Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Luka Lochosvili dan Khvicha Kvaratskhelia bermain di Euro 2024. (instagram.com/nakrebi)

Sebulan setelah dinyatakan lolos ke putaran final Euro 2024, publik Georgia dibikin resah dengan rencana ratifikasi undang-undang yang disebut media dan para ahli dengan istilah "Hukum Rusia". Ini karena sifatnya mirip dengan regulasi yang berlaku di Rusia. Perusahaan dan institusi yang dapat bantuan dana luar negeri lebih dari 20 persen harus menyatakan diri sebagai agen asing. Meski terlihat sepele, regulasi itu punya kecenderungan membatasi kebebasan dan demokrasi di Georgia. 

Pada 12 Mei 2024, jalanan utama di Tbilisi dipadati puluhan ribu demonstran yang menolak UU tersebut. Namun, ternyata upaya mereka tak berhasil. Berselang 2 hari, parlemen Georgia mengesahkan UU. Meski disebut kemunduran, setidaknya masyarakat Georgia bisa berlega hati saat melihat timnas sepak bola pria mereka berlaga di turnamen mayor sekaliber Euro. Benarkah ini bisa dilihat sebagai secercah harapan untuk tetap terintegrasi dengan Eropa?

1. Georgia adalah salah satu negara pecahan Uni Soviet yang berusaha mendekat ke Eropa

suporter Timnas Georgia di Euro 2024 (instagram.com/nakrebi)

Setelah menyatakan kemerdekaannya pada 1991, pemerintah Republik Georgia diisi pemimpin-pemimpin anti-Rusia. Mereka perlahan mendekat ke Eropa dengan mengadopsi sistem politik demokrasi liberal dan ekonomi kapitalisme. Meski tak serta merta berjalan efektif karena masih ada sisa-sisa birokrasi ala Soviet seperti oligarki dan korupsi, kebebasan warga, oposisi, dan media di Georgia sebenarnya lebih baik dibanding Rusia. 

Sudah dua kali dikhianati Rusia, sangat lumrah melihat Georgia mendekat ke Eropa. Pertama, Georgia pernah diinvasi pada 1921 saat Kekaisaran Rusia runtuh dan Bolshevik hendak mendirikan negara komunis Soviet. Kedua, pada 2008, saat Kremlin membela dua wilayah otonom di Georgia (Abkhazia dan Ossetia Selatan) yang menyatakan kemerdekaan tanpa restu Tbilisi. Puncaknya terjadi saat mereka melihat Ukraina, sesama negara pecahan Soviet, jadi korban invasi Rusia pada 2022. 

Pada tahun yang sama dengan momen mengerikan itu, Georgia melamar keanggotaan Uni Eropa. Setahun kemudian, mereka berhasil dapat status kandidat anggota. Proses peresmian keanggotaan mereka akan tergantung pada lobi dan konstelasi politik yang berkembang. Namun, ini sudah jadi bendera hijau untuk integrasi mereka dengan Eropa. Tak hanya Georgia, beberapa negara Eropa di sekitar Rusia seperti Ukraina dan Moldova juga sedang melakoni proses serupa. 

2. Keanggotaan Uni Eropa bisa jadi penting buat Georgia

Suporter Timnas Georgia memadati tribun Volksparkstadion, Hamburg, pada matchday 2 Euro 2024. (instagram.com/nakrebi)

Sebagai negara yang lokasinya tak seberapa strategis dan harus bertetangga dan punya sejarah pahit dengan negara macam Rusia, Georgia jelas punya alasan matang mengapa ingin bergabung dengan Uni Eropa. Salah satu yang jadi prioritas warga adalah jaminan atas demokrasi. Ini karena ada yang dinamakan nilai dan kebijakan bersama dalam skema Uni Eropa. Itu adalah aturan dan prinsip yang berlaku untuk dan di semua negara anggota. Jaminan atas demokrasi salah satunya.

Itu yang kemudian menjelaskan mengapa Polandia dan Hungaria, misalnya, yang saat ini dikuasai partai sayap kanan, tak perlu khawatir mereka akan kehilangan kebebasan berpendapat. Keberadaan jaminan-jaminan seperti itu yang saat ini tak dimiliki Georgia dan terus mengancam kemaslahatan rakyat dan oposisi. Apalagi, banyak pemangku kepentingan Georgia yang masih punya ikatan kuat dengan Rusia.

3. Sepak bola bisa jadi upaya integrasi Georgia dengan Eropa

Saba Sazonov (ketiga dari kiri), pemain Georgia dan Torino FC, berpose bersama fans di tribun penonton. (instagram.com/nakrebi)

Beruntung, sebagai negara yang berlokasi di Kaukasus Selatan, Georgia tergabung dalam asosiasi sepak bola Eropa yang kita kenal dengan UEFA. Ini memungkinkan mereka untuk tetap merapat ke Eropa lewat sektor olahraga. Bahkan sejak masih jadi bagian dari Uni Soviet, Georgia sudah dikenal lewat beberapa pemain seperti Kakhaber Tskhadadze dan Kakha Kaladze yang berkarier di Eropa Barat.

Dinamo Tbilisi adalah salah satu perwakilan reguler Uni Soviet di ajang internasional pada 1980-an. Tampak seperti performa mereka di Euro 2024, Georgia dikenal sebagai gudangnya pemain-pemain teknikal yang gayanya bermainnya berbeda dengan pemain-pemain asal negara pecahan Soviet lainnya. Perbedaan itu makin terkonfirmasi dengan keputusan para pemain sepak bola Georgia untuk tak lagi melirik Rusia sebagai tempat merantau. Mulai banyak dari mereka yang memburu klub-klub Eropa Barat. Beberapa bahkan sudah berhasil debut di liga top Eropa, sebut saja Khvicha Kvaratskhelia (SSC Napoli), Georges Mikautadze (FC Metz), Saba Sazonov (Torino FC), dan Giorgi Mamardashvili (Valencia CF). 

Meski belum meraih kemenangan satu pun di turnamen 4 tahunan itu, kelolosan Georgia ke putaran final Euro 2024 sudah cukup menampar sepak bola Rusia yang terkucil dari kompetisi internasional FIFA dan UEFA entah sampai kapan. Terlepas dari hasil yang bakal diraih Timnas Georgia di Euro 2024, keikutsertaan mereka bisa jadi bagian dari proses integrasi mereka dengan Eropa. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team