Trabzonspor, Juara Liga Super Turki yang Dobrak Hegemoni Istanbul 

Banyak yang menyebutnya Napoli versi Turki!

Beberapa kota di dunia memang punya animo besar terhadap sepak bola. Sebut saja Napoli yang sangat lekat dengan SSC Napoli, Malang yang tak bisa dipisahkan dari Arema FC, dan Sao Paulo yang punya beberapa klub kebanggaan seperti Palmeiras dan Corinthians. 

Tak ketinggalan, sebuah kota kecil di Turki yang berada di pesisir Laut Hitam bernama Trabzon, markas klub Trabzonspor yang berlaga di Liga Super Turki (Süper Lig) atau Liga Turki. Kalah pamor dan prestasi dibanding klub-klub asal Istanbul, Trabzonspor pun jarang berpartisipasi dalam turnamen Eropa. 

Menariknya, pada musim 2021/22 lalu mereka berhasil mendobrak hegemoni kota Istanbul dengan merebut gelar juara Liga Super Turki. Gelar yang sudah mereka nanti selama hampir 40 tahun. Mari mengenal lebih jauh mengenai klub ini!

1. Trabzonspor berdiri pada 1967 

Trabzonspor, Juara Liga Super Turki yang Dobrak Hegemoni Istanbul pemain Trabzonspor merayakan gol (instagram.com/trabzonspor)

Melansir laman resmi Avrasya University, sebuah kampus lokal di kota Trabzon, klub Trabzonspor merupakan gabungan beberapa asosiasi sepak bola yang tersebar di kota tersebut. Mereka diresmikan pada tahun 1967 dan hanya butuh beberapa tahun untuk promosi ke divisi utama. Tepatnya mulai musim 1974/75. 

Meski kalah pamor dari klub-klub asal Istanbul, Trabzonspor merupakan salah satu tim tersukses di Turki dengan raihan 7 juara Liga Super Turki, 9 Piala Turki, dan 7 Piala Presiden. Era kejayaan mereka berlangsung selama tahun 1970 sampai 1980-an. Setelah itu, mereka harus paceklik gelar selama beberapa dekade. 

2. Didukung warga lokal yang cukup fanatik 

Trabzonspor, Juara Liga Super Turki yang Dobrak Hegemoni Istanbul lautan suporter fanatik Trabzonspor (instagram.com/trabzonspor)

Trabzonspor bukan klub sepak bola biasa untuk warga asli kota Trabzon. Ia adalah bagian yang tak bisa dipisahkan dari kota berkabut tersebut. Melansir majalah These Football Times, kebanyakan pemain dan staf klub merupakan orang lokal. Mereka tumbuh, besar dan hidup di sekitaran Trabzon. 

Merujuk liputan Eli Mengem dari COPA90, kota Trabzon dipenuhi simbol-simbol klub, terutama bendera berwarna biru/merah anggur. Bahkan para penggemar mengasosiasikan klub kesayangan mereka dengan angka 61 yang merupakan kode pos kota Trabzon. Tak sedikit warga yang menyertakan angka 61 dalam segala aspek kehidupan, misalnya nama bisnis sampai nomor pin ATM. 

Tak hanya di dalam kota Trabzon, semarak dukungan penggemar juga terdengar dari berbagai negara Eropa tujuan emigrasi diaspora Turki. Ini lumrah mengingat sejak tahun 1960-an, Turki menandatangani perjanjian dengan beberapa negara Eropa untuk mengirim pekerja migran. Tak sedikit yang berasal dari kota-kota kecil, salah satunya Trabzon. 

Baca Juga: 5 Pesepak Bola Top yang Membela Trabzonspor dalam Sedekade Terakhir

3. Markas mereka, kota Trabzon bak Napoli versi Turki

Trabzonspor, Juara Liga Super Turki yang Dobrak Hegemoni Istanbul suporter fanatik Trabzonspor (instagram.com/trabzonspor)

Trabzon punya kemiripan dengan Napoli di Italia dalam banyak hal. Animo mereka terhadap sepak bola salah satunya. Ditambah dengan status mereka sebagai kota kecil yang jauh dari bias kota-kota besar yang dinilai lebih sejahtera.

