Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cerita-cerita dari Piala Dunia Silam: 1970, Pengorbanan Sang Kaisar

tvi24.iol.pt

Bicara tentang timnas Jerman era 1970-an, orang-orang akan mengingat satu nama: Franz Beckenbauer. Meski masih ada nama-nama lain, tak diragukan lagi dirinya adalah pemain yang amat penting bagi kesuksesan Die Mannschaft serta Bayern Muenchen masa itu.

Memulai karier sebagai gelandang hingga 1970-an awal, dia kemudian berubah posisi sebagai libero. Libero dalam sepakbola adalah seorang pemain belakang yang berdiri di antara kedua bek dan kiper. Namun tugasnya tak melulu bertahan, libero bisa ikut menyerang ke depan.

Kokoh dalam bertahan, lihai saat memulai serangan, punya umpan-umpan akurat ditambah teknik olah bola tingkat tinggi. Beckenbauer begitu elegan saat bermain. Media massa waktu itu menjulukinya “Der Kaiser”, sang kaisar.

Seorang pengatur, seorang dirigen, seorang pemimpin selama 90 menit. Seluruh penduduk dari Bavaria di selatan hingga Schlesweig-Holstein di utara seolah menggantungkan harapan di pundaknya saat sebelas terbaik utusan mereka bermain.

1. Franz Beckenbauer (Kanan) jadi tulang punggung Jerman di Piala Dunia 1966 saat baru menginjak 20 tahun

t-online.de

Tampil apik bersama Bayern, tim berstatus promosi yang finis di peringkat tiga Bundesliga musim 1965-66 membuat Helmut Schoen tak berpikir dua kali untuk memanggilnya ke timnas Jerman Barat (penyatuan Jerman baru terjadi pada 1990) meski baru menginjak 20 tahun. Piala Dunia Inggris 1966 pun jadi pengalaman pertama pemuda asli Muenchen ini.

Tampil di 6 pertandingan dan mengoleksi 4 gol, Beckenbauer yang waktu itu masih bermain di pos gelandang sentral turut mengantar Jerman Barat ke final PD 1966. Meski takluk 4-2 dari sang tuan rumah Inggris di babak pamungkas, dirinya menyabet gelar individu yakni sebagai Pemain Muda Terbaik.

Sang Kaisar kembali jadi andalan Helmut di Piala Dunia 1970 di mana kali ini Meksiko bertindak sebagai tuan rumah. Meski minim kontribusi gol, perannya sebagai pengatur serangan di lapangan tengah amat vital. Tugas membobol gawang lawan dialihkan ke duet Uwe Seeler serta Gerd Mueller.

Nationalelf melaju tanpa hambatan. Tak terkalahkan di babak grup, mereka menundukkan Inggris di perempatfinal dengan skor 3-2 sekaligus membalas dendam atas hasil empat tahun sebelumnya. Fase semifinal mempertemukan Uwe Seeler dan kawan-kawan dengan Italia. Bentrok dua kutub sepakbola Eropa itu disebut sebagai “Partido del Siglo”, duel abad ini.

2. Duel Italia kontra Jerman Barat di semifinal Piala Dunia 1970 berlangsung dalam tensi tinggi

impromptuinc.wordpress.com

Rabu sore tanggal 17 Juni 1970, lebih dari 100 ribu penonton memadati Estadio Azteca di Mexico City untuk menonton langsung laga tensi tinggi tersebut. Italia dikenal dengan gaya bermain catenaccio alias pertahanan berlapis, sementara Jerman Barat melaju berkat skema menyerang nan agresif.

Italia berhasil memimpin lebih dahulu saat laga baru berusia 8 menit. Tendangan setengah voli penyerang Roberto Boninsegna dari luar kotak penalti tak mampu dicegah oleh kiper Sepp Maier. Meski tertinggal 0-1, Jerman menguasai jalannya pertandingan. Peluang demi peluang dihasilkan, namun berakhir buntu.

Di babak kedua, serangan Jerman Barat urung mengendur. Dan terjadilah salah satu momen yang tak akan lekang dari benak Beckenbauer seumur hidup. Di menit ke-67, saat coba merangsek masuk ke kotak penalti bersama bola, bek tengah Italia Pierluigi Cera tanpa basi-basi langsung menjegalnya.

Brak! Terpelantinglah ia dengan bahu kanan lebih dahulu menyentuh tanah. Penalti? Tidak. Menurut wasit Arturo Yamakasi, itu pelanggaran yang terjadi di luar kotak terlarang. Saat seluruh pemain Jerman Barat melancarkan protes keras, Sang Kaisar masih terbaring di lapangan.

3. "Der Kaiser" saat mendapat pertolongan pertama usai alami patah tulang selangka. Dirinya tetap bermain hingga masa perpanjangan waktu

Fierce Football

Ketika diperiksa oleh ofisial tim, Beckenbauer ternyata mengalami patah tulang selangka. Apes, Jerman Barat sudah menggunakan dua kali pergantian pemain (aturan tiga subtitusi baru berlaku tahun 1998) sehingga pemain bernomor punggung 4 itu tetap harus bermain. Bahu kanannya harus dibebat kain agar cedera tak bertambah parah.

Bermain dengan satu tangan ternyata tak membuat permainan Beckenbauer menurun. Umpannya masih akurat, tusukannya dari lapangan tengah masih sanggup membuat bek-bek Gli Azzuri kalang kabut. Laga memasuki babak perpanjangan waktu sebab Jerman Barat berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1 tepat di menit ke-90 melalui sepakan bek Karl Heinz Schnellinger.

Masa extra time berjalan seru. Susul menyusul angka menghiasi 30 menit tambahan. Gerd “Der Bomber” Mueller sempat membuat Jerman Barat memimpin 1-2 memanfaatkan kemelut di depan gawang saat laga berusia 94 menit, sebelum disamakan oleh bek Tarcisio Burgnich pada menit ke-98.

Ujung tombak Italia, Luigi Riva, mencetak gol memanfaatkan umpan silang Angelo Domenghini enam menit berselang seolah tak ingin kalah dengan Burgnich. Beruntung Jerman Barat punya “Si Gempal” Mueller. Mueller yang waktu itu jadi rekan setim Beckenbauer di Bayern kembali mencuatkan harapan usai sundulannya kembali merobek jala gawang Enrico Albertosi di menit ke-110. Skor jadi sama kuat 3-3.

Sayang, permainan ofensif benar-benar menguras tenaga para pemain Jerman Barat. Berbeda dengan Italia yang lebih banyak bertahan dan mengandalkan serangan balik. Beckenbauer mulai tak enerjik sebab rasa sakit perlahan menjalari tubuhnya.

4. Bermain dengan satu tangan cedera, Beckenbauer tak sanggup hindarkan timnya dari kekalahan

themaracanazo.blogspot.com

Semenit usai gol kedua Mueller, Roberto Boninsegna secara mengejutkan langsung melakukan penetrasi cepat dari sisi kiri pertahanan. Bek-bek Jerman Barat, yang juga letih akibat cuaca panas Meksiko, lupa mengawasi Gianni Rivera. Boninsegna mengirim umpan mendatar ke tandemnya yang tak terkawal itu. Rivera berhasil mengonversi umpan menjadi gol, sementara Beckenbauer yang berdiri di jalur bola tak bisa berbuat apa-apa.

Memimpin 4-3, Italia sengaja habiskan sisa waktu dengan umpan-umpan pendek. Ketika peluit panjang tanda 120 menit rampung, seluruh pemain sontak rebah di lapangan akibat kelelahan. Sang Kaisar langsung dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pengorbanannya berakhir pahit.

Jerman Barat pada Piala Dunia 1970 berakhir sebagai juara ketiga. Tanpa Beckenbauer yang jalani pemulihan pasca operasi, mereka tundukkan Uruguay dengan skor 1-0. Sementara Italia dihajar telak 4-1 oleh Brazil di partai final.

Kaisar Franz boleh saja pulang dari Meksiko dengan rasa kecewa, penaklukannya gagal total. Namun dua gelar beruntun direbut dalam kurun waktu empat tahun selanjutnya. Pertama, gelar Piala Eropa 1972. Kedua, Piala Dunia 1974 di mana Jerman Barat berhasil taklukkan Belanda yang waktu itu bersenjatakan permainan “Total Football” dan Johann Cruyff.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Indra Zakaria
EditorIndra Zakaria
Follow Us