Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Corinthians Paulista, Klub Raksasa Brasil Perwakilan Kelas Pekerja

pemain Corinthians menyapa penggemarnya. (instagram.com/corinthians)
pemain Corinthians menyapa penggemarnya. (instagram.com/corinthians)

Dalam jurnalnya yang berjudul “Sport and Society: The Case of Brazilian Futebol", Robert M. Levine membagi perkembangan sepak bola Brasil dalam beberapa periode. Periode awal dimulai dengan diperkenalkannya sepak bola oleh koloni Inggris pada tahun 1890-an.

Hingga tahun 1904, sepak bola di Brasil identik dengan kelompok elite. Untuk bisa bermain di sebuah klub, para atlet harus membawa perlengkapan sendiri dan membiayai akomodasi serta transportasi secara mandiri. 

Barulah pada 1905, mulai muncul klub-klub sepak bola amatir yang merekrut pemain dari kalangan kelas pekerja. Tepatnya para buruh dan pegawai kelas rendah yang kebanyakan merupakan imigran asal Eropa, Timur Tengah, serta penduduk keturunan bekas budak asal Afrika. 

Salah satu klub itu adalah Sport Club Corinthians Paulista yang meski namanya sangat aristokrat merupakan tim yang identik dengan kelas pekerja menengah ke bawah di Sao Paulo. Bersama Vasco da Gama dan Bangu, mereka menjadi pelopor klub akar rumput yang disegani di Brasil. 

1. Corinthians terbentuk pada 1901 atas inisiasi jajaran dan pekerja sebuah pabrik rel kereta api

potret skuad lawas Corinthians (instagram.com/corinthians)
potret skuad lawas Corinthians (instagram.com/corinthians)

Perkembangan sepak bola Brasil dimulai dengan berdirinya klub-klub elite asal Rio de Janeiro, sebut saja Fluminense dan America Football Club. Kehadiran mereka disusul dengan kemunculan klub akar rumput dari kota yang sama seperi Vasco da Gama, Bangu, dan Flamengo. Keduanya beranggotakan buruh dan pekerja kerah biru, baik keturunan Eropa maupun Afrika dan mayoritas tinggal di kawasan pinggiran kota. 

Selain Rio, sepak bola juga berkembang pesat di Sao Paulo. Pada saat itu, baru ada klub Club Athletico Paulistano yang sama seperti Fluminense adalah buatan kelompok elite alias kelas atas. Merujuk tulisan Lopes dalam jurnal Daedalus yang berjudul "Class, Ethnicity, and Color in the Making of Brazilian Football", Corinthians akhirnya muncul pada 1910.

Dipelopori oleh jajaran dan pekerja sebuah pabrik rel kereta api. Mereka mengambil namanya dari sebuah klub sepak bola mahasiswa Universitas Oxford dan Cambridge yang pernah diundang Fluminense untuk tur di Brasil. 

2. Lebih lekat dengan penduduk kelas bawah dibanding klub asal Sao Paulo lainnya

Yuri Alberto, salah satu jebolan akademi Corithians (instagram.com/corinthians)
Yuri Alberto, salah satu jebolan akademi Corithians (instagram.com/corinthians)

Pada awal pembentukannya, mereka melibatkan atlet yang mayoritas berlatar belakang pekerja imigran Italia, Spanyol, dan Suriah. Mengingat mereka berkulit terang, kemunculan Corinthians Paulista tidak seberapa mencolok dibandingkan klub lain macam Vasco da Gama yang langsung memperkenalkan sejumlah pemain kulit hitam.  

Masih melansir sumber yang sama, pada era yang tak jauh beda muncul pula klub serupa bernama Palestra Italia. Berbeda dengan Corinthians, klub ini lebih dekat dengan kalangan pekerja kelas menengah dan eksklusif untuk orang-orang Italia. Ini membuat Corinthians lebih disukai orang-orang dari strata sosial dan ekonomi yang lebih rendah, termasuk penduduk kulit hitam. 

Ketika Perang Dunia II meletus, Brasil menjadi bagian dari sekutu dan turut menyatakan perang pada Italia. Untuk menghindari masalah, Palestra Italia akhirnya mengubah namanya menjadi Palmeiras. Selain Palmeiras, Corinthians juga bersaing ketat dengan Sao Paulo FC, kelanjutan dari Club Athletico Paulistano yang sempat bubar. 

