Ferencváros, Klub Terkuat Hungaria dengan Suporter Problematik

Salah satu klub yang diuntungkan selama rezim Viktor Orban

Beberapa tahun belakangan, Ferencvárosi Torna Club (FTC) atau yang dikenal juga dengan sebutan Ferencváros atau Fradi, cukup rutin berpartisipasi dalam berbagai format kompetisi Eropa. Mulai dari UEFA Europa League (UEL) sampai UEFA Champions League (UCL). Pada 2022/2023 ini, mereka berhasil keluar sebagai juara Grup H mengalahkan klub-klub kuda hitam Eropa lain, macam AS Monaco, Trabzonspor, dan Crvena zvezda (Red Star Belgrade). 

Hasil memuaskan di level regional Eropa tersebut berbanding lurus dengan sepak terjang mereka di liga domestik. Beberapa musim ke belakang, Ferencváros berhasil merebut gelar juara liga utama Hungaria, Nemzeti Bajnokság I (NB I), berturut-turut. 

Di balik itu, Ferencváros juga punya beberapa kabar miring, terutama soal kebijakan klub dan pendukungnya yang rasis. Benarkah? Mari ulik lebih jauh sepak terjang klub terkuat Hungaria saat ini.

1. Salah satu klub sepak bola tertua di Hungaria

Ferencváros, Klub Terkuat Hungaria dengan Suporter Problematikpenggawa Ferencváros (instagram.com/ftcofficial)

Menurut tulisan Győző Molnar berjudul "Hungarian Football: A Socio-historical Overview" dalam jurnal Sport in History, sepak bola muncul di Hungaria pada 1890-an. Pada 1898, sebuah klub olahraga didirikan dengan nama Ferencvárosi Torna Club (FTC). 

Meski bukan yang tertua, Ferencváros bersanding dengan beberapa klub tertua lain, seperti Ujpest (1895) dan MTK Budapest (1888). Mereka jadi klub besar dan berpengaruh di Hungaria sampai saat ini. 

Mereka melewati berbagai fase perkembangan sepak bola Hungaria yang banyak dipengaruhi konstelasi politik. Mulai dari Perang Dunia I, pecahnya Kerajaan Austro-Hungaria, Perang Dunia II, revolusi 1956, rezim komunis, sampai integrasi dengan Uni Eropa yang menandai transisi ke demokrasi dan kapitalisme. 

2. Demografi suporternya didominasi kelas pekerja dan kelompok sayap kanan

Ferencváros, Klub Terkuat Hungaria dengan Suporter Problematiksuporter Ferencváros (instagram.com/ftcofficial)

Melansir pernyataan dosen jurnalistik sepak bola Budapest Metropolitan University, Gergely Marosi, yang diwawancarai Balkan Insight, sejak awal pendiriannya Ferencváros menarik perhatian kelompok kelas menengah bawah dan kelas pekerja Hungaria. Asosiasi ini terbentuk secara otomatis sebagai upaya untuk memisahkan diri dari kalangan atas dan warga keturunan Yahudi yang lebih dekat dengan MTK Budapest. 

Konsep politik identitas makin merasuk ke dalam jiwa para suporter Ferencváros ketika pemerintah Hungaria menganut fasisme (spektrum politik sayap kanan) pada era 1930-an. Nilai-nilai superioritas etnik asli Hungaria, Magyar, mulai dipromosikan dan sentimen terhadap Yahudi pun menguat. Ini diperparah dengan kehadiran Nazi dan dimulainya Perang Dunia II.

Baca Juga: Generasi Emas Sepak Bola Hungaria, Buah Terobosan Viktor Orban?

3. Fans mereka dikenal loyal, tetapi juga cenderung rasis

Ferencváros, Klub Terkuat Hungaria dengan Suporter Problematiksuporter Ferencváros (instagram.com/ftcofficial)

Melansir tulisan Molnar, nilai-nilai rasis di kalangan suporter Hungaria sempat dinetralisasi rezim komunis yang menguasai negara tersebut usai Perang Dunia II. Di bawah rezim Janos Kadar, Ferencváros sempat disanksi beberapa kali karena suporternya menyuarakan slogan-slogan anti-Yahudi. Namun, kenyataannya tidak semudah yang dipikirkan.

Sampai era 2010--2020-an, kasus gestur rasis yang dilakukan suporter klub Hungaria pada atlet kulit hitam tim lawan masih sering dijumpai. Melansir liputan The Independent, suporter tidak segan membawa atribut terkait supremasi kulit putih di stadion serta melontarkan suara-suara menyerupai kera

Tidak hanya Ferencváros, perilaku kurang sportif tersebut dilakukan pula oleh penggemar Ujpest, Vasas, dan Honved. Namun, sebagai salah satu klub Hungaria yang paling sering berpartisipasi dalam kompetisi regional Eropa, kelakuan suporter Ferencváros yang paling kentara. 

Padahal skuad mereka sendiri tidak bebas dari atlet nonkulit putih. Fradi merupakan rumah untuk sejumlah pemain asal Afrika, termasuk striker andalan mereka, Ryan Mmaee; pemain sayap Tokmac Nguen; winger Adama Traore yang baru didatangkan dari Sheriff; dan Aïssa Laïdouni yang baru saja hengkang ke Union Berlin.

4. Salah satu klub yang dapat suntikan dana dari rezim Viktor Orban

Ferencváros, Klub Terkuat Hungaria dengan Suporter ProblematikGroupama Arena, markas Ferencváros (instagram.com/ftcofficial)

Melansir Molnar, sejak 1970-an, krisis pendanaan di sektor sepak bola sudah mulai terlihat. Pemerintah komunis Hungaria tidak melihat sisi strategis dari cabang olahraga tersebut dan mulai memprioritaskan sektor lain untuk didanai. Kejatuhan rezim komunis pada 1989 makin memperparah kondisi keuangan klub-klub sepak bola Hungaria yang tergantung pada suntikan dana yang disentralisasi pemerintah. 

Mereka mulai melakukan transisi ke arah kapitalisme dengan mencari sumber pendanaan eksternal. Namun, upaya ini tetap tidak bisa membuat sepak bola Hungaria satu level dengan negara-negara Uni Eropa lainnya. 

Pada 2010, Viktor Orban datang bak penyelamat. Ia menyuntikkan dana yang tak sedikit untuk sepak bola. Lewat laporan Hungarian Football Federation (HFF), dijelaskan bahwa pendanaan tersebut tersebar ke berbagai sektor, terutama pendirian infrastruktur, pendirian akademi sepak bola di berbagai daerah, pembenahan sistem registrasi pekerja profesional di sektor olahraga, dan peredaran promosi di media massa. 

Ferencváros menjadi salah satu tim yang dapat suntikan dana dari rezim Orban. Melansir liputan The Guardian, klub tersebut dapat pendanaan langsung dari pemerintah untuk merombak markas mereka, Stadion Groupama Arena, yang kini berkapasitas 24 ribu penonton.

5. Sejak 2018, prestasinya melonjak drastis di level Eropa

Ferencváros, Klub Terkuat Hungaria dengan Suporter Problematikpelatih Ferencváros sejak 2021, Stanislav Cherchesov (instagram.com/ftcofficial)

Selain suntikan dana dari pemerintah pusat, Ferencváros juga wajib berterima kasih kepada Sergei Rebrov yang menduduki posisi pelatih sejak 2018. Bersama mantan pesepak bola asal Ukraina tersebut, Fradi berhasil berpartisipasi kembali dalam UEL 2019/2020 setelah terakhir kali lolos ke putaran final pada 2003/2004. Mereka juga sempat mencicip fase grup UCL 2020/2021.

Rebrov kemudian digantikan eks pelatih Timnas Rusia, Stanislav Cherchesov, pada 2021. Tak kalah menarik, di bawah asuhannya, Fradi berhasil lolos ke putaran final UEL 2021/2022 dan 2022/2023. Meski gagal total pada 2021/2022, musim ini Ferencváros berhasil lolos ke babak gugur sebagai juara grup. 

Meski belum menuai prestasi yang mencolok, Ferencváros berhasil menjadi perwakilan tetap Hungaria di berbagai kompetisi sepak bola Eropa. Status ini menarik untuk sebuah klub dengan suporter yang problematik.

Baca Juga: Menilik Kebangkitan Sepak Bola Georgia, Faktor Satu Pemain? 

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Gagah N. Putra

Berita Terkini Lainnya