Syarief, bertemu di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor untuk menonton laga uji coba Timnas Indonesia beberapa tahun lalu. Keduanya bahkan berdiskusi hangat layaknya sahabat karib.

Namun kala disinggung soal perdamaian kedua suporter, Ferry menegaskan jika pertemuan dengan Heru bukan lah soal Persib dan Persija. Mereka menyebut, tak sengaja bersua saat menyaksikan skuad Garuda.

Perdamaian kedua kubu masih sulit diwujudkan, lantaran ada saja api pemantik yang membuat Bobotoh dan The Jakmania bersitegang, entah dengan ujaran kebencian melalui tulisan spanduk, kaus, bahkan media sosial.

2. Banyak anggota The Jakmania dan Bobotoh tidak tahu akar pertikaian kedua pihak

Ilustrasi (IDN Times/Galih Persiana)

Yang paling miris, tak sedikit pula suporter yang bisa dikatakan tak langsung terlibat dalam sejarah pertikaian kedua kelompok suporter itu--karena belum lahir atau masih menjadi balita kala itu, tetapi ikut tersulut dan jadi bagian permusuhan yang terus berkepanjangan.

Hal tersebut diakui anggota Jakmania dan juga salah satu pendiri laman Sepakbola Jakarta, Muhammad Fayyadh, yang ikut terbawa rivalitas kedua kelompok suporter tersebut. Ia mengaku tak terlibat langsung dalam awal mula permusuhan yang melibatkan The Jakmania dan Bobotoh.

"Kalau saya sendiri bukan bagian yang dari awal mula rivalitas terjadi, saat awal mula perseteruan itu saya mungkin masih berusia tiga atau empat tahun dan belum tahu apa-apa. Tapi, seiring berjalannya waktu nonton bola (Persija), ngobrol sama teman, dan ternyata banyak dibicarakan musuh yang paling panas, ya Persib," kata Fayyadh kepada IDN Times, beberapa waktu lalu.

Fayyadh mengaku dirinya mulai paham perseteruan kedua suporter ketika sudah menyukai klub berjuluk Macan Kemayoran. Menurut dia, sejak mulai menonton langsung tim kesayangannya itu ke Stadion Lebak Bulus di Liga Indonesia beberapa tahun silam, dirinya mulai mengerti permusuhan yang terjadi antara kedua kubu.

Baca Juga: Pesan Anies Baswedan untuk Jakmania Jelang Persija Vs Persib

3. Ada persepsi yang dikonstruksikan hingga sulit menemui kata damai antar kedua suporter

IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Penyebab kedua pendukung bola terus bertikai juga timbul lantaran ada persepsi yang ditanamkan kepada para pendukung kedua belah pihak. Menurut Fayyadh, ada peran media massa dan juga beberapa seniornya yang mempersepsikan adanya rivalitas. Alhasil, makin kuat hingga mengakar terus-menerus sampai generasi selanjutnya.

Perihal tragedi terakhir yang mengakibatkan satu anggota Jakmania meninggal, Fayyadh menyebut, peristiwa memilukan tersebut tak mungkin mudah dilupakan begitu saja. Terlebih, Haringga tewas dengan kondisi mengerikan.

"Kalau melupakan kurang tepat, tetapi kasus tersebut harus diingat, bukan berarti kita melihat peristiwa tersebut untuk balas dendam, tapi peristiwa tersebut merupakan tragedi dan hal yang sangat tak kita inginkan. Semoga peristiwa tersebut bisa jadi momentum perubahan ke depan," kata pemuda yang gemar menganalisis statistik hasil pertandingan bola itu.

4. Rivalitas yang terjadi sejauh ini sudah dianggap melanggar batas

IDN Times/Galih Persiana

Fayyadh memahami rivalitas yang terjadi antara kedua pendukung tim raksasa di tanah air ini, sudah dianggap kelewatan. Sebab, ketika misalnya sebuah rivalitas itu sudah menimbulkan korban jiwa atau keluar dari koridor sportivitas olahraga, hal itu dianggap sudah tak sehat.

"Bagaimana pun, rivalitas sekencang apapun, pertandingan tetap di gelar di dalam lapangan dan selama 90 menit. Di luar itu semua kembali normal. Sekarang ini (kondisi) bukan rivalitas yang seharusnya," ujar dia ketika diminta menilai kondisi pertikaian yang melibatkan Jakmania dan Bobotoh.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya