Girondin Bordeaux berlaga di stadion dengan kapasitas jauh lebih kecil selama musim 2024/2025. (instagram.com/girondins)
Salah satu alasan jatuhnya Bordeaux adalah krisis keuangan yang terjadi beberapa tahun sebelum pandemik COVID-19 dan makin parah setelah itu. Selain pandemik, kasus kegagalan Mediapro membayar hak siar Ligue 1 sesuai kontrak juga berdampak besar pada Bordeaux. Tiga investor yang sempat memegang saham Bordeaux, yakni M6, General American Capital Partner, dan King Street gagal menyelamatkan klub itu dari krisis. Seorang tech-bro (pria yang bekerja di industri teknologi) asal Spanyol yang punya kewarganegaraan Luksemburg bernama Gerard Lopez datang ke Bordeaux pada 2021 dan mengakuisisi klub tersebut.
Lopez ternyata bukan pendatang baru di industri olahraga. Ia sudah pernah memegang kendali di beberapa tim olahraga ternama, seperti Lotus F1, Lille FC, dan Royal Excel Mouscron. Sayangnya, ketiganya bernasib sama, bangkrut atau setidaknya mengalami krisis finansial parah. Seolah tak bisa memutus kutukan yang melekat padanya, Bordeaux yang kini berada di bawah kendalinya bernasib sama dengan tiga tim yang ia besut sebelumnya.
Setelah terdegradasi dari Ligue 1 Prancis, Bordeaux tak pula menunjukkan perbaikan signifikan. Performa mereka di Ligue 2 pada 2022/2023 sebenarnya tak buruk-buruk amat, tetapi tak cukup untuk mengantar mereka kembali ke liga utama Prancis. Mereka harus puas bertengger di peringkat 12 pada musim kedua mereka di Ligue 2. Tak hanya prestasi di lapangan yang memburuk, situasi finansial mereka tak juga mengalami perbaikan. Dilansir The Athletic, Bordeaux kehilangan hak untuk bermain di stadion megah yang terakhir mereka renovasi pada 2016, Matmut Atlantique. Ini terjadi karena klub tak lagi bisa membayar sewa kepada dewan kota, apalagi membayar biaya perawatannya yang tak murah.