TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Legenda Sepak Bola Brasil yang Terjun ke Dunia Politik 

Manfaatkan popularitas demi memberi dampak

potret Pele (kiri) dan Nelson Mandela (twitter.com/Pele)

Di tengah hiruk pikuk perhelatan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 di Indonesia, salah satu fenomena menarik muncul adalah makin banyak mantan atlet, termasuk pesepak bola, yang terjun ke dunia politik. Fenomena ini ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara lain, salah satunya Brasil. Ada kesamaan menarik antara kedua negara ini. Selain termasuk negara dengan penduduk terbanyak di dunia, Indonesia dan Brasil sama-sama memiliki sepak bola sebagai olahraga favorit.

Persamaan ini tampaknya menjadi salah satu faktor yang mendorong para mantan pemain bola untuk terjun ke dunia politik. Mereka memiliki beragam alasan untuk terjun ke dunia politik. Ada yang ingin mengabdikan diri untuk masyarakat, ada yang ingin memperjuangkan perubahan, dan ada juga yang ingin memanfaatkan popularitas mereka untuk meraih kekuasaan.

Bagaimana kiprah para legenda sepak bola Brasil ini setelah bertransisi menjadi politisi?

1. Pele sempat terkena skandal korupsi saat menjabat sebagai Menteri Olahraga Brasil

potre Pele (un.org)

Edson Arantes do Nascimento, atau yang lebih akrab disapa Pele, dikenal sebagai salah satu legenda sepak bola Brasil dan dunia. Kiprahnya di lapangan hijau tak perlu diragukan lagi dengan mengantarkan tim Samba meraih tiga gelar juara Piala Dunia (1958, 1962, dan 1970) dan berbagai gelar individu selama kariernya. Setelah pensiun dari sepak bola pada 1977, Pele melangkah ke dunia politik dengan tujuan membawa perubahan positif bagi Brasil.

Pada 1995, Pele dilantik sebagai Menteri Olahraga Brasil. Di bawah kepemimpinannya, ia fokus pada pemberantasan korupsi dalam sepak bola Brasil. Dia bahkan menggagas "Pele Law" yang bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan olahraga. Namun, dirinya mundur pada 2001 karena diduga terlibat dalam skandal korupsi di kementeriannya.

Selain pernah menjadi Menteri Olahraga, Pele juga pernah ditunjuk sebagai Duta Besar UNESCO, Duta Besar PBB untuk bidang ekologi dan lingkungan, dan Duta Besar UNICEF untuk bidang pendidikan. Ia aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan politik, termasuk mengkampanyekan perdamaian, pendidikan, dan anti-rasisme. Selain itu, ia mendirikan Pele Foundation pada 2001 untuk membantu meningkatkan kualitas hidup anak-anak di Brasil.

Baca Juga: 8 Peristiwa Politik Paling Kontroversial di Dunia Sepanjang Masa

2. Romario kritik penyelenggaraan Piala Dunia 2014 Brasil yang dianggap pemborosan

potret Romario Faria (paralympic.org)

Romario Faria diakui sebagai salah satu legenda Brasil yang berhasil membawa negaranya menjuarai Piala Dunia 1994. Pemain yang pernah berseragam Barcelona dan PSV Eindhoven ini telah menunjukkan ambisi dan tekad dalam menapaki karier politiknya setelah pensiun dari sepak bola pada 2008. Berbeda dengan kebanyakan pemain sepak bola yang bertransisi sebagai pelatih atau pandit, dia memilih jalan yang lebih menantang dengan terjun ke dunia politik.

Romario mengawali karier politiknya pada 2010 ketika terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Brasil di bawah bendera Partai Sosialis Brasil. Ia menggunakan posisinya untuk menyuarakan kritiknya terhadap penyelenggaraan Piala Dunia 2014 di Brasil. Dirinya menilai bahwa turnamen ini menjadi ajang korupsi dan pemborosan hingga melobi pemerintah agar Brasil tidak menjadi tuan rumah.

