Dinamo Tbilisi, Tim Masa Kecil Pemain Georgia di Euro 2024

Ada satu hal menarik saat kita menyimak daftar 26 pemain yang dipanggil Willy Sagnol untuk memperkuat Timnas Georgia di Euro 2024, yakni fakta mayoritas dari mereka adalah alumnus akademi Dinamo Tbilisi. Ia satu-satunya tim sepak bola asal Georgia yang pernah berpartisipasi dalam UEFA Champions League (UCL) alias Liga Champions Eropa.
Masa kejayaan mereka memang sudah lama berlalu. Prestasi Dinamo Tbilisi ikut meredup seiring kolapsnya Uni Soviet. Meski begitu, fakta mereka masih jadi pabrik talenta sepak bola terbaik negeri itu hingga kini tentu jadi pembahasan menarik. Kira-kira apa faktor yang memungkinkan Dinamo Tbilisi meraih prestasi-prestasi itu?
1. Klub sepak bola asal Georgia dengan prestasi internasional paling mencolok

Sama dengan klub-klub yang namanya berawalan Dinamo (atau Dynamo) lainnya, Dinamo Tbilisi merupakan salah satu tim olahraga yang didanai dan disponsori langsung aparat dan pemerintah pada era Soviet. Tak heran kalau mereka bisa jadi pesaing kuat di Soviet Top League pada 1970—1980 dengan raihan 2 gelar juara Soviet dan 2 Piala Soviet. Mereka pula satu-satunya tim asal Georgian Soviet Socialist Republic yang pernah berpartisipasi dalam UCL, tepatnya pada 1979/1980. Dinamo Tbilisi mampu mengalahkan Liverpool dengan agregat 4-2 pada turnamen itu.
Semusim kemudian, Dinamo Tbilisi selaku pemenang Piala Soviet berhak berpartisipasi dalam European Cup Winners' Cup. Mereka kembali mengalahkan tim Inggris, West Ham United, pada perempat final dan mengalahkan perwakilan Jerman, FC Carl Zeiss Jena, pada babak final. Datang dari ujung Timur Eropa, Dinamo Tbilisi bak makhluk mitologi yang tak banyak bicara, tetapi menyimpan kekuatan magis. Gaya permainan mereka sarat teknik dan lihai memanipulasi tempo.
Sayangnya, bersamaan dengan kolapsnya Soviet, keikutsertaan mereka dalam kompetisi-kompetisi Eropa pun berkurang drastis. Sebagai gantinya, dominasi Dinamo Tbilisi terisolasi di dalam negeri. Sepanjang 1989—1999, mereka menjuarai liga domestik tanpa putus sepuluh kali berturut-turut.
2. Prestasi mereka terisolasi di dalam negeri setelah Soviet kolaps

Seiring kolapsnya ekonomi negara-negara blok Soviet pada 1990-an, dukungan finansial dari pemerintah pun ikut memudar. Spesifik untuk kasus Dinamo Tbilisi, mereka tertolong seorang oligarki bernama Badri Patarkatsishvili yang mengambil hak kepemilikan tim itu pada 2000. Dengan relasi dan kekuasaannya, Patarkatsishvili mencoba mengembalikan kejayaan Dinamo Tbilisi.
Namun, saat itu kekuatan-kekuatan sepak bola baru dari luar Tbilisi mulai bermunculan. Torpedo Kutaisi, Dinamo Batumi, dan FC Saburtalo jadi rival terberat mereka di liga domestik. Dinamo Tbilisi juga kesulitan menembus putaran final UCL maupun kompetisi-kompetisi di bawahnya. Hanya ada satu yang konsisten, yakni regenerasi pemain lewat skema akademi mereka.
3. Sejak 2010-an, akademi Dinamo Tbilisi jadi gudang talenta-talenta terbaik Georgia

Usai Patarkatsishvili dinyatakan meninggal pada 2008, kepemilikan Dinamo Tbilisi beralih kepada pebisnis Roman Pipia. Tidak seperti Patarkatsishvili yang punya afiliasi dan agenda politik, Pipia bisa dibilang pebisnis murni. Setelah berpindah tangan ke Pipia, berbagai terobosan pun mulai terlihat di Dinamo Tbilisi. Salah satunya restrukturasi dan pembangunan akademi baru pada 2013 yang momen peresmiannya dihadiri Cristiano Ronaldo.
Strategi Pipia didukung pula oleh program pendanaan dan pembinaan dari UEFA. Tak hanya Tbilisi yang dapat bantuan, sekolah-sekolah sepak bola baru terus dibangun di berbagai kota di seluruh penjuru Georgia. Termasuk di Rustavi dan Kutaisi yang merupakan markas tim-tim sepak bola prominen di negeri itu.
Keseriusan Dinamo Tbilisi berbuah hasil. Dari 26 pemain yang dipanggil Willy Sagnol untuk memperkuat Timnas Georgia pada Euro 2024, 18 di antaranya pernah mengenyam pendidikan di akademi sepak bola Dinamo Tbilisi. Itu termasuk para pemain kunci macam Khvicha Kvaratskhelia, Giorgi Mamardashvili, Gabriel Sigua, Zuriko Davitashvili, dan Otar Kiteishvili. Bila melihat tahun kelahiran para pemain-pemain ini yang berada di antara akhir tahun 1990-an sampai awal 2000-an, itu berarti hampir semuanya terdaftar di akademi pada 2010-an, tepat saat akademi baru Dinamo Tbilisi diresmikan.
Walau belum mampu berpartisipasi lagi di turnamen-turnamen internasional dan kini lebih banyak diisi pemain-pemain muda, alumni Dinamo Tbilisi meramaikan Timnas Georgia ramuan Willy Sagnol sejak 2021. Tak berlebihan rasanya bila mengatakan klub ini secara tak langsung berkontribusi dalam kesuksesan Timnas Georgia debut di Euro 2024.