Persamaan lainnya adalah asosiasi pada kekerasan. Masih melansir liputan Eli Mengem, sama seperti Napoli yang lekat dengan Camorra (organisasi kriminal yang berakar di Italia Selatan), Trabzon juga kental akan budaya penggunaan senjatanya. Mereka seringkali merayakan kemenangan Trabzonspor dengan menembakkan peluru ke udara.

Salah satu narasumber yang diwawancara Mengem juga menyebut faktor cuaca menjadi satu di antara beberapa hal yang menjelaskan karakter temperamen penduduk Trabzon. Cuaca kota tersebut sangat sendu dengan langit yang cenderung kelabu, mendung, dan berkabut. 

Hal ini dikonfirmasi Gareth Jones dalam liputannya untuk Reuters. Mengutip pendapat Adem Solak dari Black Sea Technical University, budaya kekerasan datang dari fakta bahwa kota tersebut merupakan pertemuan berbagai kultur asing yang berlawanan dengan kearifan lokal mereka. Ini mendorong banyak orang dari ras Turki untuk bersikap lebih nasionalis dan keras kepala ketimbang orang Turki di wilayah lain. 

4. Hampir rebut gelar juara musim 2010/11, gagal setelah kalah selisih gol dari Fenerbahce

Trabzonspor, Juara Liga Super Turki yang Dobrak Hegemoni Istanbul pemain Trabzonspor (instagram.com/trabzonspor)

Setelah paceklik gelar selama beberapa dekade, titik terang datang pada musim 2010/2011. Saat itu, mereka hampir saja dinyatakan sebagai juara Liga Super Turki. Namun ternyata, mereka harus mengakui keunggulan Fenerbahce yang mencetak total gol lebih banyak dari Trabzonspor. 

Gejolak semakin menjadi ketika pada musim tersebut, polisi berhasil menguak kasus pengaturan skor yang melibatkan presiden klub Fenerbahce saat itu, Aziz Yildirim. Meski bermasalah, jajaran sepak bola Turki tetap menyatakan Fenerbahce sebagai pemenang liga utama musim 2010/11. 

Tak peduli dengan putusan tersebut, Trabzonspor kukuh menyertakan musim 2010/11 dalam daftar musim yang berhasil mereka juarai di situs resmi mereka. Walau tak bisa merayakannya, Trabzonspor cukup beruntung usai ditunjuk Turkish Football Federation (TFF) menggantikan posisi Fenerbahce dalam UEFA Champions League (UCL) musim 2011/12. 

Pada laga debut mereka di UCL, Trabzonspor bahkan menekuk tim unggulan Inter Milan dengan skor 1-0. Sayangnya, mereka tidak berhasil lolos ke babak 16 besar dan terlempar ke UEFA Europa League. Langkah mereka terhenti setelah kalah agregat dari Liverpool. 

5. Ketika juara pada musim 2021/22, pemerintah kota sampai mengeluarkan imbauan khusus

Trabzonspor, Juara Liga Super Turki yang Dobrak Hegemoni Istanbul pemain Trabzonspor merayakan juara Liga Super Turki 2021/22 (instagram.com/trabzonspor)

Usai penantian panjang selama hampir 40 tahun, Trabzonspor akhirnya berhasil memuncaki klasemen Liga Super Turki dengan raihan poin 81. Jauh di atas rival sengit mereka, Fenerbahce yang hanya mampu mengumpulkan 73 poin. 

Melansir liputan COPA90, ketika momen ini tiba, pemerintah kota Trabzon sampai mengeluarkan imbauan untuk tidak merayakan dengan menembakkan peluru. Ini dilakukan untuk menghindari insiden yang tidak diinginkan.

Gelar juara ini bak dendam yang terbayar lunas atas kecurangan Fenerbahce sepuluh tahun lalu. Tak sedikit yang berkunjung ke makam kerabat untuk merayakan bersama mereka yang telah berpulang.

 

Tanpa pendanaan global ala klub-klub Istanbul, Trabzonspor akan selalu jadi klub kuda hitam di Turki. Namun, kebangkitannya musim lalu jadi pengingat, kalau tim sepak bola lokal akan selalu hidup di hati penggemar tak peduli seberapa buruk prestasi mereka. Sepak bola memang bukan tentang menang dan mendominasi, tetapi permainan yang menghibur. 

Baca Juga: 5 Pemain Trabzonspor 2021/2022 yang Pernah Bermain di Serie A Italia

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Albin Sayyid Agnar

Berita Terkini Lainnya