3. Dikenal memiliki suporter fanatik yang sangat loyal

tribun yang dipenuhi penggemar fanatik Corinthians (instagram.com/corinthians)
tribun yang dipenuhi penggemar fanatik Corinthians (instagram.com/corinthians)

Melansir liputan CNN, suporter Corinthians bukanlah penggemar biasa. Mereka adalah pendukung yang amat fanatik dan loyal. Salah satu suporter yang mereka wawancara bahkan menyatakan bahwa pendukung Corinthians sampai rela berhutang untuk bisa menonton tim kesayangan mereka berlaga dalam FIFA Club World Cup pada 2012 diselenggarakan di Nagoya, Jepang. 

Hal ini diamini Ridge dalam tulisannya yang berjudul "Um Bando de Louco: Corinthians and Masculinity in 'Boleiros' and 'Linha de Passe". Secara garis besar, tulisan tersebut menganalisa perilaku suporter Corinthians Paulista dalam dua film berjudul Boleiros - Era Uma Vez O Futebol (1998) dan Linha de Passe (2008).

Kedua film tersebut menunjukkan betapa lekatnya Corinthians dengan orang-orang kelas menengah bawah di Sao Paulo. Para suporternya yang berjuluk os fieis atau fiel (sang loyalis) tak ragu memenuhi stadion dan setia menonton tiap 90 menit pertandingan bahkan ketika klub mereka paceklik gelar selama lebih dari 2 dekade. 

Hal di luar nalar lainnya yang dilakukan suporter Corinthians adalah menjadikan Taylor Swift jimat keberuntungan mereka. Goal dan ESPN mencoba mengulik alasan dari fenomena ini.

Ternyata jawabannya adalah sebuah kebetulan yang magis di mana setiap kali Taylor Swift merilis albumnya, pada tanggal yang sama Corinthians akan terbebas dari kekalahan. Hal ini sudah berlangsung kurang lebih 15 tahun sejak album perdananya yang berjudul "Taylor Swift" pada 2006 sampai "Red (Taylor's Version)" pada akhir 2021 lalu. 

4. Menelurkan beberapa pemain berkelas dunia

Biro-Biro, salah satu legenda Corithians (instagram.com/corinthians)
Biro-Biro, salah satu legenda Corithians (instagram.com/corinthians)

Tentu Corinthians tidak akan mencuri hati suporter fanatik tanpa kehadiran pemain-pemain andalannya. Beberapa pemain paling berpengaruh yang pernah berseragam hitam/putih adalah Claudio, Rivelino, Biro-Biro, Socrates, Paulinho, Carlos Gamarra, Ronaldo, dan Carlos Tevez. Beberapa jebolan akademi mereka juga banyak yang ditarik klub Eropa, sebut saja Wilian, Malcom, Yuri Alberto. 

Dengan pemain-pemainnya yang mentereng, Corinthians tercatat telah merebut dua gelar juara FIFA Club World Cup, tujuh kali Juara Campeonato Brasileiro Serie A (liga utama Brasil), dan tiga Piala Brasil. Torehan prestasi mereka memang masih kalah dibanding Palmeiras. Namun, suporter bisa bernapas lega karena Sao Paulo FC tidak menunjukkan kemajuan yang berarti. 

5. Bekerja sama dengan sejumlah perusahaan teknologi

pemain Corinthians menyapa penggemarnya. (instagram.com/corinthians)
pemain Corinthians menyapa penggemarnya. (instagram.com/corinthians)

Sejak beberapa tahun belakangan, Corinthians melakukan banyak perbaikan di dalam klub. Termasuk merenovasi stadion dan menggandeng perusahaan-perusahaan teknologi dalam prosesnya. Salah satunya termasuk perusahaan komputer dan data ternama dunia serta penyedia blockchain. 

Melansir salah satu sponsor mereka, Corinthians menjadi klub kedua di dunia yang menggunakan fitur NFT untuk meningkatkan engagement penggemar. Klub pertama yang melakukan ini adalah AC Milan.

Sebagai salah satu klub paling populer di Brasil dengan pengikut media sosial mencapai lebih dari 8 juta per September 2022, Corinthians juga mengeklaim memiliki penggemar setia hingga lebih dari 30 juta jiwa. Keputusan mereka memanfaatkan teknologi memang dirasa perlu. Ini akan memudahkan penggemar mengakses tiket dan venue pertandingan dengan lebih efisien dan tertib. 

 

Klub sepak bola bukan hanya tentang apa yang terjadi di atas lapangan selama 90 menit pertandingan. Dari Corinthians Paulista kita diajak belajar lebih dalam tentang tatanan sosial di Brasil. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Dwi Ayu Silawati
EditorDwi Ayu Silawati
Follow Us

Latest in Sport

See More

11 Pembalap yang Memimpin Balapan di MotoGP 2025, Punya Asa Menang

31 Des 2025, 11:52 WIBSport