Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Alasan Pemecatan Erik ten Hag sebagai Pelatih Bayer Leverkusen?

potret tribun BayArena, markas Bayer Leverkusen
potret tribun BayArena, markas Bayer Leverkusen (unsplash.com/Jude ADS)
Intinya sih...
  • Hasil buruk dalam 2 pertandingan awal Bundesliga Jerman 2025/2026 jadi alasan pemecatan Erik ten Hag
  • Erik ten Hag gagal membangun hubungan harmonis dengan pemain dan staf klub
  • Pihak klub perlu mengambil keputusan cepat demi menyelamatkan target tim
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bayer Leverkusen mengambil keputusan mengejutkan ketika memecat Erik ten Hag setelah hanya 2 pertandingan Bundesliga Jerman 2025/2026 dan 1 pertandingan DFB Pokal 2025/2026. Keputusan itu menjadi salah satu pemecatan tercepat dalam sejarah Bundesliga, bahkan memecahkan rekor sebelumnya dengan hanya berlangsung selama 62 hari. Pemecatan ini menimbulkan perdebatan karena dilakukan pada tahap awal 2025/2026 di tengah masa transisi besar.

Ten Hag datang dengan reputasi tinggi sebagai mantan pelatih Ajax Amsterdam dan Manchester United, bahkan sempat meraih Piala FA dan Carabao Cup di Inggris. Namun, harapan besar itu tidak terwujud ketika ia gagal menghadirkan kestabilan dan arah permainan yang jelas. Pihak klub menilai kombinasi hasil buruk, konflik internal, serta hilangnya kepercayaan menjadi faktor yang membuat kerja sama harus berakhir lebih cepat dari yang dibayangkan.

1. Hasil buruk dalam dua pertandingan awal Bundesliga 2025/2026 jadi alasan pemecatan Erik ten Hag

Meski baru memimpin tiga pertandingan resmi, perjalanan awal Erik ten Hag di Bayer Leverkusen langsung menimbulkan tanda tanya besar. Kemenangan 4-0 di DFB Pokal 2025/2026 atas tim divisi empat, Sonnenhof Grossaspach, tidak memberikan gambaran nyata karena lawan bermain dengan sembilan orang. Begitu memasuki Bundesliga, Die Werkself langsung kalah 1-2 dari TSG 1899 Hoffenheim dan kembali membuang keunggulan saat bermain imbang 3-3 melawan Werder Bremen.

Dalam pertandingan kontra Bremen, Leverkusen sudah unggul 3-1 dengan lawan hanya bermain sepuluh orang, tetapi masih gagal meraih kemenangan. Kapten tim, Robert Andrich, bahkan menyebut penampilan timnya sebagai “kesengsaraan yang saling berhadapan”, yang menunjukkan lemahnya arah permainan. Situasi ini menimbulkan tanda Leverkusen di bawah Ten Hag kehilangan identitas yang sebelumnya kuat pada era Xabi Alonso.

Kritik juga datang dari internal klub, saat beberapa pemain mengaku tidak tahu apa yang harus dilakukan di lapangan. Pertandingan melawan Bremen menjadi gambaran nyata skema permainan yang tidak berjalan sesuai harapan. Hasil buruk memang bukan satu-satunya alasan, tetapi keputusan manajemen mempercepat pemecatan Ten Hag sebagai langkah yang tepat ketika proyek sang pelatih tidak lagi layak dipertahankan.

2. Erik ten Hag gagal membangun hubungan harmonis dengan pemain dan staf klub

Erik ten Hag datang menggantikan Xabi Alonso yang pindah ke Real Madrid dengan ekspektasi tinggi, tetapi hubungan dengan manajemen sejak awal tidak berjalan harmonis. Ia mengeluhkan kurangnya kepercayaan yang diberikan klub, terutama dalam hal transfer. Salah satu contoh paling jelas adalah perekrutan Lucas Vazquez dari Real Madrid, yang dilakukan tanpa sepengetahuan Ten Hag. Hal ini menegaskan, ia tidak pernah benar-benar dilibatkan dalam proses penting klub.

Selain persoalan dengan manajemen, Ten Hag juga gagal membangun hubungan baik dengan para pemain. Dilansir BILD, metode latihan sang pelatih dianggap aneh, termasuk memberikan porsi push-up yang setara dengan latihan teknis seperti passing. Komunikasi yang kaku membuat para pemain sulit memahami arah permainan yang diinginkan pelatih. Dibandingkan dengan Alonso yang dikenal dekat dengan skuad, Ten Hag terlihat dingin dan tidak bisa membangun chemistry di ruang ganti.

Kondisi ini makin buruk ketika Granit Xhaka, salah satu pemimpin di ruang ganti, hengkang ke Sunderland setelah berselisih mengenai masa depannya. Hilangnya figur pemimpin, ditambah pendekatan Ten Hag yang tidak diterima, membuat suasana tim menjadi renggang. Para staf bahkan menilai Ten Hag sebagai salah satu pelatih terburuk klub dalam 2 dekade terakhir karena gagal menyampaikan ide permainan yang jelas.

3. Pihak klub perlu mengambil keputusan cepat demi menyelamatkan target tim

Manajemen Bayer Leverkusen melalui Simon Rolfes dan Fernando Carro menilai, pemecatan Erik ten Hag sebagai langkah yang berat, tetapi tidak bisa dihindari. Mereka memandang, langkah ini sangat diperlukan demi menjaga target klub karena proses membangun skuad baru tidak berjalan sesuai harapan. Kehilangan sejumlah pemain kunci, seperti Florian Wirtz, Jeremie Frimpong, dan Granit Xhaka makin mempertegas perlunya kepemimpinan yang lebih jelas, sesuatu yang gagal dihadirkan Ten Hag.

Beberapa staf internal bahkan menyatakan, keputusan ini datang terlambat karena masalah sudah tampak sejak pramusim 2025. Pemecatan ini dianggap sebagai koreksi cepat agar klub tidak kehilangan momentum untuk bersaing di papan atas Bundesliga. Apalagi, musim ini Leverkusen juga berkompetisi di Liga Champions Eropa, sehingga kestabilan tim menjadi prioritas utama.

Meski Ten Hag menyebut pemecatan ini tidak adil dan tidak dilandasi kepercayaan, pihak klub menilai langkah ini perlu demi menyelamatkan musim. Leverkusen tetap harus bergerak maju dengan mencari pelatih baru yang mampu mengembalikan identitas tim. Sementara itu, Ten Hag meninggalkan BayArena dengan kompensasi sekitar 5–6 juta euro (Rp95,9–115 miliar) atau setara dengan 100 ribu euro (Rp1,91 miliar) per hari dengan 60 hari masa kerja, terhitung pada 1 Juli–31 Agustus 2025.

Pemecatan Erik ten Hag dari Bayer Leverkusen menjadi gambaran, reputasi besar tidak selalu menjamin kesuksesan cepat. Dalam waktu singkat, perbedaan visi, lemahnya komunikasi, dan hasil buruk di lapangan sudah cukup untuk memutuskan kerja sama yang baru berjalan 2 bulan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us

Latest in Sport

See More

6 Jebolan Akademi yang Dilepas Man United pada Musim Panas 2025

07 Sep 2025, 07:34 WIBSport