TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Aroma Pelanggaran HAM, Piala Dunia 2022 Telan 6.500 Korban Jiwa

Qatar dianggap tak memperhatikan kesejahteraan pekerja

twitter.com/OfficialJoelF

Jakarta, IDN Times - Tidak terasa, satu tahun lagi, Piala Dunia 2022 akan digelar di Qatar. Uniknya lagi, Piala Dunia ini tidak akan terselenggara pada musim panas. Ajang ini akan diselenggarakan pada musim dingin, tepatnya 21 November hingga 18 Desember 2022.

Menurut rencana, akan ada 32 tim yang turut serta dalam Piala Dunia 2022 ini. Setiap konfederasi, mulai dari Asia, Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Utara, Afrika, Oseania, hingga Eropa, sudah melaksanakan babak kualifikasi, untuk menentukan siapa yang layak mentas di putaran final.

Namun, penyelenggaraan Piala Dunia 2022 dihantam sejumlah isu miring. Salah satu yang paling disorot adalah masalah pelanggaran hak asasi manusia terhadap para pekerja venue Piala Dunia 2022 di Qatar. Hal ini sudah terdengar gaungnya kurang lebih sejak 2017.

Baca Juga: Kualifikasi Piala Dunia 2022: Spanyol Gagal Jinakkan Yunani

1. Laporan The Guardian tunjukkan fakta mencengangkan

Antaranews/Raisan Al Farisi

Dalam proses pengerjaan venue, Qatar rupanya mendatangkan banyak pekerja migran dari India, Bangladesh, Pakistan, Nepal, dan Sri Lanka. Agaknya, mereka memang berusaha mempersiapkan venue sebaik mungkin.

Namun, laporan yang disusun The Guardian pada 23 Februari 2021 lalu menunjukkan fakta mencengangkan. Dalam laporan ini, disebutkan lebih dari 6.500 pekerja migran meninggal dunia selama proses pengerjaan venue Piala Dunia 2022 ini.

Data ini dikumpulkan oleh The Guardian dari sumber-sumber pemerintah Qatar. Data dari India, Bangladesh, Nepal, dan Sri Lanka menunjukkan dalam rentang waktu 2011 hingga 2020, sudah ada 5.927 pekerja migran yang meninggal di Qatar.

Mirisnya lagi, data itu baru menunjukkan pekerja-pekerja migran yang berasal dari wilayah Asia Selatan. The Guardian menyebut, jika digabung lagi dengan pekerja-pekerja dari negara lain, semisal Filipina, Kenya, atau bahkan Qatar sendiri, jumlahnya bisa jauh lebih besar.

2. Qatar kebut pembangunan venue dan infrastruktur Piala Dunia

Antaranews/Raisan Al Farisi

Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, Qatar memang fokus pada pengerjaan venue untuk Piala Dunia 2022, yang salah satunya terdiri dari tujuh stadion baru. Tidak cuma stadion, Qatar juga membangun beberapa infrastruktur lain yang menopang gelaran Piala Dunia di negara mereka nantinya.

Infrastruktur itu seperti bandara, jalan, sistem transportasi publik yang, hotel, dan sebuah kota baru. Disinyalir, pembangunan yang ngebut serta banyak inilah yang jadi salah satu sebab banyaknya pekerja meninggal dunia. Tenaga mereka diperas, tanpa memperhatikan keselamatan.

"Proporsi yang sangat signifikan dari para pekerja migran yang meninggal dunia sejak 2011, menunjukkan bahwa terpilihnya Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia membuat angka kematian di negara ini sangat tinggi," ujar Nick McGeehan, Direktur dari FairSquare Projects, badan yang menaungi hak-hak pekerja di negara-negara Teluk.

3. Derasnya gelombang protes soal pelanggaran HAM di Qatar

Twitter @BRFootball / Skuad Timnas Belanda saat kampanye kemanusiaan

Pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Qatar, demi menyukseskan gelaran Piala Dunia 2022, nyatanya sudah sampai ke telinga para calon kontestan putaran final. Beberapa negara bahkan sudah melakukan aksi protes.

Pada 24 Maret 2021, Norwegia melancarkan protes dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Eropa. Mereka memakai baju yang bertuliskan "hak asasi manusia di dalam dan luar lapangan" jelang laga lawan Gibraltar. Hal yang sama mereka lakukan saat akan berhadapan dengan Turki.

Jerman juga melakukan hal serupa. Sebelum bertanding melawan Islandia, Jumat (26/3/2021) lalu. Mereka saling berbaris, mengenakan kaus dengan huruf yang pada akhirnya membentuk kata "hak asasi manusia".

Belanda mengikuti langkah dari Jerman dan Norwegia ini. Sebelum laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Eropa, mereka memakai kaus bertuliskan "sepak bola mendukung perubahan lebih baik". Bahkan, Belanda sudah berencana tidak akan berangkat ke Qatar.

"Sekarang, perhatian akan tertuju kepada pertanyaan, haruskah kami (Belanda) berangkat ke sana (Qatar) jika nantinya kami lolos. Orang berhak menanyakan itu, karena semua tahu ada sesuatu buruk yang terjadi di sana," ujar pelatih Belanda, Frank de Boer.

Baca Juga: Solidaritas Bintang Dunia Protes Piala Dunia 2022 Qatar

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya