Kepercayaan Jadi Kunci Ketangguhan Prancis di Piala Dunia 2022

Jakarta, IDN Times - Pelatih Prancis, Didier Deschamps, buka-bukaan soal resep dalam menjaga stabilitas tim di Piala Dunia 2022. Deschamps menuturkan bukan racikan taktik, strategi, atau kualitas pemain yang jadi kunci utama keberhasilan tim, tapi ada hal lain.
Hubungan antar pemain, pelatih, staf, dan elemen lain yang kondusif, menurut Deschamps, lebih penting. Dengan kondisi tersebut, sebuah tim bisa lebih tangguh dalam mengarungi turnamen atau kompetisi.
"Saya menghabiskan banyak waktu dengan staf dan berbicara ke para pemain secara kolektif serta individual. Jadi, kami memiliki hubungan yang dibangun atas dasar kepercayaan, penting untuk dimiliki antara saya dengan para pemain," kata Deschamps dilansir situs resmi FIFA.
1. Mau para pemain merasa nyaman

Hal itu pun dikonfirmasi oleh pemainnya, Jules Kounde. Pemain yang membela Barcelona itu mengatakan kalau Deschamps adalah tipe pelatih yang ingin para pemainnya merasa nyaman dengan dirinya.
"Saya pikir dia adalah pelatih yang melakukan segalanya untuk membuat para pemain merasa nyaman. Dia memiliki pendekatan jelas tentang apa yang diharapkan dari setiap pemain. Hal ini membuat para pemain merasa terlibat, baik bagi kami yang bermain banyak maupun sedikit," ucap dia.
2. Bisa stabilkan tim

Tak hanya Kounde, Raphael Varane juga membeberkan kualitas Deschamps sebagai pelatih. Varane menyatakan Deschamps memiliki kemampuan untuk membangun tim yang memiliki tujuan kolektif dan meminimalisir munculnya konflik.
Prancis memang sudah lama tak memiliki pelatih seperti Deschamps. Di masa Raymond Domenech, konflik begitu rentan.
Sebenarnya, sempat ada riak-riak ketika Deschamps pertama kali menangani Prancis, saat Karim Benzema dipinggirkan dari skuad Prancis.
Tapi, Piala Eropa 2020 menjadi bukti kalau Deschamps bisa meredam segala macam potensi konflik dan membawa Benzema kembali ke skuad.
"Bagi saya, kualitas melatih terbaik Deschamps adalah kemampuannya membentuk tim, menggunakan kualitas setiap pemain untuk tujuan kolektif. Dia juga mampu menempatkan tim di atas segalanya," tutur dia.
3. Ingin timnya bermain efisien

Prancis menjadi tim pertama setelah Brasil pada 1998 yang berhasil melaju ke semifinal berstatus sebagai juara bertahan. Jelang duel kontra Maroko, Deschamps menginginkan timnya untuk efisien dan efektif.
Hal itu lantaran Les Bleus akan melawan The Atlas Lions yang baru kebobolan satu gol, itu pun lewat bunuh diri.
"Ini masalah efisiensi dalam sepak bola. Sebuah tim besar harus bisa menyerang dengan baik dan bertahan dengan. Maroko adalah tim terbaik dalam hal pertahanan. Tapi, mereka tidak hanya bertahan. Kalau begitu, mereka tidak akan mencapai semifinal. Mereka ada di sini karena mereka juga bisa mencetak gol," ujar Deschamps.