Kesuksesan Romario di dunia politik tak berhenti di situ. Setelah perhelatan Piala Dunia 2014 selesai, dia terpilih menjadi anggota Senat Brasil mewakili wilayah Rio de Janeiro. Ia memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan tersebut, mengalahkan kandidat lain yang pernah mencalonkan diri di wilayah tersebut.

3. Zico memberikan dampak positif bagi olahraga Brasil meski hanya menjabat sesaat di pemerintahan

potret Zico (fcbarcelona.com)

Nama Zico mulai melejit sebagai pesepak bola saat dirinya menjadi bagian dari Timnas Brasil pada 1982. Meski Selecao gagal meraih gelar juara, penampilan Zico memukau dunia dan membuatnya digadang-gadang sebagai salah satu pemain terbaik di dunia. Ia bahkan dijuluki "Pele berkulit Putih" karena gaya permainannya yang mirip dengan legenda sepak bola Brasil Pele.

Setelah pensiun dari dunia sepak bola, Zico ditunjuk sebagai Menteri Olahraga Brasil pada 1990. Meski hanya menjabat setahun lebih, jasanya bagi industri olahraga Brasil bisa dibilang cukup besar. Dia membantu meloloskan sebuah rancangan undang-undang yang bertujuan untuk membantu klub-klub olahraga dalam urusan bisnis dan memastikan bahwa mereka dijalankan secara lebih profesional.

Setelah tidak menjabat lagi di pemerintahan, Zico sempat bermain untuk Kashima Antlers di Jepang hingga tahun 1994. Setelah pensiun, ia pernah menjadi pelatih bagi beberapa tim, termasuk Timnas Jepang, Irak, dan Fenerbahce. Dirinya juga kini masih berkecimpung di dunia sepak bola sebagai penasehat bagi Kashima Antlers.

Pada 2015, Zico kembali menunjukkan ambisinya dengan mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri sebagai presiden FIFA. Namun, usahanya untuk memimpin organisasi sepak bola dunia tersebut terhambat oleh kurangnya dukungan dari asosiasi sepak bola nasional. Zico akhirnya mundur dari pencalonan dan meninggalkan impiannya untuk memimpin FIFA.

4. Socrates dikenal sebagai simbol perlawanan rakyat terhadap rezim militer Brasil

potret Socrate (fifamuseum.com)

Pemain bernama lengkap Sócrates Brasileiro Sampaio de Souza Vieira e Oliveira dikenal sebagai pesepak bola cerdas. Selain dikenal sebagai kapten Timnas Brasil pada Piala Dunia 1982 dan 1986, ia juga memiliki gelar akademik di bidang kedokteran. Hal inilah yang membuatnya mendapat julukan Doctor Socrates.

Socrates memulai karier sepak bolanya di Botafogo dan kemudian Corinthians, di mana ia menjadi kapten dan ikon tim. Di luar lapangan, ia dikenal karena kecerdasan dan pemikirannya yang kritis terhadap rezim militer Brasil pada 1980-an. Ia menjadi simbol perlawanan dan harapan bagi rakyat Brasil yang mendambakan demokrasi. Salah satu momen ikoniknya terjadi ketika dirinya mengenakan ikat kepala bertuliskan tentang perlawanan pada Piala Dunia 1986.

Setelah pensiun dari sepak bola pada 1989, Socrates terjun ke dunia politik. Ia mencalonkan diri sebagai anggota parlemen federal, tetapi gagal. Ia lalu mendirikan sebuah gerakan politik bernama Corinthians Democracy yang menjadi wadah demokrasi dan keadilan sosial bagi rakyat Brasil.

Socrates terus mengkritik rezim militer dan memerjuangkan demokrasi di Brasil. Ia memimpin demonstrasi dan berbicara di depan umum, menyerukan perubahan politik dan sosial. Pada 1990, rezim junta militer akhirnya runtuh dan Brasil memasuki era demokrasi.

Verified Writer

Widyo Andana Pradiptha

Seringnya nulis tentang sepak bola dan Formula 1

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya