TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Media Asing Soroti Aksi Polisi Tangani Tragedi Kanjuruhan

Aksi polisi dalam melempar gas air mata kembali disorot

Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk ke lapangan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam (1/10/2022). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Jakarta, IDN Times - New York Times, media terkemuka di Amerika Serikat, menyoroti tragedi di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) lalu. Mereka menilai jika insiden tersebut sebenarnya bermula dari bagaimana keputusan buruk polisi dalam menangani aksi massa.

Memang, dalam tragedi ini, sejumlah saksi menyatakan kalau mereka mulai panik dan hendak keluar dari stadion lantaran tindakan polisi yang melempar gas air mata ke tribune. Pun, ketika ada segerombolan suporter yang masuk, terlihat jelas bagaimana aparat keamanan bertindak.

Kekuatan dengan senjata mereka perlihatkan. Mereka memukul dan menendang suporter yang masuk ke lapangan, membuat situasi menjadi lebih runyam.

Baca Juga: Pengamat: Aksi Polisi di Kanjuruhan Bukan Perbuatan Melanggar Hukum

1. Reformasi belum berjalan

Tangkapan layar dari salah satu berita di New York Times yang mengulas tindakan aparat keamanan dalam tragedi Kanjuruhan (New York Times)

Pengamat Politik dan Ekonomi Universitas Murdoch Australia, Jacqui Baker, menyatakan kalau insiden tersebut menjadi bukti kalau reformasi dalam tubuh kepolisian di Indonesia masih belum berjalan.

"Bagi saya, ini benar-benar kegagalan dalam fungsi reformasi polisi di Indonesia," ujar Baker dikutip New York Times.

2. Impunitas masih berlaku

Aparat keamanan berusaha menghalau suporter yang masuk ke lapangan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam (1/10/2022). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Baker menyatakan saat ini impunitas masih terjadi dalam kalangan aparat penegak hukum di Indonesia. Fenomena itu, menurutnya, menjadi salah satu bentuk stagnansi dalam reformasi dalam tubuh penegak keamanan.

"Kenapa kita terus berhadapan dengan impunitas? Karena tak ada kepentingan politik yang dibawa dalam profesionalitas kekuatan polisi," ujar Baker.

Baca Juga: Menarik Benang Merah Tragedi Kanjuruhan Lewat Fakta di Lapangan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya