Zion Suzuki dan Eksistensi Pemain Jepang Keturunan Afrika/Karibia

Bisakah sepak bola jadi tempat yang kondusif untuk mereka?

Beberapa hari ini, sosok Zion Suzuki jadi topik hangat di media sosial. Bukan hanya karena keberadaannya sebagai kiper Urawa Red Diamonds, klub paling populer di Jepang versi Statista pada 2022, tetapi juga karena kabar ketertarikan Manchester United menjadikannya opsi sembari berupaya mendatangkan André Onana.

Kemunculannya mencolok karena membuka sebuah fakta menarik tentang eksistensi pemain Jepang keturunan Afrika dan Karibia. Kulit gelap dan status warga negara Jepang jadi kombinasi yang membuat siapa pun menoleh penasaran. Suzuki tak sendiri, ada beberapa pemain lain yang memiliki identitas serupa dengannya.

Pertanyaannya, seperti apa penerimaan penggemar sepak bola Jepang? Apa tantangan yang mereka dapat kala bermain di negara yang dikenal kurang hangat kepada orang asing? Bisakah sepak bola jadi tempat yang kondusif untuk para pemain itu?

1. Sebelum Zion Suzuki, Jepang pernah punya Musashi Suzuki

Zion Suzuki dan Eksistensi Pemain Jepang Keturunan Afrika/KaribiaMusashi Suzuki, pemain Jepang keturunan Jamaika (instagram.com/musatoro0211)

Zion Suzuki bukan satu-satunya pemain keturunan Afrika/Karibia berkulit hitam yang mengantongi kewarganegaraan Jepang. Beberapa tahun sebelumnya, penonton J League 1 sudah mengenal sosok bernama Musashi Suzuki yang kala itu bermain untuk Hokkaido Consadole Sapporo. Pemain keturunan dan kelahiran Jamaika ini pindah ke Kota Otashi, Perfektur Gunma, bersama ibunya yang berkebangsaan Jepang pada usia anak-anak.

Masa kecilnya di Jepang tidak mudah. Melansir cuplikan buku biografinya yang berjudul Musashi and Mushasi di Japan Forward, Suzuki beberapa kali jadi korban perundungan karena warna kulitnya. Ia bahkan sering diabaikan rekan setimnya saat bermain sepak bola hanya karena penampilannya yang mencolok.

Pengalaman tak menyenangkan itu tidak eksklusif dialami pesepak bola yang saat ini membela Gamba Osaka tersebut. Simon Denyer dari The Washington Post mengumpulkan testimoni beberapa warga negara Jepang keturunan Afrika/Karibia yang berkulit gelap. Hasilnya, semua pernah punya pengalaman serupa dengan Musashi Suzuki. Meskipun besar di Jepang dan berbahasa lokal yang fasih, mereka tak bisa lepas dari sikap diskriminatif serta sebutan gaijin, istilah yang dipakai untuk merendahkan orang asing.

Baca Juga: Kiper Jepang Jadi Incaran Manchester United, Bukan Onana?

2. Jumlah pemain Jepang keturunan Afrika/Karibia terus bertambah

Zion Suzuki dan Eksistensi Pemain Jepang Keturunan Afrika/KaribiaZion Suzuki saat mengunjungi almamaternya. (instagram.com/zionsuzuki)

Musashi Suzuki punya banyak penerus. Zion Suzuki yang saat ini membela Urawa Reds Diamonds adalah contoh terbaru. Ia bergabung dengan tim utama pada usia 16 tahun. Meski masih berstatus kiper pelapis, ia pernah dipanggil memperkuat Jepang U-17 untuk Piala Dunia 2019. Ia diturunkan dalam semua pertandingan yang dilakoni Jepang di turnamen tersebut.

Kiper Jepang dengan latar belakang mirip Zion Suzuki juga bisa ditemukan di Benfica. Namanya Leo Kokubo, yang saat ini bermain bersama Benfica B. Kokubo masih punya kontrak dengan klub Portugal itu hingga 2025. Berada di Benfica merupakan posisi yang menguntungkan untuk Kokubo. Benfica yang tak segan mengorbitkan pemain muda dan jebolan akademinya berarti membuka peluang Kokubo debut di Primeira Liga Portugal untuk beberapa musim ke depan.

Masih ada Sakuragawa Solomon yang merupakan pemain andalan Fagiano Okayama (J League 2). Ditambah Powell Obinna Obi, kiper pelapis di Yokohama F Marinos (J League 1). Ini belum termasuk pemain-pemain lain yang masih berlaga di tim-tim universitas.

3. Bisakah sepak bola jadi tempat yang kondusif untuk beragam bangsa di Jepang?

Zion Suzuki dan Eksistensi Pemain Jepang Keturunan Afrika/KaribiaLeo Kokubo (kanan) bersama rekan-rekannya di Jepang U-23. (instagram.com/leobriankokubo)

Belum ada penelitian yang spesifik membahas penerimaan penggemar J League terhadap atlet Jepang keturunan Afrika/Karibia. Namun, melihat pengalaman masa lalu, Japan Football Association (JFA) cukup tanggap mengatasi masalah rasisme dalam sepak bola mereka.

Pada 2014, sekelompok suporter Urawa Red Diamonds membentangkan spanduk bertuliskan "Japanese Only!". Itu mengisyaratkan keberatan mereka terhadap keberadaan pemain asing di tim lawan. Kalimat provokatif tersebut direspons JFA dengan memberi sanksi tegas kepada Urawa Reds.

Mereka harus membayar denda bermain tanpa suporter selama beberapa waktu. Urawa Reds juga sempat disalahkan karena tidak segera mengamankan spanduk tersebut dan baru bereaksi serta mengucapkan permintaan maaf usai foto dan video suporter mereka viral. Time menyoroti fakta Urawa Reds saat itu adalah salah satu tim J League 1 yang tak memiliki pemain asing sama sekali. Sekarang, hampir 1 dekade berselang, Urawa Reds punya enam pemain asing. Salah satunya Jose Kante yang berkulit hitam. 

Dengan regenerasi di sana-sini, Jepang tentu sudah lebih terbuka dengan keberadaan orang-orang asing dan keturunan. Keberadaan atlet-atlet keturunan kulit hitam yang berprestasi pun bisa jadi mengubah stigma negatif dan sikap rasis warga lokal. Menarik, nih, melihat perkembangannya beberapa tahun ke depan dan dibuktikan lewat riset ilmiah.

Baca Juga: 5 Momen Gol Ritsu Doan Bersama Timnas Jepang, Andalan! 

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Gagah N. Putra

Berita Terkini Lainnya