TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ramai Tolak Jam Malam Liga 1, Jangan Sampai Suporter Jadi Korban

Jam malam Liga 1 kembali jadi sorotan

Sisa kerusakan dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang tadi malam. (IDN Times/Alfi Ramadana)

Jakarta, IDN Times - Sejak kompetisi Liga 1 musim 2022/23 digelar, memang sempat ada kontroversi mengenai jam pertandingan yang digelar malam hari. Banyak yang menolak kalau pertandingan digelar mulai pukul 20.30 WIB, lantaran terlalu larut.

Keamanan menjadi salah satu pertimbangan kenapa banyak suporter yang menolak laga Liga 1 digelar terlalu malam. Mereka mengkhawatirkan terjadi tindakan kriminal dan kemungkinan lain yang menghampiri suporter ketika pulang malam.

Ketakutan itu sudah menjadi kenyataan dalam beberapa kesempatan sepanjang musim ini. Puncaknya, tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022), menjadi potret nyata kalau pertandingan malam bisa memicu berbagai kemungkinan yang buruk.

Baca Juga: Pemerintah Bentuk Tim Pencari Fakta Tragedi Kanjuruhan

1. Sikap tegas Jakmania

The Jakmani dan Pasoepati saat mendukung Persija dan Persis di Stadion Patriot Candrabhaga, Minggu (31/7/2022). (dok. Istimewa)

Kelompok suporter Persija, Jakmania, sudah mengeluarkan pernyataan resmi terkait insiden di Kanjuruhan. Mereka meminta agar PSSI serta PT Liga Indonesia Baru bisa memikirkan penonton.

"Kami berharap federasi dan operator berpihak kepada penonton. Jangan ada lagi pertandingan sepak bola malam, pada pukul 20.30. Benahi sistem kompetisi dari manajemen keamanan. Kejadian ini tak boleh terulang," begitu pernyataan resmi Jakmania.

2. Waktunya memikirkan suporter

Para pemain menjalani latihan jelang pertandingan lawan Dewa United di Piala Presiden 2022. (dok. PSIS)

Sementara, pelatih Dewa United, Nilmaizar, sepakat jika seharusnya stakeholder sepak bola nasional memikirkan nasib penonton. Nil meminta agar PSSI serta PT LIB untuk memikirkan kemudahan akses buat penonton.

Jam malam, menurutnya, harus digeser. Sebab, ini berkaitan pula dengan keamanan para penonton pula ketika hendak pulang dari stadion.

"Selama ini penonton mengorbankan diri untuk menonton pertandingan selama 2x45 menit. Mereka ada yang rela menginap, keluar uang bensin sendiri, dan lainnya. Saya rasa, memang sudah seharusnya dipikirkan tentang kemudahan penonton untuk menyaksikan pertandingan," ujar Nil kepada IDN Times.

3. Dulu, main malam maksimal pukul 19.00

Nilmaizar (twitter.com/PerselaFC)

Ketika masih bermain di medio 1990-an, Nil bercerita jika pertandingan paling lambat digelar pada pukul 19.00 waktu setempat. Itu menjadi waktu yang ideal buat para penonton pula.

Jam pertandingan ini menjadi salah satu PR besar bagi stakeholder sepak bola nasional, termasuk broadcaster. Maka dari itu, Nil berharap ada win-win solution yang muncul terkait hal ini.

"Harusnya, stakeholder sepak bola bisa duduk bareng sama suporter. Biar ada titik temu. Memang, masalah jadwal bergantung dari operator pula. Namun, sudah seharusnya suporter ini dipikirkan. Mereka rela mengorbankan waktu, tenaga, bahkan biaya, hanya untuk mendukung tim atau pemain kesayangannya berlaga," kata Nil.

Baca Juga: PSSI Tahu Arema dan Polres Malang Minta Geser Jadwal ke Sore Hari

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya